36 - Berakhir

80 31 18
                                    


Dera tengah berada di gazebo lantai dua di rumahnya. Dengan secangkir teh yang ada di depannya. Tangannya memegang sebuah novel yang didapatinya saat di rumah Bening kemarin. Bibirnya sesekali terangkat kala membaca adegan romantis dari novel itu.

"Dera, Mami mau bicara serius sama kamu,"

Dera tak sadar entah sejak kapan maminya sudah berdiri di depannya. Ia segera menutup novel dan melihat lurus ke arah maminya. Vira baru saja akan duduk ketika Dera langsung berdiri seolah menghindarinya.

"Dera Mami serius, kamu harus putusin Rayhan!"

Baru dua langkah dera berhenti kembali. "Mi, Aku gak mau," ucapnya tanpa melihat ke arah maminya.

"Jadi, kamu akan tetap pacaran sama anak dari orang yang udah bunuh papi kamu?"

Kalimat tanya yang di layangkan Vira membuat Dera langsung menoleh. "Apa maksud mami?" tanyanya serius.
Wajah Vira mengeras, "Ayah Rayhan yang udah bunuh papi.."

Dera menggeleng, "Gak mungkin, ini pasti cuma akal-akalan Mami aja, kan." Dera tak percaya.

"Maksud kamu Mami ngarang cerita? Mami gak akan sebodoh itu Floly!" suara Vira naik satu oktaf, urat di lehernya terlihat karena marah. "Kamu liat kan, baik Mami maupun Ibunya Rayhan gak pernah restui kalian dari awal? Karena kami tau kalian memang bukan untuk bersama!"

Dera masih terdiam di tempatnya, lidahnya kelu, tubuhnya mengkaku bahkan matanya tak berkedip. Napasnya memburu menahan sesak yang mendesak.

"Nggak! Mami pasti bohong, kan?" Dera menggeleng meyakinkan diri. Suaranya parau. Tanpa di komando air matanya jatuh seiring tubuhnya yang terduduk di lantai.

"Mami gak pernah bohong. Apalagi untuk masalah seperti ini."

Hatinya sakit ketika mengetahui papinya meninggal dengan cara di bunuh. Tapi yang lebih menyakitkan adalah ternyata pelakunya ayah dari orang yang membuatnya jatuh cinta. Tubuhnya sudah bergetar ketika Vira menghampirinya. Vira memeluk putrinya dengan derai air mata yang tak kalah hebatnya dengan Dera. Ia tak pernah ingin menyakiti anaknya. "Maafin Mami.." ucapnya lirih. Isakan Dera terdengar ketika maminya mengucapkan kata maaf itu.

Bukan.

Bukan maminya yang harus mengatakan maaf. Tapi dialah yang harus meminta maaf. Tapi sayang suara tertelan karena isakannya.

***

"Rayhan, kita putus!"

Rayhan masih belum bergerak ketika Dera mengucapkan kalimat putus barusan. Otaknya yang cerdas mencerna ucapan itu.

"Dera, tunggu!" Rayhan mengejar Dera yang langsung lari setelah mengucapkan kalimat keramat tersebut.

"Dera! Dera!" Rayhan berhasil meraih pergelangan tangan gadis itu di tengah anak tangga sekolah mereka.

"Maksud kamu apa? Kenapa tiba-tiba gini?" tanya Rayhan meminta penjelasan.

Dera menghempas tangan Rayhan kasar. Tatapannya tajam menujukkan ketidaksukaan.

"Aku punya salah apa? Kalau aku bikin kamu gak nyaman, kamu kasih tau. Jangan langsung putusin kayak gini,"

Dera yang merasa di pojokkan semakin kesal. Ia membuang muka tak ingin melihat Rayhan lebih lama.

"Der," Dera baru saja akan melangkah namun Rayhan menahan cepat. Kening Rayhan berkerut bingung.

Dera menelan saliva kasar, lalu menghela napas sebentar. "Gue gak mungkin pacaran sama anak pembunuh!" tatapannya serius.

Rayhan tersentak, "Siapa yang kamu bilang anak pembunuh," suaranya dingin.

"Elo!" Dera menunjuk Rayhan tepat di depan wajahnya. "Ayah lo yang udah bunuh papi gue." tandasnya.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang