45 - Sebuah Permintaan

69 24 29
                                    

Dera turun dari boncengan Rayhan. Rayhan berniat langsung pergi jika tangannya tak di tahan gadis itu. Setelah pertanyaan yang menurut Rayhan konyol, keluar dari mulut Dera tadi ia sama sekali tak bersuara.

"Ray, pleasee..."

Rayhan sama sekali tak melihat ke arah Dera, ia kesal bukan main. Kesabarannya di uji saat ini.

"Bening suka sama lo!" seruan Dera membuat Rayhan menoleh tak percaya pada gadis itu.

Alisnya bertaut, "Maksud lo?" tanya Rayhan bingung.

Dera menghela napas pelan, "Bening suka sama lo." ucapnya serius.

Rayhan bergeming. Ia sama sekali tak menduga hal ini. Rayhan terdiam dengan pikirannya. Apa mungkin perlakuannya selama ini di salah artikan oleh Bening? Hingga gadis baik itu terbawa perasaan?

"Ray," panggil Dera.

Rayhan mengerjap, "Gue gak bisa." tolaknya langsung.

"Apa sih, kurangnya Bening? Dia udah baik, pinter, cantik juga Ray."

"Cuma satu kurangnya dia,"

"Apa?"

"Karena dia bukan lo."

Dera terdiam.

"Lagian Der, yang gue butuh itu bukan cantik karena gue udah ganteng, bukan juga pinter, gue udah cukup pinter.. Bukan juga baiknya dia menurut lo." Rayhan menjeda beberapa detik. "Tapi perasaan nyaman dan bahagia gue saat sama seseorang, gue gak butuh pengakuan seseorang baik menurut versi banyak orang, karena gue bisa nilai sendiri. Dan juga gue gak bisa asal menjalin hubungan tapi gue gak bahagia."

***

Para tetangga baru pulang setelah membacakan doa di rumah Bening untuk bapaknya. Bening baru saja akan menutup pintu tapi ia urungkan karena motor Rayhan berhenti di halaman rumahnya.

Rayhan langsung menghampiri Bening dengan senyum tipis.

"Ray, ngapain kesini?" tanya Bening heran. Pasalnya hari sudah menunjukkan pukul sembilan lewat.

"Bening, boleh ngobrol bentar gak?" tanya Rayhan saat ia sudah di depan Bening.

Bening mengangguk, lalu melangkah lebih dulu ke dalam.

"Bening," panggil Rayhan. Ia masih berdiri di depan pintu.

"Ya, Ray? Ayo, katanya mau ngomong?"

"Bisa di depan aja gak? Maksud aku di sini." tunjuk Rayhan di tempat yang ia pijak.

"Oh, iyaudah. Aku ambilin minum dulu, ya.."

Baru saja Bening hendak berlalu, namun dengan sigap Rayhan menahannya.

"Gak usah, aku gak lama kok,"

Bening akhirnya menurut saja. Mereka duduk di lantai semen yang hanya selebar kurang dari semeter itu.

"Ada apa Ray?"

"Bening, apa.. Lo, suka sama gue?"

Bening tersentak halus. Ia menatap lurus ke depan. Matanya berembun saat Rayhan menggunakan kata lo dan gue, yang mengisyaratkan bahwa mereka tak sedekat itu.

"Bening,"

Bening melihat kesamping sedetik. Lalu menatap langit malam tanpa bintang.

"Ya?"

Rayhan binggung harus melanjutkan atau tidak. Tapi bagaimanapun masalah ini harus di selesaikan.

"Gue minta maaf, kalau lo ngerasa gue punya perasaan sama lo selama ini.." sesaat Rayhan biarkan keheningan mengisi antara mereka. Karena ia tahu sekali ia lanjutkan ucapannya maka itu artinya ia harus menghancurkan harapan Bening.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang