31 - Berkurangnya Beban

79 35 8
                                    

Rian dan Geza kini tengah berada di rumah Rayhan. Tapi pemuda itu tidak ada disana. Ia sudah menceritakan pada ibu Rayhan bahwa Rayhan tak masuk hari ini dan tanpa keterangan. Hal itulah yang membawa kedua pemuda itu ada disini, ia khawatir pada sahabatnya.

"Pasti gadis itu yang udah bikin Rayhan jadi bolos," gumam Shinta. Ia tau betul anaknya tidak pernah sampai tanpa keterangan seperti ini.

"Maksud ibu? Gadis siapa?" Rian dengan kepekaan telinganya bertanya.

Ia dan Geza memang sudah di anggap anak sendiri oleh Shinta, jadi mereka pun memanggil Shinta dengan panggilan sama seperti Rayhan.

"Ibu lupa siapa namanya Rian," Shinta berpikir sejenak, "Ra... Pacarnya Rayhan. Siapa itu namanya?"

"Dera, bu."

"Nah, iya itu! Anak itu emang bawa pengaruh buruk!" ujar Shinta sebal.

Kening Rian dan Geza berkerut, keduanya saling pandang merasa ada yang tak beres.

"Dera gak pernah bawa pengaruh buruk untuk Rayhan bu, setau kita gitu." Rian menjelaskan apa yang ia tau. Geza mengangguk membenarkan.
Shinta menghela napas pelan, ia pun sebenarnya tau bahwa gadis itu adalah gadis yang baik. Tapi masa lalu yang terjadi antara ia dan orang tua Dera membuatnya menjadi egois.

Raut wajahnya sedih ketika ia akan membuat anak semata wayangnya, anak kebanggaannya, anak kesanyangannya harus patah hati karena ke egoisannya.

Shinta menatap Rian penuh sesal, "Rian tolong cari Rayhan, ya, bilang ibu minta maaf, suruh dia pulang,, ya nak," lirih Shinta. "Ini udah malam, tapi Rayhan belum pulang dari tadi, tolong cari Rayhan, nak," mohon Shinta.

Geza mengerjapkan matanya, ia sangat jarang melihat ibu dan anak ini dalam masalah yang berat seperti sekarang. Bahkan Rayhan pun belum pulang dari siang, selama ia mengenal Rayhan tak pernah pemuda itu membantah ibunya. Jika ia sampai lari dan tak mau pulang seperti ini, berarti memang ada yang tak beres.

Rian yang tau situasi langsung paham, "Rian akan cari Rayhan sampai ketemu bu, Rian yakin, Ray gak mungkin bahayain dirinya. Kita tau Rayhan gak sebodoh itu. Mungkin Rayhan lagi butuh waktu buat sendiri aja." ujar Rian tersenyum, mencoba mengurangi rasa sedih Shinta.

Shinta tersenyum tipis, "Iya, ibu yakin nak Rian,"

"Kalau gitu Rian sama Geza pamit cari Rayhan dulu ya, bu.." Rian berdiri dan berjalan di ikuti Geza dan Shinta sampai di depan pintu.

"Tolong ya, nak. Bilang Rayhan ibu udah gak marah lagi, dan sampakan juga maaf ibu.."

"Iya, ibu tenang aja, kita bakal bawa Ray pulang. Kalau perlu kita paksa sekalian!" Geza bersuara.

Shinta tersenyum mendengarnya, sementara Rian menjitak kepala Geza membuat cowok itu meringis.

"Kalau gitu kita pergi dulu ya, bu." pamit Rian.

"Kalian hati-hati.."

Shinta melihat kedua pemuda itu makin menjauh, sayup-sayup ia mendengar gerutuan Geza yang masih memengang kepala sehabis di jitak Rian. Ia menggeleng melihat kelakuan dua sahabat anaknya itu.

***

Dera mengurung diri di kamar. Semenjak tadi siang ia tak keluar walau maminya sudah memanggil berkali-kali.

Dera terbaring sambil memeluk boneka beruangnya, ia sudah tak menangis lagi seperti beberapa jam yang lalu.

Ting!

Suara ponsel membuat Dera tersadar, dengan malas diraihnya benda pipih itu.

Vito_:
Dera, ini gue Vito
Save yaa 😊

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang