Bab 16 - Pejuang Move On

278 14 0
                                    

Keyana sudah tidak pernah lagi menghubungi Arga ia benar-benar ingin melupakan gurunya itu bagaimanapun juga ia seorang perempuan yang masih memiliki harga diri. Tapi, jujur saja ia benar-benar sulit untuk melupakan bayangan Arga dari pikirannya.

Keyana masih setia menunggu jemputan nya entah kemana supir kepercayaan itu sampai sekarang belum juga menampakan batang hidungnya sampai tak terasa motor yang sangat di kenalinya itu menghampirinya.

"Jemputan kamu belum datang?"
"Udah tahu! Malah nanya," Arga ia masih bisa sabar.
"Ayo biar saya antar,"
"Enggak usah!"
Arga mengedarkan pandangannya, "Sebentar lagi kayaknya mau hujan."

Tidak ada respon, inilah sikap Keyana yang sekarang benar-benar sudah berubah bukan seperti Keyana yang Arga kenal.

"Ya sudah kalau kamu memang tidak mau, saya duluan."

Tepat sekali, jemputan Keyana datang ia langsung memasuki mobilnya tanpa pamit kepada Arga layaknya seorang murid yang memberikan salam pada gurunya.

Keyana menjudge dirinya sendiri di dalam mobil kesal karena sikap dirinya yang mencueki Arga.

Padahal saat Arga mengajaknya pulang bersama ia ingin sekali mengatakan 'iya' namun apalah daya gengsi menyelimuti dirinya.

***

Hari-hari berikutnya masih tidak ada perubahan bahkan sekarang malasnya seorang Keyana bertambah dari nilai-nilai yang ia dapatkan bukannya membaik justru semakin parah.

Saat ini Aurel tengah tersenyum sumringah mendapat nilai 88 di ulangan matematika berbeda dengan Keyana, ia mendapat nilai 45 itu artinya ia pasti terkena remedial di pelajaran Arga.

"Sabar Key itu artinya lo harus banyak belajar," ucap Aurel.

Keyana menyobek kertas ulangannya, "Males gue belajar mulu, pinter enggak!" ujarnya kesal.

Aurel tersenyum kecut, "Lo sih kebanyakan galau, dulu lo enggak pernah dapat nilai di bawah 50 biasanya lo dapat rata-ratanya 70," katanya.
"Ihh! Jangan bawa-bawa kegalauan gue."

Siang ini ia harus mengikuti remedial yang berarti ia akan berhadapan langsung dengan Arga.
Padahal ia sudah berhasil menjauhi Arga sesuai keinginan gurunya itu tapi sekarang kenapa Tuhan selalu mempertemukan ia dengan pria itu lagi.

"Key, gue balik duluan semangat ya!"
"Hem--,"

Keyana memasuki ruangan yang telah di sediakan untuk remedial hanya ada 10 siswa termasuk dirinya siswa perempuan seorang diri.

Arga yang disana telah duduk di meja guru ia masih memperhatikan Keyana yang masih celingukan.

"Keyana kamu tidak mau duduk? Kursi masih banyak yang kosong," ucap Arga yang melihat Keyana celingukan.

Keyana tersenyum kecut ia duduk kursi paling depan, mau gimana lagi dia murid perempuan seorang diri. Keyana merasa sebodoh itukah dirinya sampai-sampai hanya dirinya seorang murid perempuan yang mendapat nilai merah.

Arga membagikan kertas ulangan yang sudah berisikan soal-soal untuk mereka yang terkena remedial.

Sudah 30 Menit lebih kertas ulangan Keyana masih kosong entah apa yang membuatnya belum juga mengerjakannya, sesekali ia menguap dan ia juga sempat memejamkan matanya hanya beberapa detik ia terkejut melihat gurunya yang duduk di samping kursi kosong samping Keyana.

Matanya membulat sempurna, "Ayo di kerjain," hatinya berdebar duduk bersebelahan dengan Arga.

"Yang sudah selesai kalian bisa kumpulkan di depan." serentak 9 siswa murid laki-laki mereka mengumpulkan kertas ulangan itu artinya tinggal dirinya seorang.

Keyana menghembuskan nafasnya, "Pak Arga,"
"Iya kenapa?"
"Kenapa sih buat soalnya susah banget,"

Dengan santai Arga melirik, "Saya buat soal itu yang mudah-mudah saja kok dan soal-soal itu udah pernah saya bahas," katanya.
"Tetap aja susah."

Dengan sebisa mungkin Keyana mengerjakan tugas dengan asal-asalan ia tidak perduli yang terpenting ia bisa secepatnya pulang.

Awan mulai menunjukan keunguannya sepertinya hari mulai sore selama itukah ia mengerjakan tugas atau dirinya yang terlalu bodoh sampai tidak bisa mengerjakan soal dengan cepat.

"Maaf non, mobilnya masuk bengkel bannya bocor,"
"Sialan!" Keyana mengumpat ia kesal, ia harus memesan taksi online.
"Kenapa?"

Ah! Lagi-lagi gurunya itu selalu menampakan dirinya tidak tahu apa ia sedang di fase move on.

"Mau pulang bareng saya?"
"Enggak mau nanti ngerepotin lagi kayak kemarin." ia masih ingat jelas selepas Arga mengantarkannya pulang dari kontrakannya dan setelah itu kejadian terjadi, Arga memintanya untuk menjauhinya membuatnya jadi trauma pulang di antar Arga.

"Enggak udah yo naik," memberikan helmnya. Keyana menerimanya ia tidak bisa menolaknya kembali.

***

Di perjalanan Keyana beranikan bersuara, sedari bibirnya sudah gatal.

"Pak,"
"Iya,"
"Bukannya Pak Arga minta saya jauhin Pak Arga,"

Arga sejenak terdiam ia kebingungan menjawab apa, bagaimana mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

"Terus, "
"Harusnya Pak Arga jauhi aku,"
"---," motornya berhenti di Warung penjual bakso.
"Kenapa berhenti disini?"
"Saya lapar, capek nungguin kamu nyelesain tugas lama berjam-jam." katanya asal.

Keyana memberangus sebal, mereka berdua makan bakso bersama setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang entah mengapa hati Keyana begitu senang hari ini.

"Makasih ya Pak,"
"Sama-sama."

Arga senang melihat senyum itu kembali, sedetik kemudian ia menetralkan pikirannya ia harus bersikap biasa tidak ingin membuat muridnya itu jatuh lebih dalam lagi.

My Sweetie Teacher (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang