Bab 17 - Back

265 16 0
                                    

Bryan mewakilkan Keyana ia mendapat undangan dari pihak sekolah. Bryan pikir adiknya itu berulah seperti membolos atau hal yang lain ternyata ini tentang nilai Keyana yang sangat menurun.

"Saya harap Pak Bryan dapat menasehati Keyana dengan baik,"
"Baik Pak,"
"Saya dan guru akan membantu semampu mungkin agar Keyana mendapat nilai yang jauh lebih baik lagi, bagaimanapun juga kami sangat menghargai Pak Jimin yang selama ini selalu membantu sekolahan kita, dan kami juga ingin memberikan didikan yang terbaik untuk Keyana selaku anak dari Pak Jimin," ujar Robert selaku kepala sekolah.

"Iya Pak terimakasih banyak telah mau mendidik Keyana dengan sabar," ucap Bryan.
"Sampaikan salam saya untuk Pak Jimin,"
"Baik Pak, kalau begitu saya permisi."

Arga dan beberapa guru mendengarkan obrolan kepa sekolah dengan Bryan.

Sekarang Arga paham, jika Keyana bukan anak dari donatur terbesar di sekolah ini, mungkin Keyana sudah di keluarkan dari sekolah tapi nasib baik berpihak padanya.

Di koridor Keyana menemui Bryan yang masih menunggunya.

"Apa kata Pak Robert?"
"Nilai lo jeblok,"
"Oh,"
"Santai banget lo kayak enggak ada beban hidup,"
"Cuman nilai kan, enggak akan buat gue di keluarin dari sekolah,"
"Key,"
"Kenapa?"
"Gue kali ini serius, lo jangan kayak gue cukup gue yang enggak bisa bikin bangga Papa dan Mama. Lo harus bisa lebih dari gue." Keyana mengangguk.

Baru kali ini ia melihat seorang Bryan bicara seserius itu. "Ya udah gue balik, belajar yang rajin." ujarnya.

Keyana jadi merasa bersalah apa yang di katakan Bryan benar, selama ini ia belum pernah ia membuat kedua orang tuanya bangga ya walaupun kedua orang tuanya itu sibuk kerja. Tapi, mereka juga bekerja untuk dirinya.

***

"Pak Arga,"
"Kamu ngapain disini bukannya berangkat sekolah,"
"Mau berangkat sekolah bareng sama Pak Arga,"
"Supir kamu mana?"
"Aku suruh balik."

Arga geleng-geleng kepala apa yang sebenarnya merasuki Keyana minggu lalu dia bersikap cuek dan sekarang mulai agresif kembali.

"Maaf saya enggak bisa berangkat bareng kamu, apa kata siswa lain kalau saya berangkat sama kamu,"
"Pak Arga malu?"
"Bukannya saya malu,"

Keyana mencabikkan bibirnya, "Ya udah kalau gitu lebih baik aku enggak usah berangkat sekolah,"
"Eh Jangan, yaudah ayo." dan akhirnya ia berhasil bisa berangkat sekolah bareng Arga. Di atas kendaraan roda dua tak henti-hentinya Keyana mengajak Arga bicara.

Sampai di sekolah pun ia berjalan bersama di koridor, ini suatu hal yang benar-benar berhasil membuat dirinya merasa bahagia, sampai di kelas tidak henti-hentinya Keyana tersenyum.

"Key! Lo masih waraskan?"
"Apaan sih Rel bikin kaget aja,"
"Dari tadi gue Perhatiin lu senyum-senyum sendiri,"
"Lo tahu enggak,"
"Mana gue tahulah, Lo kan belum cerita,"
"Gue berangkat sekolah bareng Pak Arga,"
"Ya ampun gue kira apaan!"
Keyana masih terkekeh bahagia, "Eh tunggu bukannya lo bilang mau Move On?" tanyanya.
"Enggak jadi,"
"Dih! Move On kok enggak jadi. Ada ya move On di cancel,"
"Ada,"
"Parah lo, ya udahlah yang terpenting lo bahagia enggak kayak kemarin-kemarin agak gesrek."

Benar kata Keyana ia benar-benar membatalkan fase move on-nya ia merasa rindunya sudah sangat menggebu-gebu, ia benar-benar tidak bisa jauh dari Arga lagi pula Arga sudah tidak lagi membahas tentang hal itu.

Di kelas Keyana bermain ponselnya sembari menunggu bel berbunyi, ia mengirimkan pesan untuk Gilang sahabat Arga.

"P,"
"Why,"
"Gue mau nanya,"
"Apa, pasti tentang Arga ya kan?"
"Tahu aja lo,"
"Mau nanya tentang Arga dari mana lagi nih,"
"Menurut lo Pak Arga itu suka enggak sih nonton bioskop?"
"Enggak dia enggak terlalu suka, dia sukanya belajar dan belajar,"
"Ngebosenin banget sih hidupnya,"
"Ya lo bikinlah hidupnya jadi berwarnalah,"
"Caranya?"
"Lo pikir aja sendiri, udah ya gue ada kerjaaan."

Keyana mendumel tidak karuan, bagaimana caranya membuat hidup Arga lebih berwarna kalau di lihat-lihat ia juga sih Arga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, sikapnya juga agak kaku, cuek dan dingin.

Apa Arga bisa bersikap romantis seperti layaknya pria di luaran sana?

"Woi!"
"Duh, lo bisa enggak jangan bikin gue kaget,"
"Dan lo bisa enggak Keyana Alaskah jangan ngelamun terus,"
"Ih,"
"Key,"
"He-um kenapa?"
"Kak Bryan itu belum menikah ya?"
"Gimana mau nikah pacar aja enggak punya,"
"Serius?"

Keyana menatap Aurel curiga, "Iya tapi enggak seserius itu juga kali Rel, Lo aja gih sono jadi istri kakak gue kasihan dia jomblo mulu." ujarnya jenaka.

Aurel menelan salivanya, adik dari pria yang di kagumi menyuruhnya untuk menjadi istri kakaknya walaupun nada bicara Keyana seperti bercanda tapi itu berhasil membuat Aurel tersipu.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang