Bab 8 - Pemecatan Masal

279 15 0
                                    

Siang itu sekolah tengah ramai membicarakan mengenai murid-murid yang katanya mereka akan di keluarkan dari sekolah jika daftar absen benar membuktikan ketidak aktivitas mereka.

Aurel masih di dalam kelas mereka sedikit khawatir akan Keyana, khawatir jika sahabatnya itu di keluarkan dari sekolah sedangkan yang di khawatirkan justru malah sibuk main ponselnya menonton streaming-BTS.

"Key lo enggak takut apa,"
"Takut apaan sih Aurel,"
"Takut di keluarkan sekolah," kata Aurel.
"Takut sih ada, cuman ya mau gimana lagi gue cuman bisa nunggu keputusan pihak sekolah,"

Aurel menghela nafasnya, "Key siapa yang mewakili lo datang ke sekolah?"

"Kak Bryan," jawabnya santai masih menatap ponselnya.
"Kak Bryan?" Aurel mengulanginya.
"Hem..,"

Mata Aurel terbelalak mendengar nama Bryan pasalnya Aurel mengagumi Bryan sejak lama, sejak saat ia pertama kalinya diajak main ke rumah Keyana saat itu pula Aurel berpapasan dengan Bryan yang sampai sekarang selalu bersikap dingin.

Brugh. Rangga tidak sengaja menyenggol Keyana yang tengah asyik dengan ponselnya.

"Sorry Key,"
"Rangga! Gara-gara lo oppa-oppa gue jadi hilangkan,"
"Ya ampun.. Key jangan lebay deh kan bisa searching lagi," ucap Rangga.
"Lagian lo juga enggak ngapain sih pakai acara lari-lari segala," ujar Aurel.
"Gue punya kabar baru," ucap Rangga.
"Kabar baru apaan? Udah kayak pembawa berita aja lo ngga," celetuk Keyana jenaka.
"Gue serius key,"
"Dari dulu lo enggak pernah serius,"
"Eh kalian berdua kok malah bercanda sih, cepetan Rangga berita apaan?" titah Aurel.

Rangga mengatur pernafasannya sejenak berhasil membuat kedua sahabatnya merasa Ilfil.

"Rangga cepetan!" Aurel mulai geram.
"Andi sama temen-temennya di keluarin!"
"Serius?" ucap Keyana yang tak kalah serius.
"Tumben lo serius key?" timpal Aurel
"Biar makin tegang aja," Keyana jenaka.
"Parah nih anak," celetuk Rangga.

Keyana masih tertawa renyah selepas itu ia menatap Rangga kembali, "Ok-ok kali ini gue serius, jadi Andi sama temen-temennya di keluarin dari sekolah," Rangga mengangguk.

"Cuman mereka aja?" tanya Aurel
"Ada beberapa siswa juga yang di panggil gue rasa satu persatu mereka yang kemarin di hukum bakalan di panggil semua," ujar Rangga.
"Termasuk gue juga nantinya?" tanya Keyana.

Rangga tak berani menjawab sebenarnya ia juga khawatir Keyana di keluarkan pasalnya sampai jam sekarang perwakilan dari Keyana belum juga datang.

"Key, Bryan belum datang juga?"
"ENggak tahu kemana tuh orang,"
"Sabar Key,"

Jujur saja Keyana juga merasa takut di keluarkan apalagi soal perdebatan kemarin dengan Ayahnya dan tadi pagi Keyana tidak sengaja mendengar obrolan Papanya yang akan ada acara penyambutan di cabang perusahaan barunya, Mamanya? Pastilah Sheirena akan selalu menemani Papanya kemana pun pergi.

Bryan dia juga hari ini tengah sedang sibuk dengan pekerjaanya walaupun semalam Bryan telah berjanji akan datang walaupun nanti kedua oran tuanya datang Bryan tetap akan datang tapi sekarang? Nihil.

"Keyana kamu di panggil kepala sekolah ikut ibu sekarang." suara lantang dan tegas milik Bu Retno berhasil membuat seisi ruangan hening.

Namanya di panggil Keyana segera mengekori Bu Retno mendapat semangat dari kedua sahabatnya cukup lumayan membuat hatinya tenang, walaupun sampai sekarang hatinya masih berdebar padahal Keyana sekarang tidak sedang bersama dengan Arga biasanya hati dan jantungnya akan berdebar bila berdekatan dengan Arga seorang.

Di depan pintu ruangan kepala sekolah ia mendapati Pak Rian, Pak Dede dan Pak Arga disana ia juga melihat beberapa murid cowok keluar bersama walinya dari dalam ruang kepsek, ibunya mengomel tidak jelas pada anaknya sepertinya dia di keluarkan.

Sekarang Keyana berjalan sendirian tanpa di temani kedua orang tuanya, ia sempat menatap Arga seperti biasa Arga selalu tersenyum ramah.

***

Dari arah depan mobil mewah berwarna Putih memasuki area parkiran yang di dalamnya terdapat dua pasutri mereka adalah Jimin Alaskah dan Sheirena kedua orang tua Keyana. Disusul kedatangan Bryan dengan mobil mewahnya lamborgini miliknya, ia menatap sekeliling sekolah dengan wajah tampan dan coolnya berstelan jas hitam kebanggan nya.

Kedatangan tiga seseorang itu menjadi sorotan para murid dan beberapa orang tua yang menerima panggilan dari sekolah begitu juga dengan murid cewek yang kegirangan melihat Bryan yang melintas di hadapan mereka.

Arga yang melihat Pak Rian dan Pak Dede mempersilahkan Jimin dan Sheirena masuk ke dalam ia hanya diam, Arga merasa sepertinya kedua orang itu sangat di hormati kedatangannya di sekolah karena beberapa guru menyapanya dengan ramah mereka bahkan sampai mengantarkan masuk ke dalam ruangan kepsek.

"Mereka siapa Pak?" tanya Arga penasaran.
"Orang tua Keyana," jawab Pak Dede
"Kayaknya beliau sangat di hormati sekali,"
"Pak Arga beliau itu salah satu donatur terbesar di setiap sekolah yang ada di kota ini termasuk sekolah kita juga," tutur Pak Dede.
"Oh gitu pantas saja sangatlah di hormati."

Arga baru tahu dan saat Bryan hendak memasuki ruangan uang kepsek ia di tahan oleh Arga di karenakan ketidaktahuannya mengenai Bryan.

"Mohon maaf Pak di dalam sedang ada murid dan orang tua murid, saya harap Bapak bisa mengantri disana setelah itu,"

Bryan menghela nafasnya, "Saya kakaknya Keyana jadi bolehkan saya masuk?" ucap Bryan menatap lurus Arga.

Arga melongo ia nyengir kuda mempersilahkan Bryan masuk ke dalam, Arga benar-benar malu akan tindakannya. Pak Rian dan Pak Dede hanya bisa menahan tawa mereka melihat ketidaktahuan Arga.

***

Keyana keluar dari dalam ruang kepsek yang diikuti kedua orang tuanya juga dengan Bryan bahkan kepala sekolah sampai ikut mengantar mereka keluar dari dalam.

"Terimakasih Pak Jimin atas waktunya mau meluangkan waktunya untuk bertemu dengan saya, saya tahu Pak Jimin dan Ibu Sheirena juga mas Bryan pasti sangatlah sibuk tapi saya sangat berterimakasih karena sudah mau meluangkan waktunya untuk kemari," ujar Robert dengan penuh senyuman.
"Ah Pak Robert bisa saja ini semua kan demi Keyana, Ya sudah kalau begitu kami permisi masih ada banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan," ucap Jimin seraya menjabat tangan Robert.
"Mari saya antar Pak,"
"Terimakasih."

Sheirena-Mamanya memeluk dan mecium Keyana sebelum ia benar-benar pergi kembali ke kantornya, Pak Rian dan Pak Dede ikut mengantar Jimin dan Sheirena sampai ke mobil mereka.

Berbeda dengan Bryan yang masih berdiri di samping Keyana ikut menatap mereka yang begitu menghormati kedua orang tuanya.

"Nggak balik lo kak?"
"Ngusir gue?"
"Kalau iya kenapa? Sana balik,"
"Ya udah gue balik, belajar yang bener lo, gue capek di panggil kepsek terus,"
"Sorry."

Bryan memeluk adiknya ia tahu permasalahan ini hanya karena ketidaksengajaan Keyana.

"Jangan mampir ke warung itu lagi, kurang jajan lu ha?" celetuk Bryan di selingi tawa.
"Apaan sih lo kak!"
"CK! Ya udah gue balik, semangat,"
"Ok."

Bryan melambaikan tangan yang di balas jari tengah oleh Keyana yang berhasil membuat Bryan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Keyana tanpa mereka sadari dari arah yang cukup lumayan dekat seseorang memperhatikan mereka sedari tadi orang itu adalah Arga.

Arga tidak ikut seperti yang lainnya mengantar kedua orang tua Keyana ia justru memperhatikan Bryan yang seharusnya ikutan pergi ia malah masih berdiam diri dengan Keyana dan sekarang Arga tahu Keyana mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan juga seorang kakak yang selalu ada untuknya.

TBC.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang