TIGA

1.7K 175 32
                                    

Baru pertama bertemu, aku merasa kau itu gadis yang istimewa.

~ Brandon E. Herwingson ~


✈✈✈

Feyzia keluar dari mobil setelah sopir pribadinya membukakan pintu untuknya. "Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Non," balas Dimas yang bekerja sebagai sopir pribadi Feyzia sembari menutup kembali pintu mobil itu.

Dahi Feyzia mengernyit ketika melihat ada sebuah mobil hitam jenis Mercedes Benz terparkir di samping rumahnya.

"Ini 'kan mobilnya om Dani." Helaan napas pendek keluar dari mulut Feyzia. "Pasti ada dia lagi." Feyzia yakin jika di dalam rumahnya kini selain ada om Dani dan istrinya, pasti juga ada lelaki yang selalu dihindarinya. Siapa lagi jika bukan Davin? Lelaki yang dijodohkan dengannya sejak satu bulan yang lalu. Gadis itupun melangkah lesu masuk ke dalam rumahnya.

Di ruang tamu, Erza dan Farah sedang berbincang santai dengan Dani dan Vira. Sedangkan, Davin memilih duduk agak menjauh sambil bermain game online di ponselnya. Dia paling malas dengan situasi ini. Menurutnya, obrolan orangtua itu sangat membosankan.

"Feyzia."

Feyzia menoleh ke arah suara. "Iya, Mi."

"Ayo, sini. Salam dulu sama om Dani dan tante Vira," ucap Farah, ibu Feyzia.

Feyzia sangat malas jika harus bertemu dengan Davin dan kedua orangtuanya, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak di depan orangtuanya. Dengan terpaksa, Feyzia berjalan mendekati mereka.

"Malam, Om, Tante," sapa Feyzia dengan tersenyum ramah.

"Malam juga, Fey," balas Dani dan Vira bersamaan.

Erza, ayah Feyzia, melirik jam di pergelangan tangannya. "Kenapa kau baru pulang jam segini, Fey?"

"Tadi ada kelas tambahan, Pi."

"Ya sudah, sekarang kau mandi dulu. Setelah itu, kita makan malam bersama keluarga om Dani," usul Farah.

"Iya, Mi." Sepasang mata Feyzia melirik ke arah Davin yang enggan menatapnya sebelum dia menaiki tangga menuju kamarnya.

Setengah jam kemudian, Feyzia menghampiri orangtuanya dan keluarga Davin di ruang makan. Feyzia menarik kursi makan di samping ibunya.

"Fey, kau duduk di samping Davin, ya," ucap Farah.

"Di sini 'kan sama saja, Mi."

Farah menggeleng singkat. "Kalian 'kan sudah dijodohkan. Tidak baik jika duduk berjauh-jauhan."

Feyzia menarik napas dalam-dalam. Ingin rasanya dia memberontak, tetapi dia tidak ingin memperburuk suasana di depan keluarga Davin. Menghela napas berat, dia menjawab, "Ya, Mi." Feyzia terpaksa menuruti ucapan ibunya daripada harus diceramahi panjang lebar oleh ibunya.

Feyzia dan Davin duduk bersebelahan. Jika diberi pilihan, Feyzia enggan berdekatan dengan Davin. Baginya, lelaki itu bagaikan virus mematikan yang harus dihindari. Namun, tak banyak yang bisa mereka lakukan selain tunduk pada semua ucapan kedua orangtua mereka.

Davin dan Feyzia sudah dijodohkan oleh kedua orangtua mereka masing-masing sejak satu bulan yang lalu. Keduanya pun sama-sama menolak dijodohkan dengan alasan tidak saling mencintai. Namun, penolakan mereka berakhir sia-sia. Mereka hanya bisa diam dan menurut setiap apapun yang diucapkan oleh kedua orangtua mereka.

Usai makan malam, Feyzia beranjak dari tempat duduknya. "Mi, Pi, Om, Tante, Fey pamit ke kamar dulu. Mau istirahat." Gadis itu segera mengakhiri makan malam yang menurutnya sangat membosankan.

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang