Bab 23 - Party

209 12 0
                                    

Siang itu kelompok yang di ketuai Arga berhasil mendapatkan nilai a pluse oleh Pak Danu dosen bimbingannya dan sorenya mereka berniat merayakan keberhasilan mereka bersama.

"Keyana kamu enggak pulang udah mau sore lho nanti kamu di cariin lagi sama orang tua kamu," ujar Dina.

"Enggak, enggak bakalan ada yang nyariin juga." jawabnya.

"Key lo mau ikut bareng kita enggak party merayakan keberhasilan presentasi kelompok kita." tanya Gilang di sertai senyum manisnya.

Keyana mengangguk tanda ia setuju ikut bergabung, sejujurnya Dina tidak terlalu menyukai keberadaan Keyana. Ia sedikit tidak menyukai sikap Keyana yang kelihatan begitu angkuhnya.

Mereka bersama-sama berangkat ke rumah Aisyah mereka akan berparty kecil-kecilan di rumah Aisyah sebenarnya mereka ingin merayakannya di puncak tapi Aisyah menolak ia justru menyarankan ke rumahnya.

***

Belakang rumah Aisyah terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas di penuhi beberapa tumbuhan terlihat bersih dan rapi sepertinya tempatnya memang sangat di jaga.

Sebelum sampai di rumah Aisyah mereka sempatkan berbelanja di pasar membeli beberapa bahan yang nanti akan mereka masak dan saat ini Gilang dan Arga tengah memanggang daging ayam di tempat panggangan sedangkan Dina dan Aisyah mereka sibuk meracik bumbunya.

Keyana yang sedari tadi duduk di tikar ia sendiri bingung kenapa ia hanya duduk tanpa ada yang mengajaknya untuk melakukan apapun.

"Key sini," beruntung Gilang memanggilnya, Keyana langsung menghampirinya. "Dari pada lo duduk aja enggak ada kerjaan mendingan lo bantuin gue kipasin nih." ujar Gilang.

Keyana menolak ia lebih memilih membolak-balikan daging ayam yang sedang di panggang di bandingkan harus mengkipasinnya.

Gilang sengaja mempercepat kipasannya berhasil membuat asapnya mengepul begitu banyak.

"Uhuk.. uhuk.. Gilang kurang ajar lo sengaja ya," ujarnya seraya memukul keras bahu Gilang bukannya kesakitan Gilang justru tertawa terbahak.

"Bercanda Key,"
"Kalau muka gue ikutan gosong kenapa asap gimana coba!"

"Gampang tinggal operasi plastik aja, lo kan punya banyak duit."  keduanya tertawa.

Arga yang berada diantara mereka merasa menjadi nyamuk yang di abaikan sebenarnya entah mengapa perasaannya jadi kesal karena di abaikan apalagi melihat keduanya saling tertawa bersama.

"Ehem! Lang lo yang serius dong jangan bercanda biar cepet mateng,"
"Yaelah ga serius amat sih."

Dina menghampiri ketiganya, "Eh gaes nih bumbunya jangan lupa di olesin biar tambah enak," Gilang langsung mengoleskan bumbunya ke daging ayamnya.

Aroma ayam bakar sudah mulai terasa sedap di indera penciuman mereka berhasil membuat perut mereka mulai keroncongan.

"Ayam bakar siap di sajikan," ujar Gilang antusiasme.

Mereka semua duduk di tikar yang sudah mereka siapkan dari tadi dan saatnya mereka menikmati ayam bakar buatan mereka sendiri.

"Gila sih ini rasanya enak banget lho," kata Dina.

"Pelan-pelan din, jangan buru-buru enggak bakalan ada yang minta juga." ujar Aisyah jenaka.

Gilang yang melihat Keyana tengah lahap memakan bagiannya ia menatapnya jahil seraya memberikan satu ceker ayam berhasil membuat Keyana memberengut.

"Gilang ih gue enggak suka ceker ayam!" katanya berhasil membuat Gilang tertawa jahil.

"Ini suka," kata Arga seraya menaruh paha ayam di piring Keyana.

Keyana mengangguk entah mengapa ia jadi salah fokus Arga memberikan paha ayam bagiannya untuknya bahkan sekarang Arga menambahkan sedikit nasi di piring Keyana.

"Makan yang banyak, jangan lupa minum," ujarnya kembali berhasil jantung Keyana berdetak lebih cepat kembali.

"Ehem! di makan Key jangan di liatin aja," kata Dina sinis.

Sebenarnya Keyana sudah kenyang tapi karena Arga yang menambahkan kembali nasinya terpaksa ia harus menghabiskannya, ia tidak ingin menyianyiakan pemberian dari Arga.

***

Duh.. udah yang mulai cemburu ya..

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang