“Lo masih sering pusing ngga?”
Daksa Waktu tergerak lemah. Sudah sepuluh hari berlalu semenjak kesadarannya kembali. Masih di tempat yang sama dengan ruangan yang lebih sederhana. Singkatnya, Waktu telah di pindahkan ke ruangan rawat biasa. Serta segala alat rumah sakit sudah terlepas dari daksanya.
Sepuluh hari belakangan juga Ruang selalu berada di samping Waktu. Melihat Waktu tidur, minum obat, makan, mengantar ke kamar mandi, menyeka wajah, tangan serta sela-sela jari,menjadi rutinitas pemuda itu akhir-akhir ini.
Ruang selalu merapal asa. Waktu segera pulih dan ingatan serta sel-sel tubuhnya segera kembali. Walau Ruang tau, butuh waktu yang panjang.
“Eh, lo jangan banyak gerak dulu, tiduran aja.”
Ruang membantu Waktu untuk kembali tertidur tetapi Waktu menolak. “Capek tau tiduran mulu, malah jadi pegel-pegel.” keluh Waktu.
Ruang mengelus rambut hitam Waktu halus. Kembali membantu perempuan itu untuk duduk di atas ranjang nya. Mengatur bantal di belakang punggung agar Waktu dapat duduk dengan nyaman.
“Sekarang apa yang lo rasain?”
Waktu berpikir sejenak. Lalu menggeleng. “Pengen es krim,” ucap nya. Ditambah senyuman di akhir.
Ruang menggeleng cepat. “Kata siapa lo boleh makan es krim? Nggak boleh.”
Waktu menurunkan senyum nya. Menatap Ruang dengan pandangan seolah 'plis, kali ini aja' berharap, semoga Ruang dapat luluh dan mau memberi nya es krim.
“Ga usah melas-melas gitu!” seru Ruang.
Waktu semakin memasang wajah memohon. Mata nya berkedip berulang kali, dengan kedua telapak tangan yang di satukan.
“Iiiiish, iya deh!” seru Ruang final. Mana bisa gue liat muka melas nya.
“Yes!” senandika Waktu. Ruang melangkahkan kaki keluar. Sebelum itu Waktu berpesan. “Rasa Coklat ya! Yang ada butiran cokocip nya.”
Blam!
Pintu tertutup adalah jawaban 'iya' dari Ruang. Simetris di wajah Waktu menambah pesona kirana perempuan itu, walau masih dengan bibir pucat.
...
Sementara di lain sisi. Ruang tengah mendumal sambil memilih es krim yang di maksud sang hawa.
“Rasa coklat ya yang ada cokocip nya.” Ruang meniru beberapa kalimat Waktu dengan aksen yang berbeda di depan lemari es krim di salah satu kedai di dekat rumah sakit. Ruang mengambil dua bungkus es krim. Masa iya dia doang yang makan? Gue engga? Enak aja!
Dua es krim berbungkus plastik putih ada di tangan Ruang. Di tengah perjalanan, notifikasi panggilan dari ponsel menghentikan langkah Ruang.
Tertera di sana.
Haekal
Dengan segera Ruang menarik tombol hijau ke atas.
“Hng?”
“Salam dulu anjir, gak guna lo sekolah attitude gak ada.”
“Lo yang duluan nelpon gue ya!?”
“Ya kan tetep aja lo yang ngomong duluan!”
“Gue matiin—”
“Jangan! Ada hal penting.”
“Apa?”
“Lo dimana sekarang?”
“Di rs lah, dimana lagi?”
“Lah gue nanya lo malah nanya balik.”
“Lo kalo mau ngajak ribut bilang Kal! Gue nahan emosi dari tadi!”
“Pfffffttt, gampang bener kepancing bro. Kalem napa.”
“Gue itung 1-3 kalo lo gaㅡ”
“Iya-iya! Gue liat Haris.”
Tanpa sadar, Ruang menjatuhkan plastik putih di genggamannya.
“Ren! Lo masih disana kan? Woy jangan diem aja!”
“Ren!”
“Rendra! Budek ya lo!?”
“Dimana?”
“Hah? Siapa?”
“Lo liat Haris.”
“Ohh, di makam.”
“Makam?”
Tut tut tut
“Lah? Kebiasaan banget kuota abis!”
Bukan. Bukan kuota milik Ruang, tapi milik Haekal. Sudah menjadi kebiasaan sampai Ruang hapal. Kuota Haekal sering habis karena Haekal sengaja membeli kuota khusus untuk game. Bisa Ruang pastikan Haekal bisa menghubungi nya karena masih ada kuota utama sisa bulan lalu. Atau Haekal minta hotspot pada Rano. Kedua nya sama saja. Gila game.
Ruang mengambil kembali plastik yang jatuh di dekat sepatu nya. Lalu bergegas kembali ke ruang inap Waktu. Entah mengapa. Ruang merasa takut...
...kedatangan seseorang yang lama tak jumpa.
Selamat malam~~
❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang ¦ Huang Renjun ✔️
Teen FictionAU (Alternative Universe) Ft. Huang Renjun Kesalahan demi kesalahan di masa lalu mulai terkuak. Akibatnya kehidupan saat ini menjadi ajang balas dendam yang merenggut banyak jiwa. Mulai dari penculikan yang berujung kematian serta hilang nya ingata...