TIGA PULUH

1K 94 32
                                    

Es kelapa muda yang ada di depannya saat ini, tidak sedikit pun membuat Feyzia berniat untuk meminumnya. Wajahnya nampak lesu. Dia hanya mengaduk-aduk minuman segar itu. Tatapannya kosong seolah dirinya tak bernyawa.

Adelina yang duduk di depan Feyzia, mengerutkan dahinya. Dia bingung apa yang membuat temannya itu murung sejak pagi.

"Fey." Adelina memanggil Feyzia berulang kali, tetapi temannya tidak merespons. Akhirnya, dia menggoyangkan tangan Feyzia. "Feyzia," panggilnya lagi dengan suara yang keras membuat semua pengunjung kafe De Food langsung menatap ke arah Feyzia dan Adelina.

Feyzia mengerjapkan matanya. "Ada apa, Del?"

Adelina mendesah kasar. "Kau ini kenapa, Fey? Aku perhatikan sejak pagi tadi, kau nampak murung sekali. Ada masalah? Jika benar, kau bisa cerita padaku, Fey. Jangan kau pendam sendiri!"

Feyzia menghela napas panjang. "Sudah tiga hari, Brandon tidak ada kabar. Bahkan, dia juga tidak meneleponku."

"Oh ... astaga, Fey. Jadi, karena abang tampan tidak meneleponmu, kau jadi galau seperti ini? Kau 'kan bisa balik menelepon dia, Fey."

"Masalahnya, aku tidak bisa meneleponnya, Del. Nomor ponselnya tidak aktif sampai sekarang. Aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya," lirih Feyzia.

"Mungkin, dia sedang ada jadwal penerbangan atau pekerjaan lain yang mendadak sehingga tidak sempat meneleponmu, Fey. Jangan berprasangka buruk dulu! Kau sudah mencari abang tampan ke apartemennya belum?"

Feyzia mengangguk pelan. "Sudah, tetapi ... dia tidak ada di sana. Orangtuanya juga sudah kembali ke Los Angeles. Tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan Brandon sekarang." Air matanya menetes di pipinya.

"Apa salahku hingga dia tega meninggalkanku, Del?" lanjut Feyzia dengan tersedu-sedu.

Adelina sangat mengerti perasaan temannya itu. Dia segera memeluk Feyzia, lalu mengusap-usap punggung Feyzia. " Sudah ya, Fey. Berpikirlah positif! Abang tampan bukan tipe pria yang suka mempermainkan perasaan wanita, apalagi wanita itu adalah kau. Kau harus yakin dengan cintanya. Dia tidak mungkin meninggalkanmu tanpa sebab."

"Jika dia memang ada urusan yang mendadak, 'kan bisa meneleponku esok harinya.  Aku pasti bisa memaklumi kesibukannya, tetapi jangan menggantung perasaanku seperti ini! Tidak ada kabar, nomor ponselnya juga tidak aktif," keluh Feyzia.

"Sabar ya, Fey. Tunggu beberapa hari lagi. Jika dia masih tidak ada kabar, kita akan meminta bantuan polisi untuk mencari keberadaan abang tampan." Adelina memberi saran.

Feyzia tersenyum tipis. "Terima kasih atas bantuanmu, Del. Hatiku sedikit terasa lega setelah menceritakan semuanya padamu."

"Kau bisa mengandalkanku, Fey. Jika ada masalah, jangan ragu untuk berbagi cerita denganku!"

"Ya, Del."

Dari kejauhan, tatapan Alya sangat tajam menatap Feyzia. Dia bergumam seorang diri, "Kau sudah menggagalkan acara ulang tahunku, Feyzia. Kau juga sudah mempermalukanku di depan banyak orang. Sudah tiba waktunya, aku bertindak. Jika aku tidak bisa mendapatkan Brandon, kau pun sama! Kau harus merasakan akibat dari perbuatanmu itu, Feyzia!"

Alya mencari nomor seseorang dari kontak, lalu menekan tombol panggilan dan menempelkan ponselnya itu ke telinga. Tidak lama kemudian, panggilannya dijawab oleh suara pria.

"Halo."

Bibir Alya menyeringai. "Apa kabarmu sekarang?"

"Kau pasti sudah tahu 'kan keadaanku sekarang? Untuk apa bertanya lagi? Ingin mengejekku, heh?"

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang