49 - Semua Perlu Jeda

98 27 33
                                    

Rasa sedih sering sekali tinggal di dalam hati seseorang, menggerogoti diri orang tersebut. Meninggalkan luka yang sulit di obati bahkan terkadang butuh waktu yang lama hingga mendapatkan penawarnya.

Namun sebagian orang lainnya memilih untuk bangkit, melupakan rasa sakit dan luka yang hinggap di hati. Mencoba menghibur diri agar tak berlarut dalam kesedihan. Sebab tahu bahwa kesedihan jika di biarkan akan merusak perasaan yang ada, bahkan merubah seseorang menjadi lebih buruk.

Rayhan menghirup udara malam dalam-dalam. Mencoba menyejukkan perasaan dan hatinya lewat dinginnya semilir angin.

Ia kini tengah duduk di motornya, menatap lurus rumah yang ada di depannya sejak lima belas menit yang lalu. Rayhan menghela napas panjang, ia turun dari motor, siap melangkah membulatkan tekad, menyelesaikan masalah yang ada.

Rayhan mengetuk pintu rumah itu beberapa kali.

"Iya, sebentar," seseorang muncul dari balik pintu, menatap Rayhan dengan tersenyum.

"Nak Rayhan? Mau ketemu Bening?" tanya ibu Bening. Ya, Rayhan kini berdiri di depan rumah Bening.

Rayhan hanya mengangguk dengan senyum di bibirnya.

"Oh, ayo masuk, biar ibu panggil Bening dulu,"

"Gapapa bu, saya tunggu disini aja,"

Ibu Bening mengangguk, "Ya sudah, ibu panggil Bening dulu, ya,"

Rayhan tersenyum sebagai jawaban. Ia menatap langit malam yang kini tanpa bintang.

Tak berselang lama, Bening muncul. Rautnya datar beda dari biasanya.

"Ray," panggilnya, karena Rayhan yang membelakangi pintu jadi tidak sadar.

Rayhan berbalik, mendapati wajah Bening tanpa ekspresi. "Hai," sapanya.
Bening hanya tersenyum kaku.

"Sibuk gak malam ini?"

"Kenapa?"

Rayhan bisa merasakan nada suara dingin Bening, membuatnya kian merasa bersalah.

"Aku mau ajak lo.. Kamu keluar kalau mau," Rayhan meralat panggilannya. "Ada yang mau aku obrolin, kalau kamu gak keberatan," lanjutnya.

Raut Bening sedikit mengendur, senyum tipis muncul di bibirnya. Ia bukan berharap bisa memiliki Rayhan, cukup menjadi teman. Dan panggilan? Bening terbiasa menggunakan aku-kamu.

Ia juga tidak mempermasalahkan teman-temannya menggunakan kata lo dan gue. Tapi lain halnya jika sudah terbiasa memakai aku dan kamu lalu berubah, ia merasa sedang di jauhi, seolah ada jarak, padahal ia hanya ingin diperlakukan sama.

Sama seperti kasus ia dan Rayhan saat ini, Bening hanya ingin Rayhan bersikap seperti biasanya, walau ia memiliki perasaan lebih. Tanpa harus menjauhinya atau membuat jarak antara mereka, ia tau akan perasaanya dan ia juga tak berharap agar dibalas dengan hal yang sama.

"Kalau kamu gak mau, gakpapa. Aku pulang dulu kalau gitu,"

Rayhan baru berbalik saat suara Bening menghentikan langkahnya.

"Tunggu, aku izin sama ibu dulu."

Senyum Rayhan melebar saat Bening masuk kembali.

****

Rayhan tak membawa Bening jauh. Ia mengajak Bening makan bakso grobak pinggir jalan yang mangkal tak jauh dari rumah gadis itu. Bahkan Rayhan tak mambawa motornya, ia lebih memilih berjalan kaki.

"Bening, aku mau minta maaf," ujar Rayhan, saat ini mereka berjalan pulang menuju rumah Bening.

"Buat apa, Ray?"

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang