PART 9: Mengakhiri Rantai Kebodohan 2

7.9K 479 3
                                    

PART 9: MENGAKHIRI RANTAI KEBODOHAN 2

ME AND MY STARBOY


Prasetyo duduk di kursi samping ranjang Kinan, pria itu menggenggam erat tangan anaknya yang sudah kembali diinfus. Sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk mengelus lembut surai hitam kusut milik Kinan. Terlihat sangat tidak terawat. Dulu ia selalu melakukan ini saat Kinan bayi, mengelus kepalanya menemaninya hingga terlelap. Namun seakan Tuhan tak henti mengujinya, sang kuasa menciptakan wajah cantik Kinan sembilan puluh persen mirip dengan Anita. Wanita yang ia benci, wanita yang dengan teganya mengajukan perceraian setelah persalinannya.

Mulai saat itu Prasetyo berusaha sejauh mungkin menghindari anaknya, meninggalkannya sendirian dirumah besar yang ia beli khusus untuk Kinan dan Anita. Meminta sepasang suami istri merawat Kinan saat ia berada jauh darinya.

Bukan tanpa alasan, selain karena ia benci mengingat wajah Anita, ia pun tak mau emosi terpendamnya pada Anita ia luapkan pada Kinan, hingga berakhir ia membocorkan rahasia bahwa Anita- ibunda Kinan masih hidup dan menghirup udara yang sama dengannya.

"Kau tidak perlu bertemu ibumu, karena aku yang akan memberikan apapun yang kau mau mulai saat ini, aku tak akan kembali ke colongan, membiarkanmu terbang terlalu bebas, seperti ibumu dulu,"

🌱🌱🌱

Tujuh belas tahun yang lalu......

Minimnya cahaya di ruangan ini tak mampu menghalangi pandangan seorang pria yang tengah menatap lekat seorang wanita muda yang tengah duduk dimeja bar dengan sebotol anggur merah ditangannya.

Prasetyo Wartanto nama pria itu, atau lebih sering dipanggil Pras. Pria itu rela duduk sepanjang malam di bar ini demi wanita itu, wanita bernama Anita Sardewi salah satu Art desain di Perusahaan periklanan miliknya.

Wanita yang sudah mencuri perhatiannya sejak pertama melakukan interview, dua tahun yang lalu.

Beberapa kali ia mencoba mendekati wanita itu namun sialnya selalu ditolak, dengan berbagai alasan yang walaupun cukup sopan namun mampu menyakiti ego nya sebagai seorang pria.

Hingga beberapa bulan terakhir ia tak sengaja bertemu Anita ditempat seperti ini, well selama ini Prasetyo kira Anita wanita baik-baik namun nyatanya wanita itu biasa keluar-masuk bar, dan menghabiskan beberapa botol wine atau wiskey untuk menemaninya disisa malam.
Saat tengah asyik mengamati, mata cokelat bening milik Prasetyo menangkap seorang pria paruh baya yang mendekati Anita dengan gerak-gerik yang cukup dengan sekali tatapan pun ia tau apa yang diinginkan pria tua itu.

"Sialan!" Prasetyo bangkit dari duduknya, melangkah lebar menuju Anita yang mulai mengibas-ngibaskan tangannya, menghalau sentuhan seduktif yang diberikan pria tua itu.

"Ah, tuan Pramono? Ada apa ini?" Tanya Prasetyo datar, ia tau pria tua ini Pramono Wiharja, salah satu kliennya dulu. Yang terkenal dengan image mata keranjangnya.

"Aku hanya ingin mengobrol dengan wanita ini karena aku lihat ia tengah sendiri," kilah Pram yang di balas decakan samar dari Prasetyo.

"Dia datang denganku, dan dia tidak sendiri, jadi Anda tak perlu repot-repot mengajaknya mengobrol," usir Prasetyo dengan penekanan diakhir kalimatnya, Pram yang tak ia tengah diusir pun berlalu pergi dengan misuh-misuh.

"Pak tua Sialan!" Gerutu Anita kesal.

Prasetyo mengambil tempat disebelah Anita, mengamati wajah karyawannya dari jarak sedekat ini, membuat jantungnya bertalu-talu tak terkendali.

C'mon boy, calm down! Ujar Prasetyo pada dirinya sendiri. Akan terlihat sangat memalukan saat Anita tau betapa menyedihkan dirinya saat ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Prasetyo basa-basi.

"Minum,"

"Hm," tak ada lagi percakapan, setelah jawaban singkat Anita.

"Aku mencintainya, aku menunggu dia cinta pertamaku, tapi dengan bodohnya dia menikah dengan wanita pilihan orang tuanya!" Gerutu Anita, yang entah pada siapa, namun Prasetyo paham wanita itu tengah membicarakan masalahnya, yang ia perlu lakukan saat ini adalah duduk diam mendengarkan.

"Dia menerima perjodohan itu karena ayahnya tengah sekarat, dan yang lebih menyedihkan wanita pilihan orang tuanya itu hanya anak dari supir pribadi keluarga!

Sialan! Bahkan lebih baik aku kemana-mana ketimbang bocah bau kencur yang baru saja lulus Sekolah menengah atas itu! Aku wanita karir, aku punya penghasilanku sendiri! Demi Tuhan! Aku dikalahkan oleh anak lulusan menengah atas!" Anita meraih kembali gelas whiskey, entah gelas yang keberapa. Sebelum menangis tergugu dikursinya.

"Dengar Anita tidak semua yang kamu mau harus kamu dapatkan, terkadang Tuhan akan menjauhkan apa yang kau inginkan untuk tau apa kau memang benar-benar membutuhkannya, atau hanya obsesi semata," Prasetyo meraih tangan Anita yang kembali mengangkat gelasnya.

"Berhentilah bersikap bodoh seperti ini," ujarnya penuh peringatan, yang hanya dibalas dengusan kesal oleh Anita.

"Lepas! Kau-" ucapan Anita terpotong saat Prasetyo meraih kepalanya dan mengecup bibir ranum miliknya, berawal dari hanya ingin mengecup, berubah menjadi lumatan-lumatan kasar, yang membawa mereka terseret arus duniawi. Tenggelam dan tak berdaya oleh nafsu.

Tanpa mereka tau kebodohan mereka saat ini akan sangat berpengaruh di masa depan mereka, dan masa depan buah dari kebodohan mereka.

🌱🌱🌱

Prasetyo menghela nafasnya lagi dan lagi, saat ingatan itu menyerang. Ingatan yang dulu sangat manis saat hinggap dikepalanya, kini terasa sangat menyesakkan. Semakin ia berusaha melupakan semakin mengendap ingatan itu dikepalanya.

Masih teringat jelas bagaimana Anita mengutarakan keinginannya untuk berpisah dari Prasetyo, dan lebih memilih menunggu lelaki pujaannya dalam ketidakpastian, meninggalkan Prasetyo dan Kinan dalam kesedihan yang tidak berkesudahan.

Gerakan kecil di jari Kinan menarik perhatian Prasetyo. Dengan perlahan kelopak mata Kinan bergerak terbuka, ditatapnya atap putih rumah sakit sebelum beralih ke sisi kiri dimana Ayahnya tengah duduk menggenggam tangannya erat.

Wanita berpakaian rumah sakit itu, mencoba duduk namun dicegah oleh Prasetyo.

"Ayah.. maaf," cicit Kinan, pada Pras.

"Aku hanya akan bertanya sekali, maka dengarkan ini baik-baik," Prasetyo menatap Kinan dengan wajah serius.

"Kau pilih aku atau Rafael,"

"Tentu saja aku pilih Ayah, Rafael itu jahat ayah, dia menyakiti Kinan," adu Kinan dengan mata berkaca-kaca, yang mulai menimbulkan sesak didada Prasetyo.

"Kalau begitu putuskan hubunganmu dengan Rafael, tinggalkan dia, dan aku akan memberikan apa yang kau inginkan selama ini,"

"Mari kita mulai semuanya dari awal." Pria itu semakin menggenggam tangan Kinan, berusaha menyalurkan keseriusan yang ia punya.

Kinan mengangguk mantap, ia yakin ayahnya tidak akan mengkhianati kepercayaannya. Ia yakin itu.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Tbc.

16-2-2020

Me and My Starboy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang