20. Bangunan Tua

56 16 6
                                    

Sebelumnya mau ngasi tau, mulai part ini dan beberapa part selanjutnya muncul beberapa adegan kekerasan serta kata maupun kalimat yang kasar, karena ini bulan suci ya. Aku kasih saran bacanya nanti kalo udah buka puasa aja bagi yang menjalankan hahaw, tapi kalau ga ya gapapa sih, yang jelas aku mengingatkan aja. Happy reading-♡ jangan lupa streaming :)

 Happy reading-♡ jangan lupa streaming :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa kabar, Han Askara?”

Han beberapa langkah mundur ke belakang. Kejadian saat dirinya dipukul keroyokan dengan brutal terputar bagai kaset rusak saat itu juga.

Laki-laki di depan nya ini membuka topeng nya. Han semakin terkejut bukan main, langkah nya mulai goyah untuk mundur, dahi nya berkerut dengan keringat mengucur hampir di seluruh tubuh.

Laki-laki di depan nya ini memberikan instruksi kepada kedua orang di belakang nya untuk pergi, lalu kembali menatap Han dengan senyuman. Senyuman menakutkan bagi Han.

“Udah lama ya Han, haha.”

Laki-laki itu terus berjalan mendekat ke arah Han, membuat laki-laki itu terus memundurkan langkah sampai akhirnya terpojok.

Lagi, laki-laki dengan pakaian serba hitam itu menyunggingkan senyum lalu tawaan keras terdengar oleh seisi bangunan ini.

Tepat di hadapan Han. Laki-laki itu mengelap keringat Han dengan kain yang ia ambil dari saku nya. Kain nya sama, kain berwarna hitam.

Han memalingkan wajah nya. Ia benar-benar takut.

Saat Han memalingkan wajah, laki-laki di depan nya ini berdecih lalu kembali hendak mengusap keringat Han di wajah. Tapi lagi-lagi Han menghindar.

Semakin lama, laki-laki ini kesal. Jarinya meremas kain hitam di tangan kanan nya itu lalu tangan kirinya mencekik leher Han sampai kepala Han membentur dinding kayu dibelakang nya.

Ada rasa perih di belakang sana, Han meletakkan tangan kiri nya ke belakang kepalanya, bisa ia rasakan bau anyir serta cairan mengalir di sela-sela jari nya.

Han sama sekali tidak bisa menolak, dirinya terlalu takut sampai jadi bodoh. Padahal ia mampu untuk pergi sekarang.

“Lo lupa sama apa yang pernah gue kasih ke lo?”

Han hanya memejamkan mata.

“HAHAHAHA, gue yakin lo gak lupa.”

“Lo tau? Orang yang bersalah akan dihukum, mengganti si pendosa.”

Han melotot mendengar nya. Cekikan di lehernya juga semakin kuat.

“Dan lo, adalah di pendosa itu.” tambah laki-laki itu.

“G.. Gue mo..mohon lepasin gue.. dulu, gue kasih tau semuanya setelah ini,” ucap Han susah payah.

Han mengerti mana mungkin laki-laki di depan nya ini mau melepaskan nya begitu saja, tapi Han sudah kehabisan akal, napasnya tersenggal karena cekikan,belum lagi kepalanya yang pusing.

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang