"Aku menyerah, ketika takdir begitu kejam membuatku kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku."
-Arabella-
***
Suara dering ponsel seirama dengan isak tangis yang menyayat hati. Keadaan Ara sangat kacau. Sementara Arvin masih terlelap di tempat tidur seperti tidak terjadi apa-apa. Arvin yang merasa gelisah, mendengar isak tangis yang begitu lirih, perlahan mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Arvin memijit pelipis pusing. Arvin mencari asal suara tangisan itu.
Disudut tempat tidur, di dekat nakas dan lampu tidur, seorang perempuan terduduk dengan menelungkupkan kepala di lipatan tangannya. Arvin menegang, ketika melihat dirinya tanpa busana. Arvin bergegas memakai baju dan celananya, sembari mendekati perempuan itu.
"Ma-maaf ... se-semalam ... aku-aku ...."
Isak tangis perempuan itu berhenti. Perempuan itu mendongak, dengan wajah yang sembab penuh air mata. Jangan lupa kan banyak bekas kissmark yang tercetak jelas di leher perempuan itu.
"A-Ara ...," lirih Arvin.
"Kenapa Arvin? Kenapa kamu lakukan semua ini!" jerit Ara dengan air mata yang menetes berjatuhan.
Arvin memandang Ara dengan pandangan sayu, dan merasa bersalah.
"Kamu dengar penjelasan aku dulu Ra. Aku di jebak," jelas Arvin.
"Di jebak? Cih, mana ada di jebak kalau kamu menikmati malam itu!" jerit Ara dengan menahan emosinya.
"Ara ... kamu harus percaya sama aku. Aku nggak tahu apa-apa. Apa pun yang terjadi, aku akan tanggung jawab," balas Arvin menatap Ara sendu.
"Hiks ... hiks ...." Tangisan Ara semakin keras.
"Ara please ... aku nggak bisa lihat kamu nangis kayak gini ...," mohon Arvin menghapus air mata Ara.
"KAMU JAHAT ARVIN! AKU BENCI KAMU!" teriak Ara menepis tangan Arvin kasar dengan tatapan penuh amarah.
Ara berdiri meninggalkan Arvin.
"ARA! KAMU HARUS DENGAR PENJELASAN AKU DULU!" jerit Arvin.
Ara tidak mendengar, Ara terus saja berjalan tanpa arah dengan langkah yang terseok-seok.
"ARA!" panggil Arvin.
Ara menoleh, mendapati Arvin semakin mendekat. Ara mempercepat langkah kakinya dengan bersimbah air mata.
Bruk
"Ma-maaf," ucap Ara dengan serak.
Seorang lelaki yang baru keluar dari salah satu kamar yang tidak jauh dari kamar di club itu, menilik perempuan di hadapannya yang seperti ketakutan.
"ARA!" teriak Arvin.
Ara melanjutkan langkah kakinya, namun pergelangan tangan Ara di cekal oleh lelaki itu. Lelaki itu mengerutkan dahi bingung, melihat penampilan perempuan ini yang sangat berantakan dengan menundukkan pandangan.
Lelaki itu tersenyum geli dalam hati. Pasti perempuan malam pikirnya.
Namun, lelaki itu terkejut ketika mendapati perempuan di hadapannya saat ini, seseorang yang sangat dia kenali. Ara mendongak perlahan dengan wajah yang sembab dengan air mata yang masih berjatuhan."Ara? Lo kenapa?" tanya Bara khawatir, memegang pundak Ara.
"Hiks ... hiks ...."
Bara mendengar tangisan lirih Ara. Bara perlahan menyingkap rambut Ara yang tergerai di pundaknya. Rahang Bara mengeras, dengan gigi gemeletuk menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & A [TELAH TERBIT]
Teen FictionSEQUEL ALEANDRA Telah Terbit di @_gentebooks Kisah masa lalu, tidak akan kembali lagi. Namun, kisah masa lalu pasti terulang kembali. Arabella-putri seorang mantan napi, dipertemukan dengan Arvin Putra Alandra-putra seorang perempuan yang memiliki...