12 - Masih Abu-Abu

149 56 8
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, sebagian siswa kelas ini bergegas menyimpan buku dan alat tulisnya, siap berdesak-desakkan berlari keluar kelas. Begitu pula dengan Dera dan Cindy, keduanya kini sudah berjalan menuju ambang pintu kelas berjalan beriringan menuju gerbang sambil mengobrol ringan.

"Eh Der, gimana nanti sore kita ketemu lagi di kafe kemaren? Lo sibuk, nggak?" tanya Cindy membuka percakapan.

Dera terlihat berpikir sebentar, "Hmm sore ya..?" tanyanya balik.

"Iya, lo gak bisa ya? gimana kalau malam aja," usul Cindy lagi. "Eh tunggu, gue nggak bisa kalau malam, soalnya ada acara kumpul di rumah nenek gue, hehehe," ujarnya lagi sambil nyengir.

"Yaudah, berarti kapan-kapan aja, kita ke kafe kemaren lagi.." saran Dera.

Cindy mengangguk saja, keduanya berpisah di depan gerbang, Cindy sudah di jemput mamanya sementara Dera masih menunggu supirnya.

Sementara itu Geza sudah berdiri di ambang pintu kelas menunggu dua sahabatnya yang terlalu lama, ia berdecak pelan. Melihat Rayhan yang masih merapikan buku dan alat tulisnya yang bertebaran di mejanya.

"Curut, buruan!" serunya.

"Emang kenapa sih, lo mau buru-buru aja," ujar Rayhan yang masih memasukkan buku-bukanya ke dalam tas.

"Gue udah laper," jawab Geza lantang.

"Makan mulu sih pikiran lo," canda Rian sembari berdiri dari kursinya menghampiri Geza di ikuti Rayhan di belakangnya.

Ketiganya berjalan menyusuri koridor sekolah menuju parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing. Rayhan ke parkiran motor sementara Rian dan Geza ke parkiran mobil.

Ya, diantara mereka bertiga Rian lah yang paling kaya, ia biasanya membawa mobil sport ke sekolah. Geza di bawahnya biasa membawa mobil jazz, walaupun mereka kaya tapi tak pernah memandang rendah Rayhan, ketiganya bersahabat dengan tulus.

Rayhan sampai di motornya segera mengambil helm dan memakainya, lalu naik dan menghidupkannya segera pergi meninggalkan tempatnya berpijak.

Di depan gerbang Dera masih menunggu mang Dadang,

Tiin! Tinnn!

Suara klakson mobil membuat Dera terkejut langsung menoleh kebelakang. Dari kaca mobil depan tempat duduk penumpang muncul kepala Natasha, "Heh! Ngapain lo di situ! Orang mau lewat, minggir!!" Serunya marah.

Refleks Dera menggeser tubuhnya ke kanan dan mobil yang di ketahui milik Keisya–karena ia pengemudinya–melajukan mobil meninggalkan sekolah.

Rayhan yang melihat kejadian itu menghentikan motornya di samping Dera berbarengan dengan mobil Rian yang hanya mengklakson keduanya lalu juga meninggalkan area sekolah.

Rayhan membuka kaca helmnya, "Supir lo belom jemput juga?" tanyanya.

"Gak tau, nih,"

"Bareng gue aja, tapi gue gak bawa helm dua." tawar Rayhan.

Belum sempat Dera berpikir atau menjawab, tiba-tiba sebuah mobil sudah berhenti di depannya. Kaca penumpang depan mobil itu turun, Vito adalah sang pemilik mobil.

"Der, lagi nungguin apa?" tanya Vito.

"Lagi nunggu supir dateng To."

"Yaudah, bareng gue aja.. Yuk," ajaknya. "Dari pada nunggu disini, panaskan?" lanjutnya. Belum menyadari ada orang lain diantara mereka.

Dera bingung harus bagaimana, barusan Vito menawarinya untuk pulang bersama namun sebelum itu juga Rayhan melakukan hal yang sama. Tanpa sadar gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia menoleh pada Rayhan yang masih setia di tempatnya, refleks Vito mengikuti arah pandang Dera melirik Rayhan.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang