BAB 8 | Gadis Bernama Lea

10.8K 474 36
                                    

"Ingatan masa lalu, tak perlu di kenang. Kenanglah yang baik, lupakan yang tidak baik. Tersenyumlah padanya, karena masa lalu menjadikan kita lebih baik."

—Samudra Wiranata —

***

Brak

Bunyi suara mobil menabrak trotoar jalan melaju kencang .Untung saja, Ara berlari secepat kilat untuk menyelamatkan seorang gadis kecil yang lucu terlihat menangis dengan wajah tembam yang menggemaskan berusia sekitar dua setengah tahun.

"Duh, Sayang, orang tua kamu di mana sih? Kok, biarin kamu main ditengah jalan gini,"omel Ara kesal.

"Hiks, pah, mah," rengek gadis kecil itu, semakin membuat Ara gelagapan.

"Aduh, Dek, jangan nangis ya, diam dong, nanti Kakak di bilang penculik anak lagi, cup, cup," bujuk Ara mengelus punggung gadis kecil itu.

Terlihat warga datang melihat keadaan Ara dan gadis kecil itu.

"Kalian, gak apa-apa, Dek?"

"Kami baik baik saja, Pak."

"Syukurlah, kalau begitu, ayo kami bantu," ucap salah satu warga menawarkan bantuan.

"Makasih, Pak, tapi, saya dan adik saya tidak apa-apa," tolak Ara.

"Baiklah, Neng," kata salah satu warga memakai kaos biru pergi di ikuti warga lain.

"Au pah ,mah! Ea atut," kata gadis kecil itu dengan suara cadelnya.

"Nama kamu, Kea?" Gadis kecil itupun menggeleng.

"Sea? Lea?" Gadis kecil itu menggeleng, dan setelahnya mengangguk.

"Lea, kenapa sendirian? papa sama mama ke mana?" tanya Ara penasaran.

"Adi, Ea cama pah ,mah yus, ea iam iam pegi, pah ,mah ici inyak di ana," tunjuk sang gadis kecil ke arah Barat.

"Kamu gemesin banget sih, Sayang." Ara geram melihat cara bicara Lea yang cadel.

"Atak, apa?"

"Kamu nanya nama, Kakak?" Lea mengangguk.

"Nama Kakak, Ara," jawab Ara mengelus kepala Lea dengan sayang.

"Ala? Antik."

"Kamu pintar banget sih, Sayang. Sekarang, kita cari papa sama mama kamu ya, pasti sekarang, mereka bingung cari keberadaan kamu."

Lea mengganggukkan kepalanya. Ara menggendong Lea di depan.

Sementara itu, orang tua si gadis kecil pun kebingungan dan panik mencari keberadaan anaknya yang hilang.

"Kamu sih, nggak jagain Lea, sibuk godain petugas SPBUnya," omel sang istri.

"Loh, kok kamu, salahin aku sih, Sayang?"

"Iya, salah kamu. Aku pergi ke toilet bentar aja, bisa-bisanya Lea hilang. Pasti, gara-gara kamu nih, yang genit godain cewek di SPBU," sarkas sang istri lagi.

"Udah, Sayang, jangan marah-marah gitu, mending kita cari Lea, pasti Lea ketakutan dan nangis," sela sang suami.

"Kalau sampai Lea nggak ketemu, aku potong titit kamu!" ancam sang istri, membuat sang suami menelan salivanya susah payah.

"Iya-iya, pasti Lea bakal ketemu kok, kita cari dulu, pasti Lea sekitar sini," balas sang suami.

Mereka bergegas mencari Lea di sekitar SPBU dan di dekat jalan yang mereka lewati tadi.

A & A [TELAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang