EMPAT

1.5K 156 93
                                    

Kisah cinta setiap orang itu tidaklah sama.

~  Steffy Hans ~

✈✈✈

"Pagi, Mi. Pagi, Pi." Feyzia menyapa kedua orangtuanya, lalu menarik kursi makan dan duduk untuk sarapan bersama sebelum dirinya pergi kuliah.

"Fey, Papi dan Mami ingin berangkat ke Bali selama dua hari. Kau tidak apa-apa, 'kan?" tanya Farah yang sedang memotong roti berlapis keju dan memasukkannya ke dalam mulut.

Feyzia tersenyum kecut. "Aku sudah biasa tinggal sendiri di rumah, Mi," sindirnya. "Jadi, aku pasti baik-baik saja. Mami dan Papi tidak perlu cemas."

Farah menghela napas pelan seraya menoleh sekilas ke arah Erza, suaminya. Erza menambahkan, "Selagi Mami dan Papi tidak ada di sini, Papi sudah menyuruh Davin untuk mengantar dan menjemputmu. Jadi, waktu kalian berdua untuk saling mengenal jadi lebih banyak."

Feyzia berhenti mengunyah roti yang ada di dalam mulutnya. Menatap kedua orangtuanya dengan tatapan memprotes. "Aku tidak mau, Pi. Yang biasa antar-jemput aku 'kan pak Dimas, kenapa harus Davin?"

"Untuk sementara, pak Dimas akan berjaga di rumah. Davin itu 'kan calon tunanganmu. Sudah sepantasnya, dia yang mengantar dan menjemputmu, Fey," tanggap Farah.

"Tapi, Mi ... "

Farah menggeleng. "Tidak ada tapi-tapian, Fey. Keluarga kita dan keluarga Dani sudah sepakat menjodohkanmu dengan Davin."

"Aku tidak pernah menginginkan pertunangan ini, Mi," ucap Feyzia lirih.

Farah memegang punggung tangan Feyzia. "Percayalah, Fey. Kami melakukan semua ini karena kami sangat sayang padamu. Ini juga demi kebahagiaanmu. Kami ingin yang terbaik untuk masa depanmu."

Feyzia tertunduk lesu. Aku tahu mami dan papi ingin yang terbaik untuk masa depanku, tapi bukan dengan cara dijodohkan dengan pria yang tidak aku cintai, batinnya lirih.

"Jika kalian sudah resmi menikah, bisnis ayahmu akan semakin lancar, Fey. Sebaiknya, terima saja perjodohan ini. Kami yakin Davin adalah laki-laki yang tepat untuk menjadi pasangan hidupmu," lanjut Farah.

Demi kelancaran bisnis? Hati Feyzia terasa sakit ketika mendengarnya. Dia dijodohkan dan dipaksa harus bertunangan dengan pria yang tidak dicintainya sama sekali. Semua itu bukan semata untuk kebahagiaannya, melainkan untuk kelancaran hubungan bisnis keduanya. Kenapa harus serumit ini asmara Feyzia? Haruskah dia menerimanya atau menolaknya? Gadis itu tidak ingin menyia-nyiakan masa depannya hanya demi kepentingan orangtuanya sendiri.

"Tapi, aku tidak pernah mencintai Davin, Mi." Berulang kali, Feyzia berkata demikian. Berharap kedua orangtuanya itu mengerti perasaannya. Namun, hasilnya selalu nihil. Kedua orangtuanya itu tidak pernah menanggapi perasaannya dengan baik.

Erza mengelap mulutnya usai sarapan. "Cinta itu akan perlahan tumbuh di antara kalian berdua tanpa kalian sadari. Lihat Mami dan Papi! Langgeng dan harmonis sampai sekarang. Kami dulu juga sama sepertimu sekarang, Fey. Menolak dijodohkan dengan alasan tidak saling mencintai. Namun, yang terjadi setelah menikah adalah kami bahagia dan saling cinta sebelum akhirnya kau lahir dan memberi warna baru dalam kehidupan kami."

Ya, itu kisah Mami dan Papi. Bukan berarti aku juga akan sama, lirih Feyzia.

Kisah cinta setiap orang itu tidaklah sama. Jika Erza dan Farah bisa bahagia setelah dijodohkan, mungkin saja mereka memang ditakdirkan bersama dengan cara yang seperti itu. Namun, bukan berarti Feyzia juga harus mengalami hal yang serupa dengan kisah cinta orangtuanya, 'kan?

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang