27 - Mama Dera

95 41 9
                                    

Lagi-lagi pemandangan yang sama Dera temui di mejanya, ini sudah kesekian kalinya. Pagi ini Dera berangkat di antar supirnya, ia berangkat lebih pagi seperti beberapa hari terakhir.

Dera segera memungut sampah yang ada di mejanya, membersihkan bau tak sedap dari mejanya, tapi sebelum itu ia sudah mengambil kain pel. Kini ia sedang mengelap meja–dengan kain yang sengaja ia bawa dari rumah–hingga kering. Setelah beres ia langsung membersihkan tilisan-tulisan dengan cepat, tak ada yang tau semua ini termasuk Cindy sekalipun. Dera tak ingin menyusahkan teman-temannya yang lain. Saat ini kelas masih sepi belum ada siswa yang datang.

Dera menghela napas lega, ketika semuanya sudah selesai. Ia sesegera mungkin menetralkan raut wajahnya, karena ia yakin sebentar lagi akan ada siswa yang datang, biasanya Rian akan datang lebih pagi karena pemuda itu di minta sahabatnya.

Tepat setelah Dera mengeluarkan buku dari tasnya, Rian datang. Seperti dugaannya, hanya saja ia tak tau jika Rian datang sepagi ini karena di minta Rayhan.

"Hai Der," sapanya seperti biasa.

Dera hanya tersenyum.

"Riannn! Lo bener-bener ya!" Rian baru duduk di kursinya, jeritan dari Geza langsung membuatnya menatap ke arah cowok itu.

"Apaan sih? Tumben banget lo dateng pagi-pagi buta begini? Mau kiamat nih kayaknya."

"Apa hubungannya gue dateng pagi, sama kiamat?" tanya Geza bingung, lalu duduk di bangkunya.

"Ya, ada lah! Ini suatu hal yang langka!" balas Rian santai. "Gue kayaknya harus kasih pengumuman sama orang-orang, supaya mereka segera berlindung." lanjutnya.

"Enak aja lo! Emang gue bawa malapetaka apa! Gue dateng mau nyontek PR! Tadi lo udah gue chat tapi nggak di bales!!" sungut Geza.

"Oh iya, gue lupa akan satu hal itu," Rian mengangguk-anggukkan kepala. Segera ia mengeluarkan bukunya yang langsung di rebut Geza ganas.

Rian mengalihkan pandangan ke sekeliling kelas, sudah mulai berdatangan beberapa murid lainnya.

"Pagiii everyone!!" teriak Cindy heboh, ketika kakinya memasuki kelas.

"Pagi cindy..." balas Dera sambil tersenyum setelah Cindy sampai di sebelahnya.

Cibdy menyengir lebar. Dera menyipitkan mata, "Ada apaan nih? Kok kayaknya lo seneng banget?"

Cengiran Cindy kian lebar, membuat matanya membentuk bulan sabit.

"Iya dong! Lo tau gue barusan, ketemu cowok-cowok ganteng sekolah! Lumayan kan cuci mata pagi-pagi begini, sebelum otak gue retak karena pelajaran pertama fisika!" jawabnya antusias. "Sayang banget di kelas kita gak ada yang ganteng! Ada sih, pacar lo." Cindy mulai menopang dagunya dengan tangan. "Coba aja di kelas ini di penuhi cowok-cowok cakep..." raut yang tadi sumringah, kini berubah muram.

Dera hanya menggelengkan kepala, senyum belum hilang dari bibirnya. Setidaknya ocehan Cindy bisa menambah semangatnya di sekolah, walau tak ada Rayhan. Dan setidaknya ia bisa melupakan cacian untuknya yang selalu datang tiap hari, keberuntungan juga berpihak padanya, tulisan-tulisan yang ada di toilet juga selalu di bersihkan oleh pembersih sekolah tiap hari, walau tak semua karena ada saja yang mencoret di sana tiap hari juga, tapi setidaknya bukan hanya namanya yang tertulis di sana dan yang lebih bagus lagi, Cindy bukan tipe cewek yang harus ke toilet tiap hari jadi tak ada yang tau bahwa ia juga di caci di sana.

"Emang idola sekolah mana yang barusan lo temuin?" Dera membalas seraya membolak-balik bukunya.

Senyum Cindy tambah manis-masem, "Yaa, banyak lah! Ada dari senior, yang seangkatan kita juga, anak kelas sepuluh juga ada! Gimana caranya ya gue bisa dapet satu, biar gak jomblo lagi,"

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang