"Penyesalan selalu datang diakhir. Aku menyadari, jika setiap yang kita lakukan akan kembali pada diri kita sendiri."
-Bara Putra Sandjaya-
***
Ara melangkah dengan riang melewati kelas demi kelas. Ara sengaja datang lebih awal, hanya ingin memberi kotak bekal makanan yang sudah di buatnya ke dalam laci meja belajar Arvin. Ketika Ara ingin melewati anak tangga untuk ke lantai atas kelas XII yang menjadi tempat tongkrongan Bara dan anak-anak, terlihat Bara menundukkan kepala di antara lipatan tangannya.
"Bara," cicit Ara pelan.
Ara merasa cemas mengingat tempo hari, dirinya hampir menjadi korban Bara lagi. Bara yang mendengar langkah kaki pun mendongak.
"Ara," panggil Bara.
Langkah Ara terhenti. Bara berdiri mendekati Ara.
"Ra, gue mau bicara sama lo berdua, bisa?" tanya Bara.
"Ma-maaf Bar. Nggak bisa," balas Ara pergi meninggalkan Bara.
Bara mencekal pergelangan tangan Ara.
"Please Ra. Gue nggak akan sakiti lo," pinta Bara memelas.
Ara terdiam. Ara menoleh melihat gurat wajah Bara seperti memiliki masalah besar.
"Mau bicara apa lagi Bara? Belum cukup lo sakiti gue?"
"Nggak Ra. Ini penting, gue nggak tahu harus cerita sama siapa lagi," kata Bara dengan gurat wajah memelas.
Ikut nggak ya? Tapi, gue penasaran. Kalau gue di apa-apain sama Bara gimana? Terus, kalau Bara punya niat jahat lagi gimana? Apa ini tipu muslihat Bara lagi? Ara berperang dengan batinnya.
"Di mana?" tanya Ara to the point.
"Di taman belakang sekolah, please ...."
Ara mengangguk. Bara melepas cekalan tangan nya dan mengikuti langkah kaki Bara ke taman belakang sekolah.
"Lo mau bicara apa Bara? Gue nggak ada waktu!" sarkas Ara.
Bara memandang Ara.
Haruskah gue menyakiti Ara lagi? Gue nggak mau kena karma lagi. Cukup sudah, gue nggak mau kehilangan Tiara.
"Gu-gue mau minta maaf Ra sama lo. Ternyata, lo benar. Gue udah dapat karma karena perbuatan gue sama lo, dan sama cewek lain yang udah gue permainkan," balas Bara menunduk dalam.
Ara melihat Bara, tidak seperti biasa nya. Bara duduk di bawah pohon rindang, sedangkan Ara berdiri. Langkah kaki Ara mendekati Bara.
"Maksud lo apa Bara?"
"Lo menang Ra. Gue kalah. Tiara ...."
"Tiara kenapa?" desak Ara.
"Tiara... mencoba menggugurkan janin yang ada di kandungannya, karena cowok yang menghamili Tiara nggak mau tanggung jawab ...," lirih Bara.
Ara terhenyak, tidak menyangka Tiara nekat berbuat seperti itu.
"Terus, keadaan Tiara gimana Bara?" Ara khawatir dengan keadaan Tiara.
"Tiara masih kritis. Gue bingung harus cari stock golongan darah yang sama. Golongan darah Tiara sangat langka di cari," tukas Bara mengusap wajahnya frustasi.
"Golongan darah Tiara apa?"
"O negatif."
"Golongan darah Tiara sama dengan golongan darah Kak Arvin," jawab Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & A [TELAH TERBIT]
Fiksi RemajaSEQUEL ALEANDRA Telah Terbit di @_gentebooks Kisah masa lalu, tidak akan kembali lagi. Namun, kisah masa lalu pasti terulang kembali. Arabella-putri seorang mantan napi, dipertemukan dengan Arvin Putra Alandra-putra seorang perempuan yang memiliki...