Berhenti Berharap

85 13 8
                                    

1 message received

Jinnie, mian..
Aku tak bisa menemanimu
Ada operasi darurat, Rumah Sakit menghubungiku
karena dokter lain sudah ada jadwal operasi hari ini
Kabari aku saat kau pulang nanti,
aku akan mampir jika sempat





Ding Dong!

Sosok pemuda tampan dengan senyum lebar muncul dari balik pintu sembari membawa bingkisan ditangannya.

"Chicke - Oh? Kau mau pergi?"

Gadis berambut legam itu tersenyum kecut mengingat dirinya bangun lebih pagi hanya untuk menata rambut hari ini, tapi matanya seketika berbinar mendapati pemuda di depannya berpenampilan cukup rapi dengan blazer biru gelapnya.

"Oppa, lupakan ayamnya. Aku akan mengajakmu makan enak hari ini. Kajja!"

Si pemuda hanya menurut saja saat gadis itu menyeretnya keluar, padahal dia sudah rela antre cukup lama untuk membeli ayam goreng.
















40 menit kemudian,

The Shilla Seoul

"Jinnie, apa aku harus ikut masuk? Bajuku-"

"Mwoya..? Kau sudah tampan, Donghyun oppa.. Percaya padaku.." 

Lagi-lagi, pemuda itu hanya menurut. Tidak ada jalan untuk kabur karena gadis itu kini mengapit erat lengan kanannya. Woojin memang tidak bohong saat mengatakan akan mengajaknya makan enak, makanan di pesta pernikahan ini pasti luar biasa nikmat.

"Omo! Lihat siapa yang datang!"

Beberapa tamu undangan lain yang kebetulan mengenal Woojin seketika menyerbu mereka berdua.

"Park Woojin, bukankah kau bilang pacarmu lebih dewasa?"

"Ck! Kau berharap aku membawa pria paruh baya? Ini seniorku di SMA dulu, kebetulan kami tinggal di lingkungan yang sama"

"Kau pasti menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya, sampai bisa berteman dengan orang-orang tampan ini"

Si pemuda bermarga Kim hanya tersenyum menanggapi ucapan salah satu gadis bertubuh mungil disana. Dia sudah cukup terbiasa dengan reaksi orang-orang terhadapnya.

"Oppa, ayo kita makan setelah mengucapkan selamat pada temanku. Ingat, kita hanya akan pulang setelah kenyang. Okay?"

Woojin tidak menyesal mengajak Donghyun bersamanya. Jika dia benar-benar datang bersama kekasihnya, dia pasti akan menahan diri untuk mencicipi banyak kue disana. Wajah gadis itu tersenyum membayangkan kekasih yang sering menceramahinya karena kegemaran Woojin pada makanan manis.

Ngomong-ngomong soal kekasihnya yang lebih tua itu, mereka belum terlalu lama saling mengenal sebenarnya. Hari itu Woojin datang ke Rumah Sakit untuk menjenguk salah satu temannya. Karena mereka pergi bersama-sama sepulang kuliah, dia mengunjungi kafetaria disana untuk makan malam bersama beberapa temannya. Siapa sangka, rasa laparnya justru membawanya bertemu dengan seorang dokter yang entah bagaimana menjatuhkan kartu tanda pengenalnya. Bak dalam drama, Woojin dibuat terpesona setelah bertatap muka dengan pria berusia 30an itu.

Park Woojin - One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang