48 - Mencoba Mengikhlaskan

77 25 37
                                    

Ketiga lelaki yang melihat kedua gadis yang menangis tak jauh dari mereka, hanya terdiam. Tadinya Rian dan Vito sudah berdiri ingin menghampiri, namun di tahan oleh Rayhan. Rayhan mengatakan bahwa mereka perlu waktu berdua. Akhirnya Rian dan Vito kembali duduk, hanya bisa menyaksikan.

Cukup lama mereka lakukan hal itu, tanpa tahu apa yang di bicarakan hingga membuat keduanya menangis.
Spekulasi dan opini pun bermunculan di kepala mereka.

Menurut Vito, mungkin Dera cemburu. Sebab mungkin gadis itu berpikir bahwa Bening pacar baru Rayhan. Tapi harusnya Dera marah bukan menangis?

Menurut Rian, mungkin tadinya mereka mengobrol supaya lebih akrab dan dekat, sampai akhirnya Bening teringat kembali pada bapaknya sehingga keduanya menangis. Dera juga ikut menangis karena sedih. Perasa sekali? Pikirnya.

Lain halnya dengan Rayhan. Pikirannya melayang ke beberapa hari sebelumnya, yaitu saat mereka tanpa sengaja bertemu di rumah Bening, hari bapak gadis itu di kebumikan. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Apa Dera marah pada Bening sebab saat itu dia berpura-pura tak kenal? Tapi kenapa marah dengan Bening. Rayhan kembali teringat satu hal. Kali ini pikirannya maju sedikit kedepan.

Mungkinkah Bening menceritakan kepada Dera bahwa gadis itu di tolak perasaannya oleh Rayhan? Hampir benar.

Rayhan mengerjap lalu menyipitkan matanya, jika benar begitu artinya ia sudah menyakiti hati gadis lembut itu. Sedikit rasa bersalah muncul dalam hatinya.

Tapi logikanya berkata tak ada yang salah. Jika ia memaksakan menjalin hubungan dengan Bening tanpa mempunyai perasaan ketertarikan, justru akan menyakiti satu sama lain.

Memang terkadang logika dan hati sering bertolak belakang.

Bening tiba-tiba berdiri dengan air mata yang masih mengalir. Hal itu sontak membuat Rian dan Vito juga ikut berdiri. Sebegitu kuatnya daya tarik kedua gadis itu untuk mereka.

"Bening!" seru Rian saat gadis itu langsung beranjak begitu saja.

Dera juga ikut berdiri. Masih dengan air mata mengalir. Ia menatap punggung Bening yang kian mengecil. Hancur sudah. Harapan untuk mejadi dan mempunyai sahabat sejati kini sirna.

Rian mengejar Bening yang kini punggungnya sudah tak terlihat. Vito segera menghampiri Dera.

"Ra.." panggil Vito dengan hati-hati.

Dera yang menunduk kini mendongak, menatap Vito sedih.

"Hey, udah gak usah nangis lagi,"

Dera menggeleng, air matanya makin deras, bahkan kini isakan kecil keluar dari bibirnya.

Vito yang melihat itu panik. Ia menoleh pada Rayhan yang ternyata masih berada di tempatnya semula, namun sekarang lelaki itu sudah berdiri.

Vito memberi kode pada Rayhan agar mendekat, sebab ia tak mungkin memeluk Dera. Rayhan tak menghiraukan Vito, karena fokusnya dari tadi hanya Dera akhirnya mendekat.

Rayhan memegang kedua bahu gadis itu, membuat Dera mengangkat wajahnya, di detik berikutnya, Rayhan langsung merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

Vito yang sadar situasi akhirnya mundur menjauh, membiarkan kedua insan yang masih mempunyai rasa itu berdua. Rayhan memanglah orang yang tepat untuk Dera saat ini, karena yang di butuhkan gadis itu bukan hanya sekedar pendengar yang baik tapi juga sebuah sandaran.

Seolah mendapat tempat tenyaman, tangis Dera semakin pecah saat di pelukan Rayha. Isakannya semakin kuat terdengar. Di peluknya erat tubuh lelaki itu, seolah tak ingin dilepaskan.

Rayhan pejamkan matanya. Di rengkuhnya semakin erat tubuh Dera, di hirupnya aroma gadis itu, di rasakannya rasa yang mampu membuat nyaman hatinya, rasa yang mampu meruntuhkan pertahanannya, rasa yang membuat bisa tau apa itu arti cinta. Rasa yang juga membuatnya ia tak ingin kehilangan namun terbelenggu oleh masa.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang