"Mengenalmu adalah awal dari perpisahan."
-Arabella-
***
Langkah kaki sepatu yang bergesekan dengan aspal terdengar. Helaan napas seorang perempuan berambut di gelung keatas begitu kentara, mengingat mentari tepat diatas kepalanya. Desah napasnya menderu, ketika perempuan itu mengusap bulir keringat yang mengalir di dahi.
"Eh, anak napi! Masih ada juga nyali lo, bertahan di sekolah gue sampai detik ini." Resti-perempuan yang rambutnya di kepang satu mengejek perempuan itu.
"Nggak tahu, diri! Udah dibully, di kerjain, masih juga betah di sekolah ini," sahut Ocha-teman Resti.
"Nama gue, Arabella. Sorry, ya, bukan napi, tapi, m-a-n-t-a-n!" sarkasnya.
"Oh, mantan? Ngaku juga lo. Gue kira-lo malu ngakuin anak dari mantan napi,"ejek Tiara-pemilik sekolah junior high school tempat Arabella menimba ilmu.
"Jelas gue ngaku, daripada lo? Bitch sekolah yang otaknya nol besar." Arabella memperagakan tangannya berbentuk angka nol yang besar.
"Anak napi sialan!" desis Tiara geram.
"Ralat, ucapan lo Tiara, mantan napi! Lo nggak ada kapoknya, ya, bully gue," balas Arabella.
"Gue nggak akan pernah kapok bully lo, anak napi. Roy, Bagas, Tio, Galang, keluar kalian!" perintah Tiara pada mereka yang masih sembunyi.
"Cih, mainnya keroyokan! Ayo, maju, gue nggak takut," tantang Arabella.
Teman lelakinya itu mulai mengejar Arabella. Arabella berlari menghindari kejaran dari teman lelakinya itu ke jalanan yang sepi dengan di penuhi banyak pohon besar.
Secepat mungkin Arabella berlari, namun semakin lama kekuatannya terkuras hingga mau tidak mau dia terpaksa melawan mereka satu persatu.
"Kalian banci, beraninya main keroyokan, sama perempuan lagi," ejek Arabella.
"Diam lo Ara, yang penting sekarang uang. Sekalipun itu hajar lo gue nggak perduli," kata Roy.
"Udah lah Ra, lo nyerah aja sama kita, lagian lo gak ada apa-apanya dibanding kita," sahut Bagas tersenyum miring.
"So ... lo mau nyerah atau kita gilir lo, satu persatu? " tanya Galang menyeringai mesum.
Arabella bingung memikirkan bagaimana dia bisa terbebas dari para kacung Tiara.
"Nggak usah mikirin cara gimana lo mau kabur dari kita, di otak cantik lo itu Ra," sambung Tio melihat gelagat Arabella.
Sial! Gimana caranya gue hadapi mereka secara gue gak punya ilmu bela diri. Salah gue juga tadi yang nantangin mereka, batin Arabella.
"Oke! one by one maju," tantang Arabella.
Mereka berempat tidak mendengarkan perkataan Arabella hingga mereka berempat langsung menyerangnya.
Roy yang berusaha memukul kepala Arabella berhasil ditangkis Arabella, sementara Tio yang ingin menendang Arabella yang dengan sigap menendang duluan selangkangannya. Belum lagi Galang yang berusaha mencari titik kelemahan Arabella dan menemukannya.
Galang menendang dada Arabella sehingga Arabella terhempas. Arabella meringis sakit dan sesak karena dadanya ditendang oleh Galang.
"Haha, jadi segini doang kemampuan lo? Sok nantangin sih lo," ejek Galang.
"Makanya, jangan sombong ,dan lain kali kalo lo diperintah sama Tiara itu nurut," timpal Roy.
"Udah deh, mending kita apain nih anak, jadiin mainan aja gimana?" usul Tio.
"Boleh, mumpung sepi. Gas, giliran lo buka baju Arabella," perintah Galang.
Bagas yang merasa senang langsung saja mendekati Arabella membuat Arabella berusah melawan dengan sisa tenaganya, namun nihil.
Arabella sudah pasrah dijadikan mainan oleh mereka. Ketika mereka semua sudah mengelilingi Arabella yang memejamkan mata, terdengar suara bising kendaraan motor yang digas menderu. Sang pemilik motor turun dan membuka helm full facenya.
Arabella yang menutup matanya mengintip sedikit dengan apa yang terjadi.
Siapa tuh cowok? Tampan juga, batin Arabella.
"Banci!"
Satu kata, namun bermakna, sudah berhasil memancing emosi ke empat pemuda itu.
Tanpa aba-aba mereka langsung saja menyerang lelaki itu brutal.
Lelaki tersebut berhasil menangkis setiap serangan yang diberi Roy, Galang, Bagas dan Tio. Akhirnya keempat pemuda itu kewalahan ketika lelaki yang menolong Arabella memberi bogeman mentah di rahang dan dada mereka masing-masing."Lo siapa, beraninya ganggu urusan kita!" teriak Galang merintih kesakitan memegang rahangnya.
"Dia pacar gue," seru Ara tanpa memperdulikan ekspresi wajah lelaki yang menolongnya itu menatapnya dingin.
"Cih, pacar? Mimpi kali lo, anak napi pacaran sama cowok kayak dia? Halu lo," sindir Roy.
"Lo nggak percaya dia pacar gue?"
Arabella nekat mencium pipi lelaki itu membuat lelaki itu menggeram kesal.
"Kalian pergi, sebelum gue berbuat lebih jauh," peringat lelaki itu.
Galang dan teman-temannya langsung pergi.
"Awas lo, urusan kita belum selesai," tunjuk Galang pada Arabella dan lelaki itu.
"Makasih Kakak, udah nolong aku," ucap Arabella tersenyum manis.
"Hmm," sahut lelaki itu datar.
"Eh, kok cuma hmm sih? Aku boleh tahu nama Kakak nggak?" cecar Arabella.
"Arvin. Minggir, gue mau lewat!" ketusnya.
"Oh, Arvin. Kak Arvin, sekolah di mana?"
"Diam! Cewek nggak tahu diri, udah ditolong malah cium orang sembarangan!" gerutu Arvin.
Arabella menyengir kuda,"Ehehe, maaf Kak, terpaksa biar mereka nggak gangguin aku lagi."
Arvin sangat jengkel melihat perempuan di depannya ini yang berani menyentuh dirinya tanpa izin. Arvin segera memasang helm full facenya dan menghidupkan motor.
"Eh, Kak Arvin belum jawab pertanyaan aku, Kakak sekolah di mana?" teriaknya kesal ketika Arvin melajukan motornya begitu saja.
"Ish, ganteng sih, tapi songong banget. Percuma gantengnya kalau gitu." Arabella menggerutu kesal dan segera pulang ke rumah sebelum Galang dan teman-temannya kembali mengusik.
Jangan lupa vote dan koment nya 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
A & A [TELAH TERBIT]
Ficção AdolescenteSEQUEL ALEANDRA Telah Terbit di @_gentebooks Kisah masa lalu, tidak akan kembali lagi. Namun, kisah masa lalu pasti terulang kembali. Arabella-putri seorang mantan napi, dipertemukan dengan Arvin Putra Alandra-putra seorang perempuan yang memiliki...