27. Memori Waktu

43 12 2
                                    

Ini hampir 2k word. Sengaja karena emang mau jelasin disini, bacanya pelan-pelan aja ya, diresapi, sekalian di ingat-ingat chap sebelumnya yang dirasa mengganjal. Apabila ada pertanyaan silahkan tanyakan di komentar.
Happy Reading-✨

Siang itu Waktu berjalan malas menuju kinimart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu Waktu berjalan malas menuju kinimart. Setelah Han mengatakan bahwa ia adalah mantan gengster yang kabur, Waktu sedikit menjauh dari Han. Bukan karena takut jika ia akan ikut imbasnya karena bergaul dengan mantan gengster hanya saja Waktu sedikit—um kecewa mungkin? Sedikit lebih di atasnya lah. Marah? Tidak juga. Karena sebenarnya bukan sepenuhnya salah Han. Hanya, ternyata kenyataan yang harus diterima oleh pemudi itu berlawanan arah dengan ekspetasinya kala itu—satu detik yang akhirnya merubah seluruh pandangannya terhadap Han.

Awal bertemu dengan Han, Waktu memang menemukan Han terduduk dengan pakaian lusuh serta rambut yang berantakan di pinggir jalan ketika ia pulang sehabis berjalan santai seraya mengambil gambar di kameranya.

Han terduduk dengan kedua lutut yang di satukan dan kepala menunduk. Waktu mendekati Han. Mengusap surai kecoklatan Han pelan.

“Maaf, lo keliatan lagi laper, mau gue traktir?”

Waktu bertanya dengan takut-takut. Takut Han akan tersinggung atau mungkin akan marah padanya. Karena memang posisi mereka adalah tidak saling kenal—orang lain.

Han mengangkat kepalanya menatap Waktu lama. Hingga Waktu salah tingkah karena Han menatap Waktu tanpa kedip.

“Hey? Mau?” tegur Waktu.

Han mengangguk. Masih dengan menatap Waktu.

“Lo tinggal dimana?”

“Di mana-mana.”

Waktu mengulum senyum kala Han menjawab pertanyaannya dengan jawaban aneh, Waktu kira Han melucu. Tapi Waktu mengganti ekspresinya seketika karena Han berkata.

“Serius, gue gak bercanda atau ada niatan ngelawak. Emang gue tinggalnya dimana aja. Makanya gue jawab dimana-mana.”

Waktu terdiam.

Waktu mengamati Han yang sedang makan semangkok bakso di samping nya itu.

Satu ide terlintas. “Gimana kalau lo tinggal di sama gue?”

Terdengar suara sendok dan garpu berdenting. Acara makan Han ia hentikan, sengaja.

Why?”

“Lo— Mbak bercanda? Kita gak kenal, dan lo nawarin gue tinggal di tempat lo, lo gak takut gue ngapa-ngapain lo gitu?”

Waktu kembali mengulum senyum, kali ini sampai tertawa kecil. Membuat Han bingung.

“Pertama gue gak bercanda, kedua gue yakin lo orang baik-baik, walaupun penampilan lo—eum emang berantakan dan nampak rusuh, i mean lo orang baik kok, kalau pun lo orang jahat, lo udah ngelakuin nya sedari tadi kan? Terus yang ketiga, jangan panggil gue 'mbak' gue gak setua itu ya!”

Ruang ¦ Huang Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang