BAB 4 | Kalah Balapan

13.4K 584 82
                                    

"Kecurangan tidak akan pernah menang, ada kalanya kecurangan berakhir dengan kekalahan."

—Arvin Putra Alandra—

***

"Ma, kapan papa pulang? Ara udah kangen banget tahu," rajuknya manja.

"Sabar, Sayang, lagian kamu udah besar masih juga manja," jawab sang Mama mengelus rambut Ara dengan sayang.

Saat ini, Ara dan Mamanya sedang duduk di sofa ruang tamu sembari menonton televisi. Sedari tadi, Ara gelisah dan selalu sibuk menanyakan hal yang sama berulang kali membuat Mamanya menghela napas.

Tok ! Tok ! Tok !

"Buka pintunya Sayang," perintah Mama.

"Malas Ma ,paling bukan Papa," sahut Ara yang masih uring-uringan di sofa.

"Lihat dulu, kalau beneran Papa gimana?"

"Iya-iya Ma," kata Ara dengan cemberut bangkit dari duduknya.

"PAPA!" teriak Ara lantang ketika membuka pintu, Papa yang dirindukannya pulang.

"Assalammulaikum Princess Papa."

"Waalaikumsalam Pa," balas Ara yang langsung menghambur kepelukan Papanya.

"Ara kangen Papa. Papa lama banget kerja gak pulang-pulang," tutur Ara mencebik manja.

Mamanya yang datang melihat interaksi ayah dan anak itu hanya tersenyum.

"Mas," ucap sang istri menyalami tangan suaminya.

"Udah, jangan peluk Papa terus ,kasian Papa capek, pulang kerja nggak kamu suruh masuk," tegur Mama.

"Mama ih, Ara masih kangen sama Papa," rengeknya.

"Iya, Sayang, kita masuk dulu yuk," ajak Papa Ara.

"Gimana kabar Mama sama Princess Papa, selama nggak ada Papa?"

"Alhamdulillah baik kok Pa," sahut Ara.

"Bohong Pa. Ara masih aja sering di bully teman-temannya karena Mama ...," lirih Mama sedih.

"Sayang, kamu jangan bicara kayak gitu, lupakan semua masa lalu, jangan pernah ungkit lagi," sahut Papa.

"Mas, aku masih belum bisa terima, karena masa lalu aku, Ara jadi korban," balas Mama dengan nada bergetar.

"Ma ... Ara mohon jangan ungkit masa lalu lagi. Ara udah nggak mau ingat lagi Ma. Ara udah berusaha untuk melupakan semua kepahitan masa silam waktu itu . Ingat Ma, nggak mudah buat Ara melupakan dan bangkit seperti sekarang," lanjut Ara dengan air mata yang lolos membasahi pipi.

"Maafkan Mama, Mama janji, nggak akan ungkit masa lalu lagi," ucap Mama mendekati Ara dan memeluknya dengan sayang.

Papa mendekat dan merangkul Ara serta Mama.

"Papa sayang kalian berdua .Papa harap, kalian harus selalu kuat dengan ujian dan cobaan yang menimpa keluarga kita."

"Makasih Mas,  karena Mas selalu ada di saat aku butuhkan dan semua pengorbanan Mas gak akan mungkin bisa aku balas," ungkap Mama.

"Sarah—aku sayang sama kamu dan juga Ara. Kalian berdua semangat hidup aku dan untuk semua yang udah terjadi, aku mohon, jangan pernah diungkit lagi, kasian Ara," ungkap sang Papa memandang Sarah dan Ara bergantian menghapus air mata mereka.

"Aku sayang kamu, Mas Rian."

"Ara juga sayang Papa."

Mereka saling berpelukan dan tersenyum.

A & A [TELAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang