11 - Rayhan Atau Vito

164 63 26
                                    

"Makasih, kok lo bisa ada disini?"

"Dari lapangan tadi gue udah merhatiin lo.."

Dera mengangguk, jujur sebenarnya ia tak begitu mengharapkan Vito mendatanginya apalagi cowok itu sudah mengusir cewek-cewek yang ada di toilet, ia tak mau terlalu dekat dengan cowok ini. Bukan karena tidak suka hanya saja ia merasa... entahlah. Karena pertemuan terakhir mereka yang membuat Dera merasa bersalah.

Vito membantu Dera membersihkan toilet, dari menyiram air lalu menyikat toilet bahkan ketika Dera ingin membawa ember di ambil alih olehnya. Dera yang melihat perlakuan Vito itu sedikit bingung kenapa cowok itu baik terhadapnya? Harusnya dia sekarang ada di kelas mengikuti pelajaran tapi malah ikut membantunya di toilet. Toilet cewek pula.

"Udah lo diem aja di situ," ujar Vito, Mengambil pel yang ada di tangan Dera.

"Lo kenapa sih baik banget sama gue, To?" tanya Dera heran.

"Terus lo mau gue jahatin?" Tanya Vito balik tanpa melihat Dera sama sekali.

"Ya, enggak, tapi lo pasti punya maksudkan ngelakuin ini sama gue?" Seperti yang sudah dikatakan Dera itu terlahir cukup peka untuk hal disekitarnya. Terbiasa membaca buku romansa remaja, Dera merasa perhatian Vito terhadapnya ini menjurus pada sebuah rasa.

Vito menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Dera lekat. Untuk sesaat keduanya terlibat adu pandang. Di bola mata hitam pekat itu Dera melihat ada ketulusan.

"Kalau gue bilang gue suka sama lo, lo percaya?" ucap Vito lembut setelah hening beberapa saat.

Binar mata Dera terkejut mendengar itu, ia tidak akan percaya. Tentu saja, karena Dera sangat sulit untuk menyukai hal baru. Tapi itu dia, bukan Vito. Bagaimanapun Dera pernah dengar tentang cinta pada pandangan pertama, atau ia lebih suka menyebutnya sebagai rasa kagum.

Dera menunduk dengan menggigit bibir bawah, ia bingung harus menjawab apa.

"Jangan digigit nanti berdarah," ujar Vito lagi sambil tersenyum. "Udah selesai nih, yuk balik kelas," ajaknya.

Keduanya keluar dari toilet berjalan beriringan tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun, hening melanda keduanya. Dera bukannya tidak paham kemana arah pembicaraannya dan Vito di toilet tadi, ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang rasanya canggung di saat ada seseorang yang menyatakan suka terhadapnya tapi ia tidak punya perasaan apapun untuk orang itu. Ia ingin menjauh tapi di satu sisi ia pikir tak ada salahnya menerima Vito menjadi temannya, toh lelaki itu juga baik terhadapnya, tapi Dera takut nanti lelaki itu malah berpikir bahwa ia memberi harapan, padahal harapan itu kosong.

"Der, udah nyampe di depan kelas lo," Vito menyemtuh bahu kanan Dera.

Dera sedikit kaget namun dengan cepat memoleh ke arah cowok itu, tersenyum kaku. "Mm, ya udah, kalau gitu gue masuk dulu ya," pamitnya.

Dera segera masuk kelas setelah sebelumnya mengetuk pintu.

"Kamu dari mana?"tanya guru yang mengajar di kelasnya.

"Tadi dia di hukum bersihin toilet bu, sama bu Nani." seruan Vito yang masih di luar kelas membuat para teman sekelas Dera menoleh ke arahnya termasuk bu Debby.

"Kamu ngapain Vito?" tanya bu Debby heran menatap muridnya itu yang berada di luar kelas padahal lagi proses belajar tengah berlangsung.

"Tadi saya izin bu, terus gak sengaja ketemu Dera," cengirnya pada bu Debby.

"Ya sudah, kamu kembali ke kelas! Dan kamu duduk!" suruh bu guru itu.

"Ok bu," balas Vito, sementara Dera segera berjalan ke mejanya namun ia masih sempat tersenyum pada Vito sebentar. Ia duduk di bangkunya langsung mengeluarkan buku matematikanya.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang