40. Solusi

66 9 10
                                    

Waktu segera berlari mengitari lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu segera berlari mengitari lapangan. Haris bilang tempo hari bahwa ia akan meminta Ruang menemui nya di gudang sekolah. Saat ini sudah malam, dan sekolah ditutup. Untungnya pagar sekolah tidak dikunci, sehingga ia dan Haekal bisa masuk ke dalam. Mereka sudah selesai mengecek gudang, namun terkunci dari luar dan tidak ada tanda-tanda ada manusia di dalam.

Mereka mengitari kelas serta lorong-lorong, tapi sepi, tidak ada siapapun selain mereka.

“Ruang! Ruang! Ruang jawab gue!”

Sambil terus berlari serta mengintip ke jendela kelas-kelas, Waktu berteriak memanggil nama Ruang. Begitu pula Haekal.

Sampai 30 menit, mereka terduduk di anak tangga. Napas mereka terengah, keringat mengucur dari dahi keduanya. Kaos yang Haekal kenakan juga sudah basah setengah.

“Serius disini?” tanya Haekal.

“Iya! Gue yakin banget Haris bilang disini kok.”

Hening, keduanya menarik napas masing-masing, sampai Waktu berteriak tepat di depan wajah Haekal.

“Jebakan!”

“Astaga! Lo— anjir, bisa jadi? Tapi, titik nya disini Wa.” Haekal melihat ke arah ponsel nya.

“Kal-Kal, lo liat cahaya-cahaya gitu nggak  sih?” Waktu beranjak dari duduk nya. Ia berjalan mengendap-ngendap ke arah depan. Haekal mengikuti Waktu dari belakang.

Sebuah benda kotak persegi panjang tengah bergetar, cahaya lampu nya kelap-kelip, layarnya memunculkan notifikasi ada yang mengirimkan pesan.

Tanpa pikir panjang, Waktu segera mengambil benda tersebut, membuka notifikasi yang ada. Matanya melebar, sekian detik sampai akhirnya, tubuhnya merosot terduduk.

“Satu langkah lebih lambat,” ucap nya.

“Ris, gak gini caranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ris, gak gini caranya...”

“Terus gimana?”

Bugh.

Bugh.

Bugh.

“Gue harus diem aja numpuk kemarahan gue terus gitu kak? Sampai akhirnya gue mati sendiri karena numpuk kemarahan serta kekesalan gue atas apa yang gue rasain? Gitu?”

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang