Pagi ini, Brandon mengajak Feyzia jalan-jalan ke sebuah taman yang terletak di tengah kota Jakarta. Taman itu selalu menjadi tempat favorit untuk bersantai, jalan-jalan di pagi hari, dan ada juga yang berolahraga.
Sinar matahari pagi mengintai ke celah dedaunan. Embusan angin yang pelan menyejukkan udara. Kicauan burung yang saling bersahutan mengisi kesunyian. Pepohonan yang rimbun meneduhkan suasana.
Menyusuri jalan setapak, Brandon menggandeng Feyzia sembari menikmati udara yang masih sangat segar.
Feyzia memejamkan matanya. Dia sangat menikmati suasana saat ini. "Udara di sini sejuk sekali, Bran. Aku sangat menyukainya. Membuat hati terasa tenang dan damai."
Memperhatikan wajah Feyzia membuat Brandon tersenyum kecil. Kecantikanmu begitu alami, Fey. Sama seperti pepohonan di sini. Meneduhkan dan menenangkan hati.
"Maka dari itu, aku mengajakmu ke sini."
Feyzia membuka matanya. "Kau sering datang ke taman ini?"
"Tidak terlalu sering juga. Hanya beberapa kali di akhir pekan. Sekadar mencari angin segar dan melepas penat usai menjalankan tugas."
"Mungkin ..., hanya aku yang baru tahu ada taman seindah ini di tengah kota Jakarta," ungkap Feyzia pelan.
"Kau tidak pernah datang ke sini?"
Feyzia tersenyum kecut, lalu menggeleng kecil. "Mami tidak pernah mengizinkanku pergi ke tempat-tempat umum, selain sekolah dan kampus."
"Seperti saat kita ke pantai dulu?"
Feyzia mengangguk. "Sampai sekarang, aku tidak pernah tahu alasannya."
"Ayo, kita duduk di sana." Brandon menuntun Feyzia menuju bangku taman dekat pepohonan.
Setelah duduk, tak ada percakapan lagi di antara keduanya. Sepasang kekasih itu terlalu asyik menikmati ketenangan di sana. Tak jauh dari posisi mereka duduk, nampak keceriaan dari wajah dua anak perempuan yang sedang berlarian.
"Kau lihat dua anak perempuan itu?"
Brandon mengikuti arah tatapan Feyzia. Bibirnya perlahan tersenyum kecil. "Wajah polos mereka nampak bahagia."
"Andai bisa memutar waktu, aku ingin sekali masa kecilku seperti mereka. Tertawa lepas dengan teman-teman, berlarian di rerumputan yang luas, dan membuat istana pasir di pinggir pantai." Feyzia membuka kembali lembaran kisah masa kecilnya yang menyedihkan. "Namun, semua itu hanyalah angan yang tak berwujud. Betapa bahagianya jika aku bisa seperti mereka."
"Tak perlu harus seperti mereka untuk bahagia, Fey. Cukup dengan bersyukur, hidupmu akan lebih bahagia. Percayalah!"
"Aku bukannya tidak bersyukur, Bran. Hanya saja menginginkan sesuatu yang tidak pernah kudapat semasa kecil. Terkadang, aku iri dengan teman-temanku. Mereka bisa bebas berteman dengan siapa saja, melakukan apa saja, dan berpergian ke mana saja tanpa dikekang oleh orangtua mereka. Sedangkan, aku ...," buliran air mata menetes di wajah Feyzia, "tidak boleh ini, tidak boleh itu. Aku sangat tertekan selama ini, Bran."
Brandon mengusap air mata Feyzia dengan ibu jarinya. "Seharusnya, kau tidak boleh merasa iri kepada teman-temanmu atau siapa pun, Fey. Apa yang kau miliki sekarang patut disyukuri. Punya kedua orangtua yang sangat menyayangimu, tempat tinggal yang layak, pendidikan sampai kuliah, bisa makan makanan enak setiap hari, mendapat barang-barang serba mahal, dan diberikan fasilitas mewah. Banyak orang menginginkan kehidupan sepertimu, tetapi mereka tidak bisa merasakannya. Ada baiknya, kau belajar untuk mensyukuri semua yang ada, Fey."
Kata-kata bijak Brandon membuka hati Feyzia yang lupa arti bersyukur. Kepalanya tertunduk. Merenungi semua ucapan Brandon yang langsung mengena di hatinya. "Kau benar, Bran. Seharusnya, aku bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan pada hidupku."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Captain!✔ (END)
RomanceFeyzia Dirahanto-seorang gadis yang sangat ingin menikmati masa mudanya seperti gadis lainnya. Bebas pergi ke mana pun, dengan siapa saja, dan bahkan naik motor. Namun, dia tidak pernah merasakan semua itu. Dia merasa terkekang oleh larangan-laranga...
