43 - Sudah Tak Berhak

71 24 21
                                    

Langit masih menumpahkan air yang sering di sebut hujan. Seolah ingin memberi kesejukan pada penduduk bumi, atau mungkin ikut merasakan kesedihan yang tercipta pada hati manusia, dan salah satunya gadis yang tengah berbaring dikamarnya saat ini. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun. Tangisnya sudah reda namun isakan pelan masih terdengar.

Dera meringkuk di balik selimutnya.

Vira masuk dengan membawa secangkir teh hangat di tangannya.

"Sayang, kamu minum teh dulu, ya."

Dera hanya mengangguk masih membelakangi maminya. Isakannya berhenti, takut maminya tau kalau ia menangis.

Vira menghela napas berat, "Sayang," panggilnya.

"Iya, mi. Nanti Dera minum, mami keluar aja." ujar Dera pelan berusaha suaranya senormal mungkin.

"Mami pengen liat kamu dulu, sini." Vira membelai lembut rambut anaknya.

Dera akhirnya bangkit mengalah. Ia segera meraih teh hangatnya dan meminumnya sedikit-sedikit tanpa menoleh pada maminya. Dapat Vira lihat wajah sembab dan mata bengkak Dera. Tapi ia hanya diam tak bertanya sama sekali.

Vira tau anaknya tengah patah hati, namun ia biarkan. Sebab ia yakin seiring berjalannya waktu Dera pasti bisa melupakan Rayhan. Ini hanya masalah waktu.

Vira tersenyum seraya mengambil gelas yang sudah kosong di tangan Dera. "Kamu istirahat ya,"

Dera hanya mengangguk pelan, lalu kembali terbaring meringkuk di balik selimutnya. Setelah maminya keluar dari kamarnya, Dera mencoba memejamkan matanya berharap hari esok akan lebih baik.

***

Para siswa masih banyak berkeliaran, lantaran bel belum berbunyi namun hari sudah cukup siang untuk ukuran anak sekolah.

Bugh!

Rayhan yang sedang berjalan menuju kelasnya terhuyung kebelakang saat tiba-tiba ada seseorang memukulnya. Ia memegang sudut bibirnya yang berdarah.

Para siswi yang berada di sekitar mereka menjerit. Dan detik itu juga mereka menjadi tontonan karena saat ini siswa yang lain ikut berlarian mendekat.

Rayhan yang masih terjatuh di lantai segera mengangkat kepalanya, dan saat itu juga matanya menangkap Vito tengah berdiri dengan rahang mengeras pertanda ia tengah emosi.

Tiba-tiba dari kerumunan muncul Keisya yang tampak panik dan segera ingin membantu Rayhan berdiri. Rayhan menolak bantuan Keisya, ia segera berdiri seraya membetulkan tas di pundaknya kasar. Matanya menatap Vito marah.

"Vito lo apa--"

Bugh!

Kalimat Keisya terpotong kala Rayhan melayangkan satu tinju ke arah hidung Vito. Vito yang tak sadar pergerakan Rayhan kini meringis pelan saat darah segar mengalir dari hidungnya. Ia menyeka darah itu kasar.

"Maksud lo apaan, hah?! Tiba-tiba mukulin gue!" tuding Rayhan marah tapi bernada dingin.

Vito masih memengangi hidungnya.

"Gue udah pernah bilang kan, sama lo? Jangan sakitin Dera!" balas Vito, bahkan suaranya naik satu oktaf kala menyebut nama Dera.

Dada Rayhan yang masih naik turun, kini justru bergemuruh hebat saat nama Dera disabut. Namun eksperesi wajahnya sulit untuk diartikan. Ia menatap Vito beberapa detik.

Keisya yang masih berdiri di samping Rayhan terkejut saat tau akar permasalahan ini bersumber dari gadis yang tak ia sukai. Ada seringai kecil muncul di bibirnya kala mengetahui hubungan Rayhan dan Dera sedang tidak baik, yang artinya ia memiliki sedikit harapan.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang