34. Aku Pulang

46 8 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul sepuluh pagi, Haekal nampak tertidur pulas di atas sofa dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh

Sedangkan di atas kasur ada Ruang yang juga tidur dengan posisi terlentang dan dahi penuh keringat. Luka-luka nya semalem sudah tertutup perban. Khususnya bagian dahi yang lumayan parah, juga dekat mata serta di tulang hidungnya.

Ya, semua juga karena emosi. Lagi-lagi emosi. Ruang memang tipikal orang yang emosian. Susah sekali mengendalikan. Semua yang dirancang matang-matang akan berantakan apabila emosi telah mengambil perhatian.

“Eughhh, ngantooooook.”

Dari balik selimut, masih dengan mata yang terpejam. Haekal berteriak. Untung saja tetangga tidak sampai datang. Mungkin penghuni kost itu yang kini terbangun–Ruang–.

Laki-laki itu mengedip-ngedipkan mata pelan. Merasakan pusing yang melanda kepala bagian belakang nya. Belum lagi rasa perih karena luka-luka yang ada di wajahnya. Perlahan, ia menyibak selimut yang ada di atas tubuhnya. Hendak duduk lalu membersihkan diri agar lebih segar. Saat salah satu kaki nya sudah berada di lantai. Netra nya menangkap sticky note yang berada di sebelah kasurnya. Ditempelkan pada meja kecil disana.

'Jangan mandi dulu, luka nya belum kering' ^_^

Ruang berdecih seraya tersenyum, melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

“Mau ngapain lo?”

Suara khas orang ngantuk ala Haekal. Kepalanya menyumbul. “Mau mandi, mau ikut? Mau gue mandiin? Apa mandi bareng?”

Haekal kembali menyembunyikan kepalanya dengan selimut lalu mengacungkan jari tengah ke atas. Ruang tertawa kecil, lalu meringis. Lebam di bibirnya serta luka di pinggiran matanya terasa perih.

'Aku yakin, kamu pasti ngeyel. Jangan mandi.'

Langkah Ruang terhenti di depan pintu kamar mandi nya. Lagi, sticky note tertempel disana.

Ruang menarik kertas tersebut lalu menutup pintu kamar mandi. Sampai di kamar mandi. Ruang melihat isi bak mandi nya. Kosong, tidak ada air. Ia pun memutar kran air disana.

Tes.

Selesai. Hanya satu tetes yang mengalir dari sana. Ruang berdecak, lalu kembali membuka pintu kamar mandi. Haekal berdiri tak jauh dari sana.

“Kenapa lo? Gak jadi mandi? Air nya habis ya, utututu kacian.”

“Elo tersangkanya?”

Haekal membenarkan jaket serta topi nya. Mengambil kunci motor Ruang yang tergeletak di meja belajar Ruang.

“Dih, gabut banget gue gitu. Bukan gue, tapi Wawa tuh.”

Ruang terdiam.

“Gue kredit wening sehari ya. Besok gue balikin kalo ga lupa. Bye-bye...”

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang