Tentang Dirimu

61 9 7
                                    

Blam!

"Sudah kubilang berapa kali, ketuk pintu sebelum masuk kamarku, Park Woojin"

Pemuda yang tengah duduk di atas ranjang sembari memainkan smartphone nya itu bahkan tak perlu mengangkat wajahnya untuk mengetahui siapa tamu tak diundang yang seenaknya masuk ke dalam kamarnya.

"Mana Daehwi?"

Setelah mendengar suara tidak biasa meluncur dari bibir sahabatnya, pemuda itu akhirnya mengalihkan fokus dari layar segi empat di tangannya.

"Wae?"

Si pemuda mengamati gadis yang kini duduk di depannya dengan satu tangan menekan telinga. Wajahnya yang sesekali meringis sembari memejamkan mata jelas menunjukan rasa sakit yang tengah ditahannya.

"Kenapa telingamu?"

Karena gadis itu tak menyahut sepatah katapun, si pemuda dengan panik menarik satu tangannya yang menutupi telinga.

"Akh! Sakit.."

Ucapan gadis itu terang saja membuat pemuda di depannya semakin dibuat bingung.

"Bagaimana bisa?"

"Aku tidak tau.. Ssss.. Sakit sekali.. Mana Daehwi?"

"Daehwi membantu eomma hari ini. Ayo, kita ke Rumah Sakit sekarang"






Namanya Park Jihoon. Marga mereka sama, keduanya juga lahir di tahun yang sama. Bisa dibilang, Woojin mengenal Jihoon sepanjang hidupnya.






"Hahaha! Apa kau membersihkan telingamu dengan paku?"

"Diamlah, Ji! Suaramu membuat telingaku semakin sakit!"

Woojin menatap sengit pemuda yang jelas tidak benar-benar berniat menahan tawanya. Kalau saja dia tidak lupa membawa dompet, Woojin akan memilih turun dari mobil itu dan pulang naik taksi saja. Entah kemana perginya wajah panik Jihoon tadi, kini pemuda itu terus tersenyum dan sesekali terkekeh selama menyetir pulang dari Rumah Sakit.

"Kau mau makan apa? Kita bisa mampir ke restaurant ayam di perempatan depan"

Woojin sebenarnya masih kesal dan tidak lapar, tapi siapa yang bisa menolak makanan gratis?

"Yasudah, belikan aku porsi besar yang bumbu pedas"



Menghabiskan masa kecil hingga remaja bersama, membuat Woojin tak perlu repot-repot menjaga image di depan sahabatnya. Bisa dibilang, Jihoon mungkin tak pernah menganggap Woojin perempuan, begitu pula sebaliknya.

"Aku - dengan Jihoon? Kami akan putus hanya dalam hitungan hari"

Woojin juga selalu mengucapkan kalimat yang sama jika orang-orang mulai menyinggung kedekatan mereka. Bukan tanpa alasan, mereka pada dasarnya sangat jarang melewatkan sehari saja tanpa berdebat satu sama lain. Meski begitu, keduanya selalu terlihat bersama seolah tak terpisahkan.












"Istirahatlah beberapa hari, aku dan Daehwi bisa bergantian mengantarkan makanan untukmu nanti"

Saat pemuda itu bersikap lembut dan penuh perhatian seperti ini, Woojin akan dengan senang hati mengatakan 'Jihoon sahabat terbaikku'.

Mereka tinggal di gedung apartemen yang sama, hanya berbeda lantai karena Woojin yang tinggal sendiri menyewa unit yang lebih kecil. Gadis itu memang tinggal sendiri setelah kedua orang tuanya berpisah, tapi dia tak pernah benar-benar merasa kesepian. Kedua orang tua Jihoon sudah menganggapnya seperti anak sendiri, Woojin juga dekat dengan Daehwi, sepupu Jihoon yang kebetulan tinggal disana. Ada satu lagi penghuni rumah itu, oppa tampan yang dulu sempat Woojin suka.

Park Woojin - One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang