9 - Sangat Yakin

167 74 15
                                    


Cindy menghampiri Dera yang sudah berdiri di pinggir jalan.

"Der, lo kenapa?" tanyanya. Setelah berdiri di samping Dera.

Dera menoleh sebelum akhirnya menjawab, "Sorry, Cin, gue harus balik," sambil tersenyum yang di paksakan.

"Ya, tapi kenapa? Kita baru aja dateng kan? Malahan kita belom ngobrol banyak lho, kok lo main pulang aja, sih?"

Dera seolah merasa bersalah, benar, dia baru datang dan langsung pulang bahkan obrolan mereka ralat teman-temannya sedang asik.

"Umm," Dera menggigit bibir bawahnya sambil berpikir mencari alasan yang tepat.

"Lo gak nyaman sama cowok-cowok tadi?" Cindy sejujurnya bisa melihat hal itu, dari sikap pasif Dera yang tak terlalu ikut dalam obrolan mereka.

"Hah? Enggak kok! Yaa, gue harus pulang aja, soalnya tadi nyokap gue suruh pulang cepet." elak Dera.

"Gue tau lo gak nyaman, kan? Atau ada di antara mereka yang bikin lo gugup ya?"

"Hah? Gugup siapa?? Enggak kok! Jangan aneh deh!" jawab Dera cepat. Terlalu cepat sehingga Cindy tau ia berbohong.

"Der, kita temenan kan sekarang? Lo bisa cerita apapun sama gue kok!"

Dera hanya diam bingung menanggapi ucapan Cindy, karena mereka baru kenal kurang lebih sebulan ini dan tidak mungkin dia menceritakan keresahan hatinya pada orang yang baru ia kenal.

Menurut Dera butuh beberapa alasan agar ia bisa mempercayai orang-orang yang nantinya akan ia ceritakan masalahnya. Bukan karena ia tak mempercayai Cindy, hanya saja dia belum yakin dengan Cindy, sebab mereka baru kenal. Butuh waktu agar mereka bisa saling menceritakan dan mempercayai, karena bisa saja orang itu hanya ingin tahu bukan peduli.

Cindy menghela napas pelan, "Oke deh, kalau lo nggak mau cerita, gue juga gak maksa kok," gadis itu tersenyum. "Lo pulang bareng gue aja gimana? Yaa itung-itung-"

"Eh, nggak usah!" potong Dera cepat sambil melotot.

Kening Cindy berkerut, "Lah kenapa?" tanyanya heran. "Lo nggak lagi berusaha buat ngehindar dari gue, kan?"

Dera menggeleng. "Ya enggak lah! Apaan sih!" ujarnya sambil mengibaskan tangan kanannya di depan wajah. "Gue nggak mau ngerepotin lo, lagian gue tadi udah telpon supir gue buat jemput dan sekarang dia udah otw ke sini.."

"Oh," balas Cindy sambil menganggukkan kepalanya.

Tak lama mobil yang di tunggu Dera sampai di hadapan keduanya.

"Gue duluan yaa! Sorry banget nih, gue gak bisa ngobrol lama sama lo," ujar Dera merasa bersalah.

"It's okay! Dasar anak mami." cibir Cindy sambil terkekeh.

"Bukan gitu, gue masih baru disini, jadi ya, mami gue masih belom percaya kalau gue berani pergi malam-malam. Makanya gue di suruh pulang cepet tadi," balas Dera sambil membuka pintu penumpang mobil. Lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil kembali.

Dera menurunkan kaca mobil lalu melambaikan tangan ke arah Cindy, "Duluan ya Cin..!" seru Dera sambil tersenyum ke arah Cindy.

"Siip, see you besok!" balas gadis itu.

Cindy menatap mobil Dera perlahan menjauh lalu hilang di tengah pengendara lain.

Gadis itu masih berdiri di pinggir jalan, bingung apa harus pulang atau masuk kembali ke kafe. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali masuk ke kafe setelah ia melihat jam yang melingkar di pergelangan kirinya menunjukkan hari belum terlalu larut.

***

Cindy termenung di depan pintu masuk dalam kafe, bingung duduk di mana karena spot favoritnya terisi oleh pengunjung lain.

"Cindy!"

Seruan dari suara cowok itu membuyarkan lamunannya, senyum cerah tercetak di bibir manisnya melihat Geza melambaikan tangan ke arahnya seolah kode agar ia mendekat. Dengan senang hati Cindy berjalan cepat ke arah meja cowok itu.

"Duduk sini aja," ajak Geza setelah Cindy sampai di meja yang ia duduki bersama Rian.

Cindy menarik kursi dan duduk di samping Geza sementara di seberang Geza ada Rian yang juga duduk sambil mengaduk minumannya.

"Temen lo tadi kenapa, kok langsung pulang gitu aja?" tanya Rian heran sambil melihat ke arah Cindy.

Cindy mengangkat bahu,"Katanya di suruh pulang sama mamanya."

Rian hanya mengangukkan kepalanya.

"Oh ya, Rayhan mana?"

"Balik kerja," balas Rian.

Rayhan sudah hampir tiga tahun bekerja di kafe ini, usianya memang muda namun ia bisa bekerja karna kafe ini milik keluarga Geza.

Cindy hanya manggut-manggut, malam itu mereka habiskan dengan bercerita ringan hingga kafe tutup. Niat dari Rian dan Geza tentu saja bukan hanya ingin menghabiskan waktu malam mereka di kafe tapi juga menemani Rayhan bekerja.

***

Sementara itu di dalam mobil Dera tengah memikirkan perasaannya, aneh saja rasanya tapi ia belum tahu ada apa dengan hatinya. Memang tadi siang ia merasa sedih ketika Rayhan bilang ia suka perempuan, tapi itu wajar saja Rayhan sudah remaja dan ia laki-laki, sangat wajar jika ia suka sama perempuankan? Tapi kenapa rasanya ia merasa sedih? Emosi itu seolah nyata, seakan ia menyukai cowok itu. Tapi tidak mungkin. Tidak mungkin secepat itu.

Dera menghela napas berat, dalam hati ia meyakinkan bahwa ia hanya punya rasa kagum dan itu sesaat.

Ya, ia sangat yakin.

Atau ia hanya menyangkal.

***

Hai!

Aku lagi baca-baca ulang cerita ini, pas ngeliat ada yang komen dan bilang suka, serius senengg bangettt!

Padahal pas aku baca lagi, kayak aneh gitu wkwk

Tapi seneng sih, yang baca sampe selesai.. Soalnya tau alur ceritanya gimana, kalau cuman satu-dua part belum ketahuan gimana bagus atau gaknya? Ya, kan? Hehe

Sumpah aku seneng banget baca komen-komen yang bilang cerita ini layak buat dimasukin layar lebar a.k.a film!

Makanya sekarang aku lagi revisi-revisi lagi, padahal udah berulang kali, tapi tetap aja rasanya banyak yang kurang dan typo bertebaran 😂

Tapi aku tau, gak ada cerita yang sempurna, aku cuma mau bikin cerita ini lebih baik dari sebelumnya aja. Terimakasih yang udah suka :)

Makasiiihhhhh yang udah baccaaa!

Bagaimana tentang part ini?

Pendek yaa??

Tenang di next bakal lebih panjang kok hehehe

Love,

Gusti Aini

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang