Ruang sampai di rumah nya. Ralat, rumah Ayah nya. Sampai disana, ia disambut oleh pelayan rumah.
“Tuan? Udah malem tumben kesini?”
“Bi, jangan panggil Tuan. Panggil aja Rendra gapapa.”
“Ga enak saya, Tuan . Anda 'kan anak Tuan besar.”
“Yaudah deh Bi, eum Tuan besar udah pulang Bi?”
Bibi melihat ke sekitar. Lalu berbisik di telinga Ruang. Ruang mengangguk. “Matur nuwun, Bi.”
Bibi tersenyum sebagai balasan. Ruang segera menuju lantai atas, menuju ruang kantor Ayah nya.
Tok.
Tok.
Tok
Tanpa menunggu balasan, Ruang segera masuk ke dalam ruangan Ayah nya. Nampak Ayah Ruang yang tengah duduk di atas sofa dengan laptop di depan nya. “Mau apa kamu kesini?” tanya Ayah.
Ruang berdiri di dekat pintu. “Saya cuma mau bilang, tolong tebus kesalahan Anda di masa lalu. Jangan jadi pecundang yang berani berbuat tetapi enggan untuk bertanggung jawab.”
Ayah Ruang berdiri saat itu juga. Menunjuk Ruang dengan amarah. “Apa maksud kamu? Ngomong ga pake adab ke orang tua, saya ini Ayah kamu atau bukan?”
Ruang bersecih. “Kalau saya bisa memilih siapa orang tua saya. Saya tidak akan memilih Anda sebagai Ayah saya, karna saya malu punya Ayah yang ga bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.”
“Rendra!”
“Apa? Mau ngelak? Saya jadi saksi mata dimana dulu Anda selalu melakukan kekerasan kepada Ibu saya, Anda menendang perut Ibu saya, Anda menarik rambut Ibu saya sampai rontok, Anda memukul kepala Ibu saya sampai Ibu saya pingsan. Anda pikir saya lupa? Tidak akan pernah.”
Napas Ayah naik turun, mata nya memanas hampir menangis.
“Itu semua karna—”
“Karna apa? Karna Ibu selingkuh dari Ayah?” sela Ruang, yang sukses membuat Ayah terduduk, saat itu juga.
“Saya tau Ibu salah berselingkuh dengan orang lain, tapi saya tidak membenarkan tentang kekerasan! Apalagi Anda melakukan hal tersebut kepada pihak yang lemah, saat itu saya masih kecil sehingga saya percaya apa kata Ibu bahwa itu bentuk kasih sayang dari Anda. Saya bahkan sangat menyesal mengapa saya sebodoh itu dulu, tapi tidak sekarang. Ibu sudah pergi, apa Anda tidak merasa bersalah dengan menikah lagi? Lalu, bagaimana dengan korban yang sengaja anda biarkan mati?”
Tanpa sadar Ruang berbicara dengan nada tinggi juga air mata yang menetes. Ayah Ruang menutup mulut nya sendiri di atas sofa, terdiam menatap Ruang dengan terkejut akan segala apa yang Ruang ucapkan.
“Saya cuma mau Anda mengakui kejahatan Anda. Ah iya, tolong sekali ini saja, akui segala nya. Semoga anda hidup bahagia, Ayah...”
Setelah nya, Ruang mengusap kedua mata nya dan segera menutup pintu dengan kasar. Masa bodoh dengan keadaan Ayah nya setelah itu. Ruang segera keluar dari rumah yang nyatanya bukan tempat nya pulang itu, rumah yang tidak ramah. Rumah yang membuatnya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang ¦ Huang Renjun ✔️
Teen FictionAU (Alternative Universe) Ft. Huang Renjun Kesalahan demi kesalahan di masa lalu mulai terkuak. Akibatnya kehidupan saat ini menjadi ajang balas dendam yang merenggut banyak jiwa. Mulai dari penculikan yang berujung kematian serta hilang nya ingata...