"Menikmati pemandangan?"
"Um.. Aku merindukan tempat ini"
Pemuda dengan senyum menawan itu melirik seseorang yang duduk disampingnya, satu tangannya membuka dashboard saat mobil yang dikemudikannya berhenti karena rambu merah menyala.
"Hadiah selamat datang dariku, maaf agak terlambat" ucapnya setelah memberikan kotak kecil berwarna merah dengan pita silver sebagai pengikatnya.
Si gadis tersenyum sebelum membukanya, dan senyumnya semakin lebar begitu melihat benda didalamnya.
"Kenapa tiba-tiba begitu manis, Youngmin Oppa?"
"Jangan berlebihan.. Itu hanya sebuah gelang, Park Woojin"
Kali ini gadis itu tersenyum lebih lebar, hingga gigi taring atasnya terlihat menyembul malu-malu. Dia tau, Youngmin bukan tipe orang yang mudah menunjukan kepeduliannya. Saat pemuda itu memberi perhatian kecil seperti ini, rasanya hatinya mengembang karena begitu senang.
"Kenapa tiba-tiba ingin tinggal sendiri? Bukankah seharusnya kau sudah tinggal bersama tunanganmu?"
Senyum dibibir Woojin seketika sirna, "Jangan mulai lagi, Oppa. Belok kanan setelah pertigaan didepan"
"Bukankah lebih nyaman dirumah? Ada banyak pelayan yang siap menjalankan semua perintahmu"
Pemuda tinggi itu mendudukan diri di sofa yang menghadap dinding kaca, menikmati pemandangan yang disuguhkan dari apartemen Woojin yang berada dilantai 11.
Woojin berjalan mendekat dan memberikan sekaleng bir pada yang lebih tua, "Aku sudah terbiasa hidup sendiri disana, rasanya aneh tiba-tiba ada begitu banyak orang dirumah", lalu membuka kaleng birnya sendiri.
"Kurasa kau hanya mencoba menghindarinya"
"Kau selalu bisa menebak dengan benar, Oppa"
"Sudah dua tahun. Apa kau masih belum yakin?"
"Entahlah, aku bahkan merasa kami seperti dua orang asing. Aku tidak mengerti kenapa dia masih mempertahankan hubungan aneh ini"
"Kenapa tidak bicarakan langsung keluhanmu padanya? Kau tidak akan bisa menghindar selamanya, Jinnie"
"Akan kucoba"
Tangan panjang Youngmin terulur untuk menarik kaleng bir ditangan Woojin, lalu menarik gadis itu mendekat setelah meletakannya diatas meja kecil bersama minumannya.
Pemuda itu menarik sekali lagi lengan Woojin hingga gadis itu mendarat disampingnya, "Kau sendiri yang memutuskan pulang lebih cepat"
"Ya, aku merindukan negara ini"
"Kau yakin? Bukan merindukanku?"
Bukannya menjawab, gadis itu justru mendekatkan wajahnya.
"Oppa, cium aku"
Pemuda itu akhirnya ikut mendekatkan wajahnya, lalu mengecup singkat sudut bibir si gadis.
"Hanya itu?"
"Berhenti meminta hal seperti ini"
"Kenapa? Bukankah kau juga menikmatinya?"
"Seharusnya kau melakukannya dengan orang yang akan kau nikahi nanti"
"Apa bedanya? Setidaknya aku mengenalmu. Aku bahkan tidak tau entah dia menyukaiku atau tidak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
FanfictionHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗