Bab 11 - Kemarahan & Kesabaran Kenaya

301 18 1
                                    

"Sabar dalam Cinta itu benar-benar menguras Emosi,"

Berita mengenai tindakan Keyana yang melabrak adik kelas tersebar luas bahkan kabar itu sampai ke telinga guru namun pihak guru BK tidak menegur tindakan Keyana yang hanya beralasan tidak ada bukti yang menunjukan Keyana melakukan hal itu, lagi pula Rani tidak mengadukan tindakan Keyana kepada guru.

Di sepanjang perjalanan mengantar Keyana. Arga tidak merespon pertanyaan muridnya itu dan yang ia bingungkan kenapa gurunya menawarkan boncengan untuknya biasanyakan Keyana yang selalu merengek minta di antarkan pulang.

Mungkin hari ini adalah hari keberuntungannya.

Sreet! Pedal rem Arga injak lebih dalam berhasil membuat tubuh keduanya terhuyung kedepan dan sekarang Arga meminta Keyana untuk turun di jalanan yang cukup sepi.

Arga menarik nafas dan mulai mengeluarkan suaranya, Keyana pikir Arga akan mengajaknya berduann justru malah sebaliknya.

"Tindakan kamu itu sudah keterlaluan!"
"Pak?"
"Diam saya belum selesai bicara,"

"Saya nggak suka sama tingkah laku kamu itu, kamu tahu Ayahnya Rani sakit, dia tetangga saya sebagai seorang gurunya saya mencoba bersikap baik menawarkannya bantuan! Dan kamu seenaknya menjudge seseorang, marah-marah sama Rani. Kamu merasa kamu punya segalanya? Jadi, kamu bisa bertindak seenak kepada yang lainnya iya hah!" ujar Arga dengan suara kerasnya.

Arga sudah tidak bisa menahan emosinya dan sekarang ia meluapkan semuanya.

"Aku bertindak seperti itu karena Aku cinta sama Pak Arga,"
"Cinta?"

Arga tertawa renyah, menatap tajam Keyana, "Dengar baik-baik saya guru kamu dan kamu murid saya paham! dan maaf kamu bukan tipe saya, saya enggak suka dengan tingkah laku perempuan yang semrawutan kayak kamu seperti bukan seorang pelajar." ujarnya begitu kasar.

Deg! Keyana mematung terdiam, menatap Arga yang menaiki motor selepas itu ia meninggalkannya menatap Motor Yamaha RX100 yang kini semakin melesat jauh. Keyana sendirian disini di jalanan yang cukup sepi.

Ini untuk yang pertama kalinya ia di bentak oleh gurunya sendiri apalagi sampai berkata lebih dan oleh pria yang ia kagumi. Satu hal yang sekarang ia ketahui Arga tidak menyukainya dan dirinya bukan tipe perempuan yang Arga suka.

Keyana berjalan sedikit demi sedikit berharap rasa perihnya akan sembuh dengan cara berjalan kaki sampai rumahnya, baru saja setengah meter ia sudah merasakan lelah.

Keyana putuskan menghubungi supirnya untuk segera menjemputnya.

***

Motornya masih melaju kecang diatas Jalan ber-aspal ia sudah cukup lega melampiaskan amarahnya kepada Keyana.

Arga sudah menebak dari awal bahwa selama ini muridnya itu menaruh perasaan kepadanya, perempuan zaman sekarang memang tidak ada yang tahu malu berani mengungkapkan perasaan terlebih dahulu.

Cinta? Arga rasa tidak ada cinta untuk murid pemalas seperti Keyana, Keyana bukan tipenya sama sekali bukan tipenya.

Arga sering mendengar jika jodoh cerminan diri, mana mungkin cerminan dirinya adalah Keyana apalagi Keyana yang notabanenya ialah muridnya sendiri.

Sreet... Motornya ia parkirkan di tepi jalan, Arga sengaja mampir ke warung biasa pikirannya sedang tak karuan. Arga menyalakan satu batang rokok sebenarnya ia sudah berhenti merokok namun sekarang ia ulangi kembali.

Arga menghisapnya perlahan, menghembuskan asapnya sembarangan, jika di pikir-pikir tindakan barusan memanglah sudah keterlaluan meluapkan amarahnya begitu saja pada muridnya tapi penjelasan yang Keyana berikan justru berhasil membuat amarahnya semakin meluap.

Arga membuang asal putung rokoknya menyadari kelabilannya, ia mengacak-acak rambutnya sendiri kesal dengan semua kejadian hari ini. Harusnya ia bisa mengontrol amarahnya.

Perkatannya pasti sudah melukai hati Keyana.

***

Malamnya Keyana habiskan bersemedi di dalam kamarnya, tidak ingin makan ataupun sekedar buang air kecil pintu kamarnya ia tutup rapat. Tidak perduli dengan Bryan dan Kedua Orang tuanya yang berkali-kali menggedor pintunya sampai gedoran pintu itu terhenti ketika ia bersuara.

"Key ngantuk, Key cuman pengen sendiri, jangan di ganggu kalau nanti lapar bisa ambil makan sendiri."

Keyana bingung dengan kejadian hari ini tadi pagi Aurel marah-marah kepadanya, bahkan Aurel mendiaminya selama di kelas, tidak mau istirahat bersamanya dan Arga juga marah-marah sampai bilang dirinya bukan tipenya segala.

"Kalau aku bukan tipenya Pak Arga, lalu tipenya Pak Arga yang kayak gimana ya? Gue harus cari tahu, gue nggak boleh menyerah." Keyana mulai berpikir.

"Sabar Key jangan terpancing amarah, slow calm down. Sabar itu menghasilkan buah yang manis semanis Pak Arga, Kalau di pikir-pikir Pak Arga kalau marah serem juga ya?" katanya.

"Eh tapi, masih banyakan gantengnya sih di bandingkan seremnya."

Keyana berbicara dengan dirinya sendiri, ia juga tertawa sendiri jika mengingat manisnya Arga saat marah.

Aneh! Sudah di bentak, di judge tapi masih saja mengagumi inilah cinta membutakan mata dan hati seseorang.

TBC.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang