Arga bingung ia harus bagaimana pasalnya hatinya sedang tidak karuan memikirkan kalimat yang di lontarkan muridnya itu selalu terngiang di pikirannya. Saat ini upacara senin pagi biasa menjadi rutinitas di pagi hari senin.
Arga membantu guru yang bertugas merapikan ketertiban baik itu barisan atau dalam pakaian yang mereka gunakan.
"Cepat! Bereskan seragam kamu itu yang benar," bentakan Pak Toto selaku guru killer berhasil membuat bulu kuduk para siswa merinding pasalnya Pak Toto tidak akan segan-segan melayangkan jeweran bahkan melayangkan rotan panjang tipis di tangannya.
Berbeda dengan Arga yang begitu santai menegur para murid nakal tanpa berani bersikap kasar.
"Hay bereskan barisan kalian yang rapi," ujar Arga.
"Iya Pak,"
"Dan jangan banyak ngerumpi,"
"Iya Pak---"
"Keyana mana topi kamu dan kenapa kamu enggak pakai dasi?"
"Lupa,"
"Kamu tahu..,"
"Iya Pak saya tahu peraturan disini tapi maaf saya lupa,"
"Ya sudah, lain kali jangan di ulangi." katanya tidak berani bersikap kasar.Salah satu siswa laki-laki merintih ngilu akibat jeweran dari Pak Toto, ia protes menunjuk Keyana yang tidak mematuhi tata tertib namun masih bisa di toleransi. Pak toto menghampiri Keyana yang masih santuy tanpa rasa salah.
"Keyana! Mana topi kamu dan kenapa kamu tidak memakai dasi?"
"Lupa Pak,"
"Pak Arga kenapa tidak menegur Keyana,"
Arga gelagapan, "Sa.. saya sudah menegurnya Pak,"
"Tapi kenapa bapak tidak memberinya teguran keras," ujar Pak Toto mengingatkan.Kini giliran Keyana yang di tatap tajam Pak toto, "Keyana kamu!" seketika ia melayangkan jewerannya, menjewer telinga Keyana keras. "Ah.. Pak sakit!"
"Pak Toto saya mohon tolong jangan..," ucap Arga yang merasa kasihan.
"Jangan apa Pak Arga? Biarkan anak bandel ini di beri hukuman, biar dia tidak mengulangi lagi kesalahannya," kata Pak Toto.
"Iya Pak saya tahu, tapi saya mohon lepaskan jeweran bapak kasihan Keyana kesakitan, biar saya yang akan memberinya hukuman nanti untuknya." ucap Arga berhasil membuat Pak Toto melepaskan jewerannya di telinga Keyana.
"Baiklah."
Arga bernafas lega, ia tidak sadar tindakannya barusan berhasil menarik perhatian para siswa lain, upacara senin pagi di mulai dan di laksanakan dengan tertib.
Tiba saatnya Keyana menghadap Arga ia harus menerima hukuman yang di berikan Arga yaitu di jemur selama satu jam di lapangan, ia sempat protes kenapa siswa lain yang melanggar tidak di hukum sepertinya.
"Mereka enggak di hukum karena mereka udah merasakan sakitnya rotan yang di bawa Pak Toto, apa kamu mau juga?" spontan Keyana menggelengkan kepalanya.
20 Menit sudah ia berdiri di depan tiang bendera merah putih seraya hormat dan dua puluh menit juga untuk Arga yang masih berdiri menemani Keyana ia masih enggan untuk pergi.
"Key,"
"Apa lagi sih Pak Arga? Enggak lihat apa aku lagi melaksanakan hukuman," katanya dengan wajah yang masih menghormat ke tiang benderaArga lumayan dekat ia masih di pinggiran lapangan, "Kemarin kamu ngapain ke kampus saya,"
"Dih... emang yang kuliah disitu Pak Arga aja,"
"Bukan begitu,"
"Udah deh Pak Arga jangan nanyain saya terus, enggak tahu apa disini panas," ucap Keyana ketus.
"Ya sudah kamu boleh balik kelas." pinta Arga mengakhiri hukumannya.Keyana menyelonong pergi tanpa terimakasi hukuman macam apa itu katanya satu jam ternyata cuman tiga puluh menit.
***
"Keyana!"
Sedari tadi Arga memanggil muridnya namun tidak ada sautan dari muridnya itu, masih terus berjalan mencoba menghindari kejaran.
"Mau apalagi si tuh guru,"
"Key,"Keyana kesal ia menatap seseorang yang sedari tadi memanggil dan mengejarnya.
"Apa sih Pak, saya mau pulang!"
"Dan saya mau ngomong sama kamu,"
"Ngomongin apa?!"Arga menghela nafasnya, "Kenapa kamu ngatain saya jahat?"
Tidak dapat di percaya Arga lari-larian mengejar muridnya hanya untuk menanyakan tentang kalimat yang kemarin Keyana ucapkan.
"Iya Pak Arga itu memang jahat, enggak berprikemanusian!"
Arga mulai kebingungan bahkan sekarang muridnya ini menitikan air matanya.
"Pak arga jahat, bapak tahukan kalau saya suka sama pak Arga dan tapi pak Arga malah mau melamar perempuan lain!"
"Saya itu,"
"Pak arga jahat,"
Arga memegang kedua bahu Keyana, "Dengarkan saya dulu dan tolong jangan menangis iya. Saya memang jahat tapi tolong tenangkan diri kamu," ia mengajak Keyana duduk di taman dekat sekolah, tangis Keyana mulai reda.
"Saya memang berniat ingin melamar seseorang tapi itu,"
"Jadi Pak Arga beneran,"
"Saya belum selesai bicara, kebiasaan." Keyana mencabikkan bibirnya.
"Jadi mau kamu apa?""Aku enggak mau Pak Arga menikah sama perempuan lain aku maunya Pak Arga nikahnya sama aku," kata Keyana yang berhasil membuat Arga tertegun mendengarnya.
"Saya enggak bisa janji bakalan nikah sama kamu, tapi saya punya satu syarat untuk kamu itupun kalau kamu sanggup dengan syaratnya," ujar Arga.
"Syarat.., syarat apa?"
"Kamu harus dapat nilai 85 di mata pelajaran saya enggak perlu di ujian nasional cukup di ujian sekolah saja," kata Arga dengan asal.
Keyana tercengang ia masih terdiam nilai 85 di ujian sekolah, di mata pelajaran Arga yaitu matematika bagaimana caranya mendapatkan nilai 70 saja itu sudah lumayan baginya, bagaimana dengan nilai 85.
"Ayo pulang, saya antar." ucap Arga.
Di perjalanan Keyana eyana masih memikirkan syarat dari Arga sedangkan Arga tengah menggerutuki dirinya sendiri mulutnya asal bicara. Bagaimana jika Keyana berhasil mendapatkan nilai 85 itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetie Teacher (END)
FantasíaArga Dwiyanto pemuda usia 24 tahun itu memulai kariernya dengan magang di salah satu sekolah sebagai seorang guru, dia pemuda yang memiliki kepribadian yang sangat baik. Bukan kepribadiannya saja yang baik tapi wajahnya pun sangat vibes positif sam...