BAB 5 | Family

13.7K 544 17
                                    

"Roda kehidupan terus berjalan, ketika memutuskan berhenti, maka, roda itu juga akan berhenti di tempat, tak akan menemukan jalan."

Rania Putri Denza

***

Sinar kekuningan belum menampakkan wujudnya. Namun hal ini tak menyurutkan semangat seorang gadis yang sedang berkutat dengan kompor dan wajan penggorengan.

Seng ..seng.. kluntang (anggap aja suara nya kayak gitu ya :D

Sarah yang mendengar suara berisik dari arah dapur beranjak dari kasur keluar dari kamar.

"Loh, Sayang, kamu lagi ngapain?"

"Eh, Mama udah bangun? Ini, Ara lagi buat sarapan, Ma," sahutnya sembari mengaduk nasi goreng bersama bumbu dan yang lainnya.

"Ada angin apa kamu masak dan bangun pagi? Setahu Mama, kamu malas masak, "kata Sarah tersenyum mengejek.

"Ih, Mama mah, gitu, anaknya malas salah, rajin salah," omel Ara kesal.

"Bukan gitu, Sayang, ya, tumben aja kamu masak, pagi-pagi gini."

"Iya, dong, Ma. Ara masak spesial buat papa, karena Ara ingin papa mencoba masakan pertama Ara," ucapnya dengan penuh semangat.

Sarah tersenyum lebar, "Iya deh, anak Mama yang cantik, masak yang enak ya, jangan sampai gosong lho."

"Mama masih aja ingat waktu Ara masak gosong." Ara mencebik kesal membuat Sarah tertawa.

"Yaudah, Sayang. Mama bersih-bersih dulu ya," sahut Sarah mengusap kepala Ara dengan sayang dan pergi ke kamarnya.

Setengah jam berlalu, akhirnya masakan Ara siap. Ara membuat nasi goreng seafood. Ara menyiapkannya diatas meja beserta piring, gelas dan sendok yang sudah tertata rapi.

"Hufh, akhirnya siap juga. Sekarang waktunya mandi, " gumam Ara pergi ke kamar bersiap-siap pergi ke sekolah.

Rian yang ingin mengajak keluarganya sarapan bersama di luar mengurungkan niat melihat sarapan sudah tersaji di meja makan.

"Kenapa, Mas? Kok, kayaknya kamu kaget gitu," ucap Sarah yang melihat tatapan bingung suaminya.

"Kamu yang masak? Cepat banget, siap sarapannya. Biasanya, kamu paling malas siapin sarapan sepagi ini," sahut Rian.

"Iya, Mas. Princess kamu yang masak."

"Ara? Sejak kapan, Ara bisa masak? Setahu Papa, kan, dia paling malas masak," lanjut Rian mengerutkan dahinya.

Sarah terkekeh pelan,"Sejak Papa pulang, dia jadi semangat mau masak perdana buat Papa."

Ara yang sudah siap dengan seragam serta atribut sekolah bingung melihat Papa, Mamanya belum menyentuh sarapan buatannya.

"Papa, Mama, kok nggak sarapan? Nggak enak ya, masakan Ara?" Ara menarik kursi menghempaskan bokongnya.

"Kita nunggu kamu, Sayang, makanya belum sarapan," jawab Sarah.

"Oh ... kirain Ara, masakannya nggak enak," cengirnya.

"Belum di coba Princess, masa iya Papa bilang nggak enak," tambah Rian.

Sarah mengambilkan sarapan untuk Rian dan Ara bergantian.

"Hum, nasi goreng buatan Princess Papa enak banget. Ngalahin nasi goreng buatan Mama," puji Rian ketika mengunyah nasi goreng buatan Ara.

"Benaran Pa? Papa bohong, nih. Asin atau bumbunya kurang Pa?" tanya Ara antusias.

"Benaran enak, Sayang. Mama bangga sama kamu, meskipun kamu malas masak, tapi kamu tetap memberikan masakan yang terbaik," ujar Sarah memuji Ara.

A & A [TELAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang