O2. Bertemu Waktu

330 42 5
                                    

Perihal pertemuan
Bisa jadi hanya satu ketika
Atau mungkin menjadi selamanya

Pemilik iris berwarna coklat itu sibuk kalang kabut mencari pengganti untuk penyambutan dalam rangka pembukaan event ekstra fotografi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pemilik iris berwarna coklat itu sibuk kalang kabut mencari pengganti untuk penyambutan dalam rangka pembukaan event ekstra fotografi. Pasalnya, orang yang seharusnya datang saat ini justru tidak bisa dihubungi. Sudah jelas bahwa ia memiliki tanggung jawab tapi justru menghilang tanpa bagai ditelan bumi.

"Ken, serius temen lo nggak bisa di hubungi? Mau nya apa sih? Udah dikasih tugas masih ajaㅡ"

"Ssstt, calm down, ibu ketua. Gue yakin bentar lagi dia dateng. Anyway, dia calon pacar bukan sekedar temen," ujar Kenangan menenangkan sekaligus mengenalkan pemuda itu kepada perempuan berambut pendek sebahu yang dikenal dengan sebutan Waktu.

"Awas saja sampe bikin riweuh, gue minta dia ngadain event ini ulang!"

Kenangan yang melihat Waktu penuh dengan amarah mencoba menenangkan dengan membawa Waktu untuk duduk di dalam ruang panitia dan memberinya sebotol air mineral.

"Gue coba tunggu dia di parkiran ya, sudah jangan merengut terus, nanti tambah keriput."

Waktu hendak melemparkan botol air putih di hadapan nya namun Kenangan dengan secepat angin berlari menjauh.

"AMPUUUN!"

[¬]


Ruang mengendarai wening dengan kecepatan 100km per jam. Tujuannya hanya satu; sampai di sekolah secepat kilat.

Ruang yang baru saja sampai di sekolah langsung disambut oleh Kenangan yang menunggu nya di parkiran. Sekitar lima menit yang lalu.

"Rendra! Lo kemana aja sih?" Pemuda yang dipanggil Rendra itu melepas helmnya lalu menghampiri Kenangan yang berdiri di dekat wening.

"Aduh, sorry gue lupa kalo gue ada tugas. Sekarang sudah mulai?" Ruang Alvarendra, lelaki ceroboh yang bahkan tidak bisa membaca raut muka perempuan di depannya ini.

"Sudah yuk ah, buruan. Ini sudah di undur 30 menit lebih, kasian Rano sama Resti ngisi kekosongan sampe muter otak."

Kenangan membawa Ruang menuju ruang panitia, untuk menyiapkan segala hal yang bersangkutan mengenai acara pembukaan event.

"Ren, udah ngerti kan apa yang harus lo lakuin di depan sana?" tanya Kenangan pada Ruang yang masih sibuk membenarkan atasan nya.

"Iya, sudah kok, lagian bukan pertama kali juga gue jadi begini."

Terdengar sombong sekali, tapi benar adanya. Kenangan mengacungkan kedua jempolnya. "Emang enggak salah gue milih lo, Ren."

Ruang menatap Kenangan sekilas lalu tersenyum.

"Ken, gimana udah datang beㅡLoh, siapa nih? Kok pake baju panitia?" Waktu baru saja datang setelah mengecek panggung utama, ia berbicara dengan ketus karena melihat punggung seseorang yang tidak ia ketahui memakai pakaian yang seharusnya di pakai oleh ketua panitia.

Ruang membalikkan punggungnya, membiarkan wajahnya di tatap oleh dua iris coklat yang Waktu punya.

"ELO!!??"

Seruan yang sama langsung terlontar dari keduanya secara beriringan. Waktu bahkan  menutup mulutnya dengan telapak tangan saking kagetnya. Sedangkan Ruang masih menunjuk ke wajah Waktu.

Kenangan yang ada di antara dua orang yang berseru itu menengahi. "SUdah kenal nih ceritanya?" tanya Kenangan seraya tersenyum. Keduanya mengalihkan atensi mereka kepada Kenangan.

"Bagus deh, gue enggak perlu repot-repot ngenalin kalian masing-masing." Kenangan menambah senyum.

Waktu menatap aneh ke arah Kenangan lalu berbisik, "Dia-jadi dia yang elo maksud calon pacar sekaligus pengganti ketua panitia?" bisik Waktu.

Kenangan mengangguk dengan mantap. "Lo sudah kenal kan?" Waktu menggeleng dengan tatapan jijik yang mengarah kepada Ruang. "Males banget harus kenal sama orang yang enggak bisa beretika sama cewek."

"Mulut lo di jaga ya, jangan asal saja kalo ngomong." Nada bicara Ruang terdengar penuh amarah.

Kenangan kembali menengahi, "Kok jadi adu mulut sih, sudah yuk ke panggung utama saja."

Waktu berdecih lalu meninggalkan Ruang dan Kenangan yang masih berdiri di tempat.

[-]

Riuh sontak menyelimuti seisi lapangan, dikala laki-laki dengan tinggi 170-an itu datang dengan secarik senyum kecil di wajahnya. Dengan balutan serba hitam tetapi casual, menambah visual nya yang sudah terkenal seantero sekolahan, apalagi dengan sebuah kacamata hitam yang bertengger di hidung nya yang maju, jelas saja kaum hawa langsung terpana.

"Lo enggak takut apa deket sama cowok modelan dia, Ken?" Kenangan menoleh, memandang Waktu lalu menangkup kedua pipi perempuan dengan iris biru itu dengan kedua telapak tangan nya.

"Kenapa harus takut? Yang gue takutin justru kalo lo jadi perawan tua, Wa." Kenangan membubuhi kalimat nya dengan tawaan ringan.

Waktu dengan cepat menarik lengan Kenangan dari pipi nya. Lalu terdengar dengusan ringan. "Mbak nya tolong ya, jadian ae urung kok ngece kancane." 

Sementara itu Kenangan memilih diam, enggan membalas, sekaligus berpikir. Benar apa yang dikatakan Waktu, ia dan Ruang belum menjadi apa-apa, tapi Kenangan seolah merasa terjadi sesuatu di antara mereka.

"Kenapa diem? Marah?" Kenangan menggeleng cepat. "Gue justru mikir Wa, dari apa yang lo katakan emang bener. Disini kesan nya justru gue yang ngebet banget," ujar Kenangan lirih  dengan senyuman kecut di wajahnya.

Catatan:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catatan:

Terkait tokoh, bisa diimaginajasikan sendiri, kecuali pemeran utama; Ruang Alvarendra.

Sudah, selamat siang!

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang