13. Rumor

55 16 4
                                    

Meletakan mu dihati mungkin sebuah kesalahan tapi,
membiarkan diriku perlahan mati karena menahan perasaan juga bukan suatu pilihan

Meletakan mu dihati mungkin sebuah kesalahan tapi, membiarkan diriku perlahan mati karena menahan perasaan juga bukan suatu pilihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kamis dengan secangkir teh manis. Waktu sesekali melihat ke sekitar. Rasanya pengunjung kantin siang itu memperhatikannya tanpa henti.

Ya mungkin hanya perasaan Waktu saja. Tapi, rasanya tetap saja ada yang berbeda. Seperti ada bisik-bisik terdengar walau samar.

“Gatau diri banget dah. Katanya sahabat tapi ngerebut pacar sahabatnya sendiri.”

“Emang parah sih, gue denger mereka tinggal satu rumah. Ga malu apa udah dikasih tempat tinggal malah gatau diri.”

“Kalau gue jadi Kenangan udah gue jambak-jambak kali tuh cewek.”

Waktu menggelengkan kepalanya dengan alis yang sedikit memicing. Mengambil ponsel diatas meja lalu beranjak dari kursi kantin.

Seluruh pandangan menatap ke arahnya tepat saat ia melangkahkan kaki. Aneh. Batin Waktu.

“Ada yang aneh apa ya sama penampilan gue? Perasaan sama aja kayak biasanya.” batin Waktu seraya mengamati seragam batiknya.

Waktu secepat mungkin membuang seluruh pikiran negatifnya dengan menggelengkan kepala serta menarik dan menghela napas secara teratur sambil terus berjalan menuju kelas.

Di pertengahan menuju kelas. Ponsel Waktu berderit tiada henti. Waktu mengecek apa isi dari notifikasi tersebut. “Dari platfrom sekolah? Tumben banget pada nge- tag gue?” gumamnya masih terus berjalan.

Parah ga sih gais? Nikung sahabat sendiri? Pura-pura ga tau apa-apa lagi? Cih. Gatau malu!

Itu isi beritanya. Lantas, Waktu mengklik kolom komentar. Matanya melotot saat melihat potret dirinya dan.... Ruang?

“Kok... Ini kan udah lama? Lagi gue sama dia ga ngapaㅡAw!”

Belum sampai Waktu membaca seluruh isi komentar yang berisi tag akun milik Waktu. Bahunya menabrak bahu lawan di depannya.

Untung saja ponselnya masih dalam genggaman. Kedua mata Waktu menangkap sepasang sepatu denga logo N disana. Lalu tak lama sebuah lengan terulur hendak menawarkan bantuan.

“Gue bantu.”

Waktu membalas uluran lengan itu. Lalu berucap terimakasih dan berlari ke kamar mandi.

“Aneh,” kata siswa pemilik sepatu berlogo N itu.

●○●

Di dalam kamar mandi. Napas Waktu berderu kencang bahkan peluh mulai mengalir dari dahinya. Dadanya sesak dan rasanya ingin menangis tapi air matanya seolah tidak ingin keluar.

Hanya karena melihat satu komentar disana.

Mulai sekarang. Jangan pernah sangkut-pautkan gue sama hal-hal yang berbau orang ini lagi.

Dan tertanda disana. Sang pemilik akun. kensar_ yang sudah Waktu hapal siapa pemilik akun tersebut.

Waktu sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba ada rumor bahwa ia merebut pacar Kenangan. Padahal yang Waktu tau Kenangan sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Belum lagi ada foto dirinya dengan Ruang disana.

Waktu berinisiatif menghubungi Kenangan. Tapi tidak di angkat, padahal sebelumnya Kenangan tidak akan pernah absen dari panggilan ataupun pesan dari siapapun. Tapi sekarang kenapa?

Waktu masih berdiri di belakang pintu toilet. Saat mendengar gemercik air yang Waktu pikir berasal dari wastafel kamar mandi. Waktu tanpa sadar menahan napas.

“Lo serius gak nganggep dia sahabat lo lagi? Gue kira hubungan persahabatan lo gak akan mudah hancur gitu aja Ken.”

“Awalnya gue juga mikir gitu. Tapi gimana ya? Ya lo bayangin deh jadi gue, gimana kesel dan makan ati nya gue sama orang itu? Gue nganggep dia saudara tapi kayaknya gue bukan apa-apa di mata dia. Jadi yaudah lah. Gak guna juga terus-terusan sama dia. Yang ada gue sakit ati mulu!”

Tanpa Waktu sadari air mata mengalir di pipi nya.

“Lo bahkan belum konfirmasi ke gue Ken? Tapi lo bisa ngambil kesimpulan gitu aja tentang gue, sebenernya yang gak nganggep itu gue atau elo sih?”  batin Waktu yang masih terus menahan isakan dengan menutup mulutnya.

“Oke-oke tenang. Kalau lo emang mau nya gitu, yaudah balik ke kelas aja yuk.”

Setelahnya Waktu mendengar langkah kaki yang makin lama hilang suaranya. Tandanya mereka sudah pergi.

Tanpa Waktu sadari bahunya merosot begitu saja, lutut nya lemas sampai ia terduduk di lantai toilet dengan air mata yang terus menetas dan ponsel yang sedari tadi sudah jatuh.

“Ternyata gini ya. Ga enak nya jadi orang gak punya.”

Dadanya sesak, penglihatan nya makin kabur tertutup air mata yang terus berlomba-lomba keluar. Pikiran nya... Kacau.

Ngerasa aneh nggak? Maksudnya nyambung nggak? Paham nggak kalian nya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngerasa aneh nggak?
Maksudnya nyambung nggak?
Paham nggak kalian nya?

Takut aku, yang aku sampaikan nggak tersampaikan 😭😭

🌟🌟🌟























🌟🌟🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Apa-apaan nih platform sekolah?”





Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang