23.30
Pemuda bersurai hitam itu terus mengetuk-ngetukan pensil, kepalanya disandarkan ke meja belajar dengan mata terus melihat ke arah jam dinding. Sesekali diliriknya smartphone yang tergeletak di dekat tangannya, layar benda itu tidak juga menyala.
Kepalanya terangkat saat mendengar suara mobil di depan rumahnya, sebelum melangkahkan kakinya mendekati jendela untuk melihat kebawah sana.
Seorang gadis berambut panjang terlihat turun dari pintu penumpang, punggungnya menunduk sebentar sebelum mencoba berdiri tegak dengan berpegangan pada pintu mobil yang masih terbuka. Gadis itu mencoba menutupnya, tapi tubuhnya ikut terhuyung. Beruntung seseorang disisi kemudi juga keluar dan dengan sigap menangkap tubuh itu sebelum benar-benar hilang keseimbangan.
Suara pintu gerbang dibuka terdengar nyaring ditengah kesunyian malam itu, seorang wanita paruh baya berjalan keluar dari gerbang rumah tetangga sampingnya.
"Nona Jinnie?! Ya Tuhan.. Apa yang terjadi?"
Dia tidak bisa mendengar balasan dari pria yang masih memapah -setengah memeluk- tubuh gadis itu, tapi si wanita paruh baya tadi membuka gerbang lebih besar untuk memberi jalan pada mereka.
Pemuda yang sejak tadi hanya diam mengamati dari jendela itu tersenyum kecut, lalu berjalan mundur sebelum menjatuhkan dirinya ke ranjang.
"Kau terlalu banyak berubah, Jinnie" gumamnya sebelum memejamkan matanya.
"Jihoon, bisa tolong mama sebentar?"
Ibunya tiba-tiba meletakan sebuah box putih disamping piring sarapannya.
"Apa ini, Ma?"
"Antarkan ini kerumah Jinnie ya. Kemarin mama pinjam mixer Bibi Lee, mixer kita rusak disaat yang tidak tepat, jadi mama pinjam dulu. Berikan ini juga, Jinnie suka cup cake kan?"
Sekarang dia lebih suka alkohol
Jihoon tidak sebodoh itu untuk mengatakannya di depan mamanya, cukup dalam hati saja.
"Baiklah, aku selesaikan sarapanku dulu"
"Terimakasih, sayang"
Ting Tong!
"Oh, tuan muda Jihoon. Tumben sekali pagi-pagi datang?" Bibi Lee menyambutnya dengan senyum hangat begitu membuka pintu.
"Mama menyuruhku mengembalikan mixer, Bi. Dan juga ini, cup cake kesukaannya. Jinnie belum bangun?"
Senyum yang sejak tadi terpasang diwajah wanita itu seketika sirna, "Nona pulang malam dalam keadaan nyaris tidak sadar. Apa hari ini ada kelas? Saya tidak tega membangunkannya"
"Sepertinya dia ada kelas siang nanti. Boleh aku mengecek kamarnya?"
"Kenapa bertanya begitu, anda sudah seperti anak Tuan Park sendiri. Tapi tolong jangan bilang Bibi yang mengijinkan ya?"
"Tenang saja, Bi" pemuda itu menghentikan langkahnya sebelum menaiki tangga, "Dan lain kali, tolong jangan sembarangan membiarkan teman laki-lakinya masuk. Bibi bisa memanggilku jika tidak kuat membawanya ke kamar"
"Ah - Iya, saya akan mengingatnya"
Jihoon menggelengkan kepalanya begitu membuka pintu kamar yang tidak dikunci. Didapatinya seorang gadis tertidur dengan posisi menelungkup tanpa selimut, paha dan sebagian punggungnya terekspos karena pakaiannya yang minim. Jihoon membuang nafas sebelum menyelimuti tubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
Fiksi PenggemarHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗