50 - Epilog

201 29 103
                                    

Sumpah ini panjaaannggg banget! Bacanya pelan-pelan aja yaa hehe biar feelnya dapet wkwk
Semoga kalian suka! Ayolah ramaikan komentar kan ini terakhir.. 😭😭

Oke, selamat membaca! Gaskeunnn!

***

6 bulan kemudian...

"Hari ini rayhan balik, Yan! Gue gak sabar ketemu Ray lagi!" ujar Geza semangat.

Rian menatap Geza heran, "Baru dua bulan yang lalu kita samperin dia kesana, lo udah kangen?"

Geza berdecak, "Iyalah, kangen!" seru Geza.

"Gez, lo gak gay, kan?" tanya Rian was-was.

Geza melotot, tangannya memukul kepala Rian. "Enak aja, lo! Ya, nggak lah!" balas Geza sewot.

Rian meringis pelan sembari mengelus kepalanya yang di pukul Geza. "Abisnya lo aneh! Kangen sampe segitunya. Dulu waktu Rayhan mau berangkat juga lo nangis bombay," cibir Rian.

"Lo gak tau aja, gue ini sayang banget sama kalian. Gue bukan cuma nganggep kalian itu sahabat. Tapi udah kayak saudara."

Rian mangguk-mangguk saja, ia malas berdebat. Memang benar begitu, Rian pun juga sama, sudah menganggap keduanya saudara.

"Yan! Apa nanti malem, kita kerumah Rayhan aja. Oh, kita jemput di bandara aja sekalian!" otak Geza bekerja cepat, ia tersenyum sumringah berharap Rian menyetujui.

"Lo, udah mau tutup kafe? Bukannya nanti malem lo bakal ada pengarahan bulanan gitu sama karyawan, lo?"

Geza menghela napas berat, "Iya, ya. Padahal gue pengen banget ketemu, Ray!"

"Kan, masih bisa besok,"

"Lo juga, Yan! Kita ke rumah Rayhan besok aja barengan!"

"Lo aja yang besok! Gue nanti malem,"

Geza mengerjap menatap Rian curiga, "Pasti lo mau ngajak Bening, ya?" tebaknya.

"Suka-suka gue lah, lagian kalau besok gue males, nunggu pulang sekolah dulu, lama,"

Geza tak menjawab lagi, ia hanya memasang wajah merajuk.

"Udah deh, Gez. Jijik gue liat muka lo," Rian melirik Geza sinis, lalu berdiri meninggalkan Geza yang masih merajuk.

"Mau kemana lo, Yan!" seru Geza saat sadar Rian sudah sampai di depan pintu kantin.

"Balik kelas, bentar lagi bel."

****

Malam harinya..

Rayhan baru saja sampai di bandara Internasional Soekarno Hatta. Jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang. Penerbangan yang memakan waktu sangat lama, membuatnya merasa letih.

Rayhan berhenti sejenak dari langkahnya. Tangannya mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia melihat ada pesan dari Rian yang katanya terjebak macet. Jari Rayhan menari disana membalas pesan Rian, ia akan menaiki taksi saja.

Selama enam bulan di negeri orang membuat Rayhan banyak di landa rindu. Terlebih pada seseorang yang berhasil membuat hatinya begetar, gadis yang akhirnya menghancurkan pertahanannya, gadis yang membuatnya tahu akan semua masalalu orang tuanya.

Rayhan menggeleng pelan saat bayangan Dera tersenyum dalam otaknya. Tak mau hanya berhalusinasi saja, ia ketikkan sebuah pesan di benda pipih itu, lalu mengirimnya.

Kaki Rayhan kembali melangkah keluar dari bandara, ia mencoba menggunakan teknologi yang ada. Rayhan memesan taksi online dari ponselnya.

Saat mendapatkan taksi, ia langsung masuk dan menyenderkan kepalanya di kursi taksi.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang