26. Kalung Belati

52 12 7
                                    

1106 word

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1106 word. Bisa di banyakin sebanyak apa dari biasanya. Biasanya aku cuma mentok sampai 700 word, nambah 300 ga seberapa kan ya haha. Yang di bawah cuma pelengkap aja. Soalnya aku gemes hehe. Setelah ini banyakin dulu vote, komen nya. Baru aku update chap selanjutnya, okee😆
Happy Reading.
























Terhitung sudah tiga bulan lebih satu minggu sejak Waktu masuk ke rumah sakit ini. Keadaan nya masih saja sama seperti saat dirinya dibawa pertama kali ke tempat ini. Han frustasi, bingung harus bagaimana agar kesadaran Waktu bisa kembali.

Belum lagi, sekarang sudah masuk bulan ujian sekolah, bahkan hari ini sudah hari terakhir ujian tersebut. Dan bisa dipastikan Waktu melewatkan segalanya.

Jujur, hal nomor satu yang sekarang Han pikirkan adalah kesembuhan Waktu. Karena dokter bilang, jika kondisi Waktu terus seperti ini. Saraf-saraf serta otot-otot Waktu kemungkinan akan mengalami kerusakan, lebih gampangnya apabila Waktu sadar pun dapat di pastikan Waktu tidak bisa kembali seperti sedia kala.

Han menggenggam telapak tangan Waktu dengan jarum suntik disana. Setiap harinya Han akan selalu bercerita tentang dirinya dan Waktu kala kecil. Hanya sebagian yang Han ingat, tapi sebagian itulah yang selalu Han ulang-ulang.

“Kita dulu lengket banget Wa, udah gak bisa deh dipisah. Lo tuh yang selalu mau deket-deket sama gue, hahaha. Pokoknya dulu kita lucu banget Wa, kata mendiang Ibu, kita kayak tupai sama koala. Haha random banget, gue tupainya lo koala yang selalu gelondotin gue.”

Tanpa sadar, setiap Han menceritakan hal itu, air matanya selalu menetes selalu dan selalu.

Han menyeka pipi nya. “Gue mohon banget sama lo Wa, tolong buka mata lo. Please, gue pengen banget panggil lo adek, dan lo bisa bales dengan panggilan kakak ke gue.”

Tersenyum. Entah apa arti dibalik senyuman Han yang jelas air mata terus mengalir di pipinya.

Han meraba sekitar leher nya. Menarik sesuatu yang melingkari leher nya. Sebuah kalung berwarna perak dengan liontin belati disana.

“Cuma ini pemberian dari Ibu sebelum gue pergi kala itu Wa, cuma ini yang bisa mengingatkan gue sama Ibu, dan ini juga yang akhirnya nemuin gue sama lo Wa. Karena gelang belati lo gue sadar kalo lo adalah koala gue. Wa, gue harap lo bisa denger ya Wa, walaupun lo nggak memberi respon, nggak apa-apa. Yang penting lo bisa ingat apa-apa yang udah gue bilang ke lo. Wa, kesempatan kedua itu jarang dikasih sama Haris, jadi gue udah antisipasi kok. Lo harus janji lo bisa sadar, lo bisa bahagia. Baik gue ada maupun nggak ada. Gue titip pemberian terakhir dari Ibu ke lo ya Wa, maafin kakak lo ini Wa.”

Han mendaratkan satu kecupan di dahi Waktu sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruangan serba putih dengan semerbak obat-obatan itu.

🌿🌿🌿

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang