26 - Harapan Yang Ditanam

84 39 20
                                    


Kejadian sewaktu di sekolah tadi menyita pikiran Dera, ia sama sekali tak menyangka bahwa hampir sebagian siswi Merah Putih akan membencinya. Hanya karena ia berpacaran dengan Rayhan.

Berbicara soal Rayhan hingga malam ini Dera belum mendapat kabar darinya, tadi sewaktu pulang sekolah memang cowok itu menjemputnya.

Cowok itu tersenyum ketika Dera menghampirinya di depan gerbang tadi siang.

"Yuk pulang, aku anter."

Dera hanya mengangguk, tanpa tersenyum.

"Gimana tadi di sekolah? Sepi ya, karena gak ada aku?" Rayhan kembali bertanya ketika mereka sudah masuk area komplek rumah Dera.

"Yaa, tapi gak juga, kan ada Cindy yang ngalahin cerewet kamu," bersama Rayhan membuat moodnya membaik.

"Hahaha, emang aku cerewet?" Rayhan tertawa renyah.

Mendengar tawa cowok itu mood Dera kian naik, hatinya menghangat. Tanpa sadar senyum terpatri dari bibir mungilnya.

"Iya," jawabnya sedikit jahil.

"Habisnya kamu dari tadi nggak ngomong sih, jadi ya aku aja yang nanya.. Oh iya, aku lupa kasih tau, hp aku rusak jadi gak bisa chat atau telpon kamu, gak papa kan?" tanya Rayhan sedikit tak enak.

"Iya, gak papa. Aku juga udah di kasih tau Rian. Kamu tenang aja," Dera tersenyum.

Mereka kini sudah sampai di depan rumah Dera, raut wajah Dera berubah sedih.

"Maafin aku ya, Ray," serunya lirih, setelah memberiakan helm dan berdiri di depan Rayhan.

Alis Rayhan menyatu, "Maaf buat?"

"Gara-gara aku hp kamu jadi rusak,"

Rayhan berdecak pelan, tangannya menangkup wajah Dera.

"Kata siapa gara-gara kamu? Orang gara-gara ujan kan?" Kata Rayhan lembut.

"Iya, tapi.."

"Udah, apapun yang udah terjadi bukan karena kamu, tapi karena emang udah seharusnya terjadi." Rayhan tersenyum manis, begitu manis hingga tertular juga pada gadis itu.

"Nah, gitu dong senyum!" Rayhan mencubit pipi kiri Dera pelan.

Dera tersenyum mengingat perlakuan manis cowok itu padanya, entah perasaannya saja atau memang kebetulan sikap Rayhan semakin jauh lebih manis setelah mereka berpacaran.

Dera merebahkan diri di kasur, memeluk boneka beruang berukuran sedang, bibirnya masih tersenyum. Matanya menatap langit-langit kamar.
Kini pikirannya melayang jauh, bukan tentang Rayhan namun bisikan para siswi yang tak sengaja ia dengar.

Kala itu ia tengah berjalan dari toilet manuju kantin sendiri. Tapi sebelum menuju toilet ia sempat adu argumen dengan teman sebangkunya.

"Biar gue temenin, nanti abis itu baru deh, kita ke kantin." kata Cindy yang waktu itu mereka masih di kelas.

Dera menggeleng. "Gak usah, gue bisa sendiri Cin, toilet cuma ini." Dera tak setuju.

"Lagian lo bilang udah laper, pengen makan bakso, ntar kalo lo nemenin gue dulu keburu abis." tambah Dera.

Cindy menatap Dera sebentar, "Iya sih, gue pengen langsung makan soalnya tadi gue gak sarapan di rumah, jadi udah laper banget. Tapi gue juga gak mau nanti lo di apa-apain lagi sama Keisya!"

"Gak akan, sekolah masih rame begini juga! Udah mending lo ke kantin nanti gue nyusul, lo pesenin gue juga tapi!" Dera menyengir.

Cindy membuang napas, "Hmm, tapi beneran gak papa nih?" tanya Cindy lagi.

Sebatas Angan dan Seujung Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang