BAB 38 | Rencana Membawa Petaka

7.6K 602 97
                                    

"Aku menaruh rasa percaya padamu. Berharap, kamu tidak akan membuat aku kecewa kembali."

Arabella

***

Ara masih termenung di meja makan. Sam, Alexa, Rian dan Sarah yang menilik gurat wajah Ara turut merasa prihatin. Ara berpura-pura ceria hanya di depan Lea saja.

"Tak Ala, tenapa cedih?" Suara cadel Lea memecah keheningan.

"Kakak nggak sedih Sayang," balas Ara tersenyum manis.

Lea hanya mengangguk sembari memakan kembali makanannya.

"Ara, apa kamu yakin pergi sekolah hari ini?" tanya Rian.

"Iya Pa."

"Sayang, lebih baik kamu istirahat. Mama takut kamu kenapa-napa," sambung Sarah.

"Ara ... Tante mengerti apa yang kamu rasakan. Papa dan Mama kamu, sudah menceritakan semuanya. Ada baiknya, kamu bicara dulu sama Arvin," timpal Alexa.

"Benar Ara. Sebagai laki-laki, Om bukan membela Arvin. Tapi, kasih kesempatan Arvin menjelaskan semuanya," sahut Sam.

"Iya. Ara pergi ke sekolah dulu. Assalammualaikum," ucap Ara beranjak dari meja makan sembari menyambar tasnya di kursi.

"Waaalaikumsalam. Hati-hati Sayang!" teriak Sarah.

"Sar, gue jadi khawatir kejadian masa lalu terulang lagi," celetuk Sam.

Sarah menolehkan pandangan. "Maksud lo Sam ?"

"Gue takut, dari yang lo ceritakan itu Rania semakin nekat."

"Hust, Sam kamu apa-apaan. Jangan berpikir negatif dulu," sahut Alexa memelototkan matanya memberi kode.

Sam meringis. Sam mengalihkan pandangannya ke Sarah yang terlihat memikirkan sesuatu.

"Sayang, kamu jangan banyak pikiran ya. Aku yakin, semua akan baik-baik aja," kata Rian memegang tangan Sarah.

Sarah memandang Rian dengan tatapan tidak yakin. Namun, Rian meyakinkan Sarah dengan senyumannya. Sarah membalas senyum simpul.

"Dih, serasa dunia milik berdua. Yang lain ngontrak," sindir Sam.

"Lo kan, emang ngontrak di sini Sam," balas Rian enteng.

"Sialan lo Yan," umpat Sam.

"Cialan itu apa Pa?"

****
Ara melangkah gontai menuju kelas tanpa memperhatikan arah langkahnya yang terkadang menabrak seseorang.

"Awh!"

"Ara?" panggil Bara.

"Eh, iya Bar?"

Bara menelisik wajah Ara. Wajah Ara yang sembab, dengan sedikit kantung mata yang menghitam.

"Lo kenapa Ra?"

"Gue baik-baik aja Bar. Eh, gimana kabar Tiara?" Ara mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah baik. Tiara udah siuman, dia ingin mengucapkan terima kasih sama Arvin dan juga lo Ra."

"Alhamdulillah ... kalau ada waktu, gue jenguk Tiara. Sampaikan salam gue sama Tiara."

Bara mengangguk tersenyum. Ara mengalihkan pandangannya. Tak sengaja, Ara melihat keberadaan Arvin yang seperti mencari dirinya.

"Bar, gue duluan ya," ujar Ara berjalan tergesa-gesa seperti menghindari sesuatu.

Ara kenapa? Kayaknya menghindari sesuatu. Tapi apa?

A & A [TELAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang