Bab 12 - Sultan Mah Bebas

261 17 2
                                    

"Untuk mendapatkan senyumannya kembali nyatanya aku harus berusaha lebih,"

Hari Minggu hari yang sangat di nanti para manusia sejuta umat khususnya para pelajar begitupun juga dengan seseorang yang sekarang tengah bersiap untuk datang ke acara pembukaan restaurant baru Bryan.

Malas sangat malas seharusnya pagi ini Keyana habiskan uring-uringan di kamarnya bukankah semalaman Keyana sedang galau bagaikan orang tidak waras.

"Kak, Papa sama Mama mana?"
"Mereka udah berangkat ke Korea jam tiga dini tadi,"
"What Korea?"
"He-um,"

Keyana berdecak sebal, "Kenapa mereka enggak bilang-bilang mau pergi ke Korea,"
"Emangnya gue tahu? Lo kan tahu sendiri mereka kalau pergi kelayab-kelayab aja enggak ngomong-ngomong dulu sama kita,"
"Ah! Padahal gue pengen banget ketemu oppa Korea kak,"
"Gantengan juga gue kali,"
"Dih! gantengan juga Pak..,"
"Pa-pak siapa?"

Bryan menatap adiknya yang di balas nyengir kuda, "Hehehe.. enggak-enggak maksud gue gantengan Papalah,"

"Nggak jelas lo, ayo berangkat."
"Ya ayo lo dari tadi nyisir rambut mulu,"
"Bacot."

Mereka berdua berangkat bersama ke acara launching pembukaan restoran baru milik Bryan, disana sangatlah ramai karena Bryan sengaja memberikan harga miring untuk menu-menu makanan yang tersedia saat ini.

Ketika penyambutan Bryan menjelaskan visi dan misi begitu juga veramah yang lainnya sedangkan Keyana ia hanya bisa duduk mengantuk di pojokan mendengarkan ceramah Bryan yang berkepanjangan.

"Selamat menikmati, sekian dari saya Bryan. Terimakasih,"

Bryan sengaja tidak menyebutkan nama lengkapnya karena ia malas jika setiap kali ia menyebut embel-embel Alaskah semua orang akan berpikir jika restoran ini milik Papanya.

Bryan turun dari podium menghampiri Keyana memberi tahu adiknya bahwa siang ini ia ada meeting terpaksa menyuruh Keyana untuk menunggu supir jemputannya.

Kakaknya itu benar-benar keterlaluan membawanya kemari dan sekarang menyuruhnya pulang sendiri.

Keyana menatap segerombolan anak muda di sudut sana, mereka saling berbicara serius. Matanya terbelalak melihat disana ada gurunya yaitu Arga tengah bersama segerombolan anak muda tersebut.

Keyana tersenyum ia berlari seraya berteriak memanggil nama gurunya.

"Pak Arga..,"

Arga terkejut bukan hanya Arga namun Gilang, Dina dan Aisyah-pun ikut terkejut melihat seseorang berteriak memanggil nama Arga dan sekarang orang tersebut menghampiri mereka.

Semuanya saling pandang, Keyana mulai kebingungan karena beberapa pembeli di restoran menatapnya juga sedangkan Arga ia hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Kenapa dia bisa ada disini," batin Arga
Keyana tersenyum, "Hai semuanya,"
"Hai juga," Aisyah menjawabnya.
Dina dan Arga menatap Aisyah, "Kenapa?"

Keyana menarik kursi kosong sebelah mengambil duduk di samping Arga dan sekarang posisi yang tidak baik ia harus duduk di antara Keyana dan Aisyah.

"Ga siapa?" tanya Gilang.
"Murid gue,"
"Kalau di luar beda lagi namanya Pak," Arga menatap Keyana yang berani menjawabnya.
"Keyana kamu tahukan saya sedang ada tugas kampus bersama teman-teman saya. Saya minta maaf alangkah baiknya kamu jangan duduk disini ya cari tempat duduk lain saja," pinta Arga pelan.

"Iya De betul Apa kata Pak Arga kamu, kita disini sedang ada tugas," sambung Dina.
"Emang enggak boleh kalau aku ikut gabung,"
"Bo..,"
"Enggak boleh, masih banyak meja kosong Key lagian ngapain kamu duduk disini kamu tahukan setiap meja disini di sediakan 4 kursi bukan 5." ujar Arga mulai kesal.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang