O8. Lupain Aja

92 16 4
                                    

Ruang menghentikan langkah, tepat di sebuah pertigaan yang adalah halaman depan kinimart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang menghentikan langkah, tepat di sebuah pertigaan yang adalah halaman depan kinimart.

Angin sore menggelayut di antara pepohonan membuat daun-daun menari dengan indah. Ruang dilanda kebingungan sesaat.

Masuk apa engga ya?

Sebuah prasangka-prasangka buruk terputar di kepalanya tanpa aba-aba.

“Ruang, ngapain disini?”

Mampus! Ketaun orangnya kan.

Ruang mencoba menetralkan jantung, sesaat setelah Waktu yang menurut Ruang tiba-tiba ada di depannya.

“Lo- lo sendiri nga- ngapain disini?” Gagap Ruang.

Sesaat setelah pertanyaan Waktu, gelegar suara tawa terdengar diantara mereka. Siapa lagi jikalau bukan Waktu.

“Hahahahahaha, lucu banget sih pertanyaan nggak penting lo.”

Ruang mengernyit, “Kok gitu? Kalau nggak penting ngapain ketawa?”

“Wah, salah ini mah Kenangan milih lo. Jelas-jelas iq nya di bawah batas minimum.”

Netra Ruang melotot menatap Waktu yang ada tujuh cm di bawah penglihatannya.

“Apa??” tanya Waktu karena Ruang terus memerhatikan nya.

Satu detik

Lima detik

Dua puluh detik

“Ekhm~”

Kedua netra yang sebelumnya saling bertemu sontak kembali menjauh. Sang pemilik netra langsung bersikap canggung dengan sesekali saling menghambur senyum.

“Emang kalo urusan cinta, berasa dunia milik berdua. Ketiga nya mah angin.”

Kalimat yang secara tidak langsung merujuk pada Ruang dan Waktu itu kembali membuat netra keduanya menatap sang pembicara.

“Lo ngomong apa sih Han.”

“Han?” ulang Ruang.

“Ah, iya. Kenalin dia Han Askaraㅡ”

“Khusus lo panggil gue Askar, pacar nya Wawa,” potong Han di iringi lirikan mata yang tertuju pada Waktu.

Waktu berdecih lalu setelah nya mengulum senyum. Tau akan kebiasaan teman kerja nya yang satu iniㅡbanyak bicara.

Ruang sesekali melirik Waktu saat perempuan itu tersenyum, entahlah simetris di wajahnya ikut terbentuk kala melihat perempuan itu tersenyum.

“Tuh kan ngeliatin Waktu mulu, sampe tangan gue di anggurin.”

Waktu yang mendengar hal tersebut berhenti tersenyum, menatap ke arah Ruang yang kini sudah merapatkan telapak tangan nya dengan telapak tangan milik Hanㅡberjabat tangan.

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang