BAB 23 | Bersama Lagi

9.9K 562 140
                                    

"Pertemuan kita telah direncanakan takdir. Bagaimanapun kamu menghindar, kita tetap akan dipertemukan oleh waktu."

-Arvin Putra Alandra-

***

Hukuman Arvin dan Ara usai setelah mereka lari keliling lapangan 10 kali. Ara yang tidak terbiasa pun langsung jatuh terduduk lemas. Arvin yang melihat Ara bergegas pergi ke kantin membeli minuman dingin.

"Nih minum," kata Arvin datang sembari memberikan sebotol air mineral dingin pada Ara.

"Makasih Kak," balas Ara yang langsung meneguk habis air mineral itu.

"Lo haus atau lapar? Air sebanyak itu langsung habis," sindir Arvin.

"Keduanya. Jangan banyak tanya Kak. Sekarang kita ikut gabung sama anak lain," tutur Ara yang berusaha berdiri tertatih-tatih.

"Gue bantu," tawar Arvin yang langsung memapah Ara.

Ara tertegun melihat Arvin yang perduli dengannya. Meskipun Arvin masih sedikit dingin padanya, namun Ara tahu jika Arvin tidak tega melihat perempuan kesusahan.

"Baiklah anak-anak, materi sudah Bapak jelaskan sedikit. Sekarang, Bapak bagi kelompok kalian dengan kelas XII IPA 3. Bagi yang pandai bermain basket, akan Bapak pasang kan dengan yang tidak bisa bermain basket. Kelompok yang Bapak bagi nanti setelah latihan, akan Bapak ambil nilai secara langsung, terutama kelas X IPS 2. Dengarkan nama kalian baik-baik.

Kelompok 1 Wahyu dan Olin
Kelompok 2 Fahmi dan Azmi
Kelompok 3 Hansel dan Arsy
Kelompok 4 Fadil dan Vera
Kelompok 5 Gery dan Nurul
Kelompok 6 Arvin dan Ara
Kelompok 7 Radit dan Rania
Kelompok 8 blablabla ...

Rania yang awal mula nya semangat mendengar mereka akan belajar dengan kakak kelas tersenyum sumringah. Namun, ketika nama Arvin disebutkan dengan Ara, Rania melemaskan bahu. Gurat wajah Rania berubah sendu.

"Yes! Gue sama kak Hansel!" pekik Arsy girang.

Arsy tidak memperhatikan gurat wajah sendu milik Rania. Arsy yang melihat Rania tidak bersuara tersadar.

"Hum, sorry Rania. Gu-gue-"

"Nggak apa-apa Ar, santai aja. Gue juga nggak apa-apa kok. Nggak selalu harus bersama Kak Arvin," sela Rania memotong perkataan Arsy dengan tersenyum getir.

"Baik lah, Bapak minta kalian berkumpul sesuai kelompok masing-masing. Tugas kalian sebagai yang pandai bermain basket adalah mengajarkan cara bagaimana mendrible bola dengan benar, langkah kaki saat shoot ke ring, dan cara lay up yang benar. Bapak berikan waktu terlebih dahulu untuk latihan kelompok satu sampai kelompok sepuluh. Waktu kalian hanya 15 menit," tutur Pak Reyhan panjang lebar.

Kelompok satu hingga sepuluh berbaris rapi. Kelompok yang lain menunggu di pinggir lapangan.

"Kak, kok gue selalu ketemu sama lo ya? Nggak di mana-mana selalu ketemu sama lo." Ara mendesis sebal mengingat dirinya harus selalu bertemu dengan Arvin.

"Bukannya lo merasa beruntung? Bisa dekat sama cowok ganteng kayak gue?" Arvin tanpa sadar membanggakan diri.

Arsy dan Hansel beradu pandang mengerutkan dahi bingung bersamaan melihat Arvin dan Ara yang sedang berdebat.

"Kak, kayaknya Kak Arvin keteguran hantu lapangan deh. Nggak biasanya kak Arvin narsis gitu," kata Arsy dengan pemikirannya.

"Hust, gak boleh gitu. Siapa tahu Arvin nyaman sama Ara. Makanya sifat Arvin keluar di luar zona," balas Hansel.

A & A [TELAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang