TUJUH

1.2K 141 123
                                    

Jodoh dan kekasih itu beda pengertiannya.

~ Brandon E. Herwingson ~


✈✈✈

Kali ini, Brandon yang membulatkan matanya. "Apa ... aku tidak salah dengar? Bisa kau ulangi lagi?"

Feyzia beranjak perlahan dari ranjang berukuran kecil itu. "Maaf, tidak ada siaran ulang," candanya dengan tawa ringan. Kemudian, dia berjalan ke luar ruangan dengan langkah yang tertatih-tatih.

"Fey, wait me!" Brandon menyusul Feyzia hingga menyamakan langkah gadis itu. "Aku hanya ingin memastikan bahwa apa yang kudengar tadi itu tidak salah."

Feyzia menghentikan langkahnya, lalu menatap lekat-lekat sepasang mata Brandon. "Yang kau dengar itu ... benar."

"Jadi?"

Feyzia menghela napas pelan. "Jika kau berharap aku menjadi perempuan yang beruntung itu, maka ... jangan jauhi aku!"

Ternyata, apa yang didengar Brandon itu benar. "Really?" Senyuman lebar terulas di bibir Brandon. "Terima kasih kau tidak menolakku. Aku akan menggunakan waktu beberapa hari ini dengan sebaik mungkin untuk mendekatimu sebelum kau menjadi tunangan orang lain."

Aku justru berharap bisa selamanya berdekatan denganmu, Bran, gumam Feyzia dalam hati seraya melanjutkan langkahnya yang tertatih-tatih.

"Kakimu sakit, Fey?" tanya Brandon yang memerhatikan langkah Feyzia.

"Ya ... mungkin gara-gara kejadian tadi."

Tanpa perintah siapapun, Brandon spontan membelakangi Feyzia dan berjongkok di depan gadis itu.

"Apa yang kau lakukan, Bran?" tanya Feyzia dengan dahi yang berkerut.

Brandon menepuk punggungnya. "Ayo, naik!"

"Naik ke punggungmu?" tanya Feyzia.

Brandon mengangguk. "Aku akan menggendongmu."

Feyzia menoleh ke kanan dan ke kiri. Beberapa mahasiswa yang melewati mereka menatap Feyzia dengan tatapan merendahkan. "Ah ... tidak perlu, Bran. Aku masih bisa jalan sendiri," tolaknya halus.

"Tidak apa-apa, Fey. Lebih baik aku menggendongmu daripada kau berjalan sambil menahan sakit di kakimu."

"Aku sungguh masih bisa berjalan sendiri, Bran. Tidak perlu digendong." Feyzia masih teguh pada pendiriannya.

Saat berjalan beberapa langkah, Feyzia memekik terkejut karena Brandon menggendong tubuhnya ala bridal style. Tanpa disadarinya, kedua tangannya mengalung di leher Brandon.

"Turunkan aku sekarang, Bran!" perintah Feyzia.

"Maaf ... aku terpaksa menggendongmu dengan cara seperti ini karena kau menolak naik ke punggungku."

Sepanjang lorong kampus, tatapan Feyzia terus tertuju pada wajah Brandon. Dia tidak tahu harus berkata apa. Bibirnya bungkam seolah terkunci oleh sikap Brandon yang sangat perhatian padanya.

"Sudah sampai," ucap Brandon.

"Sampai di mana?" tanya Feyzia dengan polos setelah terdiam cukup lama.

"Sampai di parkiran."

Feyzia mengerjapkan matanya dan mengedarkan tatapannya ke sekeliling. Oh ... ternyata, kami sudah ada di parkiran, gumamnya dalam hati.

"Sepertinya, kau sangat nyaman digendong seperti ini," goda Brandon.

Feyzia mendelik tajam. "Tidak!"

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang