Bab 26 - Road Two

250 13 0
                                    

Setelah sekian purnama akhrinya Arga menyelesaikan aktivitas belanjanya dan sekarang mereka berdua sudah berada di kedai Mie Ayam Pak Yamin yang berada di pasar, katanya Mie Ayam Pak Yamin terkenal dengan cita rasa kelezatannya.

Keyana langsung menyantap Mie Ayam yang di pesan Arga untuknya, "Kamu kalau makan pelan-pelan," Keyana manggut-manggut mendengar perkataan Arga barusan.

Uhuk! Keyana pura-pura tersedak berhasil membuat Arga terkejut, pria utu langsung memberikan minuman untuk Keyana entah mengapa Keyana merasa hatinya sedang berbunga hanya karena sebuah perhatian kecil dari Arga.

"Minum dulu, saya kan sudah ingatin kamu kalau makan pelan-pelan,"
"Mienya rasanya aneh," kata Keyana seraya mencabikan bibirnya.
"Aneh gimana? Rasanya enak kok," ucap Arga seraya menatap semangkuk mie.
"Ih Pak Arga enggak percaya ya, nih cobain deh biar tahu sendiri anehnya kayak gimana," ujar Keyana seraya menyodorkan sumpit yang sudah berisikan mie.

Arga masih terdiam ia mencoba berpikir keras, "Ayo Pak cobain," entah setan darimana Arga menerima satu suapan dari Keyana.

"Enak, rasanya enak kok," kata Arga coba menyakinkan.

"Siapa juga yang bilang rasanya enggak enak emang enak kok rasa mie ayamnya lebih enak lagi kalau aku yang nyuapin ya kan," ujar Keyana tersenyum jahil.

"Kamu modus kan sama saya," bukannya merespon Keyana justru memilih untuk melanjutkan aktivitas makannya kembali. Keyana merasa senang karena telah berhasil membuat Arga kesal.

Setelah selesai makan mereka memutuskan untuk pulang sebenarnya Arga sudah mencoba berniat untuk mengantarkan Keyana pulang tapi yang akan diantar pulang menolak Keyana justru meminta diantarkan ke suatu tempat oleh Arga dan entah mengapa Arga mau menuruti keinginan Keyana.

Akhir-akhir ini Keyana merasa Arga sedikit berubah dia jadi lebih hangat tidak sedingin dulu saat pertama kali ia mencoba mendekatinya.

"Ini mau kemana?"
"Ikuti aja sesuai maps nya Pak,"

Setengah perjalanan rintik hujan mulai turun hawa dingin berhasil membuat Keyana refleks memeluk Arga namun saat kesadarannya sadar ia langsung menarik kembali kedua tangannya.

"Maaf Pak,"

Arga terdiam sedetik kemudian ia langsung menarik kedua tangan Keyana menaruhnya di pinggangnya.

"Pegangan," Keyana gugup, Arga juga gugup.

Bukannya mulai reda rintik hujannya semakin deras berhasil membuat penglihatan Arga kurang jelas, jalanan yang mulai licin membuat Arga sedikit was-was dalam mengendarai motornya.

Hujan semakin deras Arga memutuskan untuk berteduh di sebuah ruko kecil yang tidak berpenghuni Arga khawatir akan terjadi sesuatu jika ia terus mengendarai motornya melawan deras hujan.

"Kita meneduh disini saja dulu, hujannya makin tambah gede," Keyana mengangguk, kedua tangannya sedari tadi masih bersedekap erat memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan.

"Kamu kedinginan?" Arga melepaskan jaketnya mencoba memberikan jaketnya untuk Keyana tapi Keyana menolak.

"Kenapa?"
"Pak Arga aja yang pakai nanti Pak Arga sakit lagi,"
"Ya sudah"

Bukannya meredah hujan masih semakin deras.

"Sebenarnya kamu mau ke tempat mana sih?"
"Di ujung sana ada danau Pak,"
"Danau? Saya baru dengar kalau disana ada danau,"
"Makannya sekarang aku mau kasih tahu Pak Arga."

Masing-masing dari mereka berdua menghabiskan waktu dengan saling terdiam, tidak ada obrolan diantara mereka di temani suara hujan dan suara kendaraan lewat menambah keramaian tersendiri.

***

Beberapa menit kemudian hujan sedikit meredah Keyana meminta Arga untuk melanjutkan perjalanan dan Arga menurutinya. Tidak, membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat tujuan karena mereka telah sampai di danau yang di maksud Keyana.

"Kok sepi ya? Apa karena efek hujan barusan," kata Keyana berbicara sendiri.
"Mungkin iya, kamu tahu sendiri hujannya kayak apa barusan," jawab Arga.

Meskipun masih di temani rintiknya hujan suasana pemandangan di danau yang terlihat sangat indah akan warnanya yang kebiruan berhasil membuat Keyana terpesona akan keindahannya.

Jalanan kecil di tumbuhi begitu banyak pepohonan yang berukuran cukup besar mereka berdua berjalan seraya melihat keindahan Danau, cuaca yang masih di sertai rintiknya hujan berhasil masih membuat tubuh Keyana menggigil.

"Kalau kamu kedinginan lebih baik kita pulang,"
"Iya nanti pulang tapi setelah ini ya sampai perbatasan sana kan ujungnya langsung ke parkiran." ucap Keyana yang masih enggan untuk pulang.

Belum saja sampai di perbatasan Keyana berhenti di sebuah tempat duduk seperti pondok kecil yang di khusus kan untuk tempat beristirahat karena memang di tempat danau itu di sediakan ada beberapa tempat untuk beristirahat.

"Duduk dulu ya Pak, capek."
"Saya ke sana sebentar,"
"Kemana..," belum selesai bertanya Arga sudah langsung berlari menerobos rintiknya hujan.

Sudah hampir 15 menit Arga pergi dan sampai sekarang belum keliatan juga batang hidungnya, Keyana bahkan sampai berfikir Arga meninggalkannya.

Baru saja pikiran-pikiran buruknya bergentayangan di otaknya dan sekarang Arga sudah datang menghampirinya seraya membawa dua cup kopi hangat di tangannya.

"Pak Arga dari mana aja sih?"
"saya cari kopi, suasana lagi hujan kayak gini kan," ia menerima satu cup kopi dari tangan Arga ia langsung meminumnya.

Keyana berjalan kembali ke tepi danau yang di sampingnya terdapat sebuah pohon cukup lumayan besar, ia asyik menikmati kopi hangatnya seraya melihat beberapa ikan besar yang sepertinya sengaja di pelihara di danau tersebut.

Seketika Arga ikut berdiri di sampingnya ikut melihat apa yang di perhatikan Keyana.

"Kamu pernah ke sini sebelumnya?"
"Pernah sama Aurel, Rangga juga,"
"Kalian berdua sangat dekat seperti saudara,"
Keyana menyeruput kopinya, "Rangga itu sepupuku kalau Aurel memang bukan saudara tapi sudah ku anggap seperti seorang kakak, dia terlalu baik sampai mau bersahabat denganku," ujarnya seraya menatap air di danau.

"Pak Arga,"
"Kenapa?"

Keyana menatapnya dengan penuh lekat selepas itu ia mengambil daun kecil yang jatuh di rambut Arga.

"Ada daun kecil," katanya.

Arga terdiam melihat Keyana lekat-lekat begitupun juga dengan Keyana yang ikut terdiam saat-saat seperti ini berhasil membuat jantung seorang Keyana berdegup lebih cepat.

"Key,"
"Iya kenapa?"

Seketika Keyana memejamkan matanya saat wajah Arga mendekat dan mencium bibirnya saking kagetnya mendapat ciuman dari Arga se-cup kopi yang di pegangannya langsung terjatuh ke tanah. Keyana membuka matanya dan ini terlihat nyata Arga sedang menciumnya dengan mata yang masih tertutup.

Kopi Arga terjatuh berhasil menyadarkan apa yang barusan Arga lakukan.

"Maaf." kata Arga yang sadar apa yang sudah dia lakukan.

Keyana masih terdiam sedetik kemudian ia berjinjit membalas ciuman Arga dan pada saat itu pula mereka berciuman di bawah rintiknya hujan.

***

Author ikut deg-degan lho bikin part ini.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang