39. Notifikasi

38 7 0
                                    

Aku udah coba pakai gambar tapi gak bisa kesimpen, kenapa ya?

😭😭😭


Keesokan harinya. Setelah mengantar Yuka bekerja, Haekal berkunjung ke rumah sakit. Waktu menghubungi nya tanpa henti, mengatakan bahwa Ruang tidak ada di samping nya, padahal semalam ia meminta Ruang untuk tetap di rumah sakit. Haekal tau Ruang akan menemui Haris, tapi Haekal bilang ia tidak tau Ruang dimana. Ia takut Waktu jadi kepikiran dan mengganggu ingatan Waktu lagi, karena ingatan perempuan itu baru saja pulih.

Belum sampai Haekal mendorong knop pintu, pintu sudah terlebih dahulu di tarik dari dalam. Waktu sudah berganti pakaian dengan pakaian biasa bukan pakaian rumah sakit dengan tas kecil di lengan kiri nya.

“Ayo, buruan.”

“Hah? Kemana?”

“Haeeekaaaallll, ya cari Ruang lah! Lo mau buang-buang waktu berdiri disini sedangkan kita gatau Ruang dalam keadaan baik-baik aja apa engga?”

Wait, kenapa Lo sebegitu khawatir, Lo tau dia kemana?”

“Ya enggak!— eh, sekarang kayak nya gue tau! Iya gue tau! Ayo Kall buruan ke parkiran.”

Waktu menarik lengan Haekal segera. Haekal dengan pikiran yang penuh pertanyaan mengikuti tarikan Waktu.

“Lo yakin disana?”

“YAKIN BANGET, HARIS SENDIRI YANG BILANG KE GUE!”

Balas Waktu dengan nada tinggi, karena sekarang kedua nya tengah di atas motor, angin membawa sebagian suara, belum lagi indra pendengaran yang tertutup helm, jika tidak dengan nada tinggi, yang disampaikan dengan yang terdengar pasti tidak sama.

“LO KETEMU HARIS? KAPAN?”

Nada suara Haekal tak kalah tinggi, selain karena alasan diatas, Haekal juga terkejut.

“GA PENTING KAPAN NYA, YANG JELAS DIA BILANG DIA MAU RUANG MATI, HAEKALLLL. GUE TAKUT.”

“LAH WOI, JANGAN NANGIS, WOEEE.”

“HUAAA, GUE TAKUT RUANG KENAPA-NAPA, SALAH GUE SIH PAKE CERITA SOAL HARIS SEGALA HUAAAA.”

“EH EH EH UDAH CUP CUP CUP JANGAN NANGIS, LO GA SALAH WAWA, UDAH JANGAN NANGIS.”

“HIKSSS, BENTAR ADA TELPON.”

Haekal mengurangi laju kendaraan nya, lalu menepi ke sebelah kiri, mematikan mesin kendaran.

“Lap dulu ingus Lo.”

Waktu mencebik, tapi tetap mengikuti saran dari Haekal. Setelah mengelap hidung serta mata yang penuh air. Waktu menerima panggilan tersebut.

“Iya benar, saya sendiri?”

“Hah? Serius pak?”

“Harus sekarang? Pak, ga bisa besok aja atau nanti sore?”

“Yah pak, iya pak. Saya langsung kesana.”

“Baik, selamat pagi.”

Pip.

Pundak Waktu merosot. Ia turun dari atas motor. Berjongkok di atas trotoar lalu menangis lagi. Haekal kaget, ia segera melepas helm nya lalu berusaha mendiam kan Waktu. Haekal melihat ke sekitar, tatapan tidak enak mengarah kepada nya. Jangan sampai besok ada artikel yang menyebutkan seorang wanita menangis diatas trotoar dengan seorang pria disebelah nya.

“Wa? Kok nangis lagi, ayo lanjutin perjalanan.”

“Hiks, Kal. Gue bingung...”

“Ada apa?”

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang