Bab 18 - Kebaikan Yang Menyakitkan

255 12 0
                                    

Keyana telah berada di depan rumah kontrakan Arga pasalnya hari ini Arga tidak mengajar karena memang hari ini Arga sedang berada di kampusnya. Sudah satu jam ia menunggu Arga tapi tak kunjung tak datang, bahkan pesan yang ia kirim juga belum di balas.

Ting!
"Arga di kampus,"

Pesan dari Gilang, Keyana berniat menyusul Arga ia masih ingat, ia pernah memfoto data diri lengkap Arga dan di sana terdapat alamat lengkap dimana kampus Arga berada.

Tidak butuh waktu lama untuk seorang Keyana sampai di kampus Arga saat ia memasuki halaman kampus beberapa mahasiswa memperhatikannya, ada juga yang tak segan menggodanya.

"Hai, ade manis,"
"Cantik tenan, nyariin siapa?"
"Nyariin kakak?"

Keyana melengos pergi begitu saja, ia mencoba menghubungi Gilang yang namun tak kunjung di angkat. Ia kembali ke post satpam mencoba bertanya kepada satpam yang berjaga.

"Permisi Pak,"
"Iya de,"
"Kenal Pak Ar- eh maksudnya tuh kenal sama mahasiswa yang namanya Arga enggak?"
"Oh Mas Arga iya saya kenal,"
"Bapak tahu enggak dia dimana?"
"Biasanya sih kalau jam segini ada kegiatan organisasi kalau kumpul di ruangan keorganisasian kampus," ujar sang satpam.
"Makasih Pak infonya,"
"Iya sama-sama de."

Keyana langsung pergi kearah koridor berjalan di mengitarinya, mencari-cari ruangan keorganisasian.

Berbeda dengan Arga yang kini tengah berkumpul dengan seluruh anggota keorganisasian, jika mereka semua sudah berkumpul mereka akan saling tukar pendapat mengenai aksi demokrasi yang akan di adakan dua minggu lagi.

Tampaknya kali ini Arga tidak terlalu semangat mengenai hal berkaitan tentang demokrasi pasalnya ia sudah paham akan terjadi sesuatu di lapangan aksi demokrasi nanti. Meskipun mereka semua sudah bermusyawarah tapi tetap saja kerusuhan pasti akan terjadi.

"Ga, lo gue perhatiin enggak semangat banget, lo harusnya seneng ada Aisyah satu ruangan," Arga tersenyum simpul mendengarnya.

Benar kata Dina hanya di ruangan ini, ia akan bisa berjumpa dengan Aisyah karena ia dan Aisyah beda keorganisasian. Meskipun satu Fakultas hanya saja waktu Arga lebih banyak di sekolah dibandingkan di kampus.

"Apaan sih Din,"
Gilang menghampiri kedua sahabatnya, "Hai Bro,"
"Dari mana aja lo?" cerca Dina.
"Biasa, nongkrong dulu." jawabnya santai.

Mata Gilang mengarah ke sembarang arah ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Matanya membulat sempurna mendapati beberapa panggilan dari nama di layar ponselnya 'Keyana Kecil' bukan-bukan hanya Gilang yang terkejut Arga juga ikut terkejut, ia mulai berpikir siapa yang di maksud 'Keyana Kecil' Gilang menyelenong keluar kembali.

"Lang, mau kemana?"
"Udah biarin aja Din," titah Arga.

Gilang mengirim pesan pada Keyana yang langsung di balas dengan keberadaan Keyana sekarang.

"Ngapain lagi tuh bocah, ke kampus segala."

Keyana dia sedari tadi mencari ruangan yang di maksud satpam tapi tak kunjung ia temukan dan sekarang ia tengah menunggu si belalang--panggilan khusus untuk Gilang.

"Lama banget si lo, gue udah nungguin dari tadi udah telepon enggak di angkat, sms enggak di balas,"

"Yeh, nih bocah enggak ada sopan-sopannya banget sama yang lebih dewasa,"

"Lebih tua," celetuk Keyana.
"Ngapain kesini?"

"Mau ketemu Pak Arga,"
"Arga lagi ada rapat sama mahasiswa lain,"
"Anterin kesana,"
"Jangan,"

Keyana terdiam, ada apa dengan Gilang melarangnya untuk bertemu dengan Arga.

"Kenapa?!"
"Dia lagi rapat, nanti lo rusuh lagi mendingan tungguin aja bentar lagi juga keluar,"
"Kelamaan,"
"Lo tahu enggak arti sabar dalam cinta kayak gimana? Menunggu dengan kesabaran yang di sertai hati yang tulus."

Gilang menyeret Keyana membawanya ke taman kampus dari pada membiarkan Keyana masuk kesana dapat di pastikan Keyana anak bikin ulah apalagi di dalam satu ruangan seluruh anak organisasi berkumpul.

"Tunggu disini,"
"Eh, mau kemana?"
"Gue mau ke ruangan lagi, ada rapat. Penting!"
"Terus gue sendirian gitu?"
Gilang menghela nafas, "Iyalah, udah tungguin aja nanti juga rapatnya selesai."

Gilang baru salah melangkah dua langkah tangannya sudah di cekal Keyana, "Jangan kasih tahu Pak Arga kalau gue disini, Mau kasih Surprise." Gilang mengangguk.

Gilang itu benar-benar keterlaluan sudah menunggu Arga di kontrakannya satu jam dan sekarang ia harus menunggu kembali, tapi apa yang di katakan Gilang ada benarnya ia tidak mau membuat rusuh takut Arga marah nanti ia akan di suruh menjauhinya lagi.

Gilang baru saja sampai di kelas sudah di beri pertanyaan oleh Pak Guru Arga.

"Dari mana aja lo?"
"Enggak tahu apa kita lagi ada rapat,"
Gilang duduk di samping Arga, "Sorry Ga."

Pembahasan rapat sudah mulai jauh dan Gilang ketinggalan informasi pembahasan ini semua gara-gara bocah kecil itu dan sekarang mulai di adakan pembahasan adu usulan atau menyampaikan pendapat dari masing-masing organisasi. Banyak Pendapat yang di sampaikan dan mereka tidak satupun yang mau mengalah sampai akhirnya Pres-Bem melerai perseteruan pendapat.

Rapat Selesai.. Arga keluar dari ruangan bersama kedua sahabatnya dan juga Aisyah yang kini tengah berjalan seraya menundukan wajahnya.

Di parkiran, Aisyah berpamitan pulang duluan walaupun Dina mengusulkan agar Arga mengantarnya namun Aisyah menolak tegas di karenakan ia beralasan akan pulang bersama teman-temannya yang lain.

"Ga cepet dong ga di lamar Aisyah nya biar dia enggak lari-larian terus," ledek Gilang.

"Nah bener tuh kata Gilang, cepetan di khitbah," ucap Dina memberikan usulannya.

Arga menghela nafas, "Gue belum berani dan gue belum siap mendapat kata penolakan," jawab Arga entah itu benar atau sedang berbohong.

"Yaelah ga, gue yakin Aisyah bakalan nerima lamaran lo kan niat lo baik, kalau lo mengajaknya pacaran itu udah jelas-jelas pasti di tolak." ujar Dina.

Arga berpikir sejenak apa yang dikatakan Dina ada benarnya, Aisyah tidak suka pacaran tapi jika ia mengajak dalam kebaikan apa sudah pasti Aisyah menerimanya.

"Nanti deh gue pikirin sampai matang--," perkatannya belum selesai karena kemunculan seseorang yang mendadak di depannya.

"Pak Arga,"
"Keyana,"
"Ngapain lagi tuh bocah disini," lirih Dina.

Gilang lupa bocah itu pasti sudah lama menunggunya dan sekarang ia muncul di hadapan Arga.

"Pak Arga Jahat!"

Satu kalimat yang di lontarkan Keyana berhasil membuat Arga kebingungan selepas itu Keyana pergi keluar dari dalam kampus tanpa menoleh sama sekali.

"Key," bukan Arga yang mencoba mengejarnya tapi Gilang sedari tadi Arga hanya diam.

"Kenapa tu bocah?"
"Jangan-jangan dia denger obrolan kita lagi, setahu gue kan tuh bocah naksir sama lo ga." Dina bersuara kembali.

Arga melirik Dina yang sekarang tengah mengedikan bahunya tanda ia juga kebingungan dan anehnya untuk apa Gilang mengejar bocah itu.

Gilang terlambat Keyana sudah memasuki mobilnya dan sekarang ia tengah mengatur pernafasannya, ia menggerutuki dirinya sendiri kenapa ia bisa lupa pada Keyana dan ia yakin Keyana marah mendengar obrolan tentang Aisyah dan lamaran.

Tanpa sadar Arga sudah di samping Gilang berhasil mengejutkan sahabatnya, "Ga,"

"Lo udah tahukan kalau Keyana ada disini kenapa lo nggak bilang ke gue?"
"Ga dia yang larang gue buat kasih tahu lo, katanya si biar Surprise,"
"Gue balik duluan." Arga meninggalkan Gilang yang masih diam kebingungan melihat sikap dingin Arga, apa sahabatnya itu marah pada dirinya yang tidak memberitahu keberadaan Keyana di kampus.

Seseorang di dalam Mobil tengah menangis terisak ia masih ingat jelas pria pujaannya berniat melamar seorang perempuan yang ia kenali yaitu Aisyah.

TBC

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang